Anak Mulai Belajar Berpuasa, Ayah-Ibu Jangan Lupa Beri Apresiasi

Anak bisa belajar berpuasa secara bertahap.

Yogi Ardhi/Republika
Anak belajar berpuasa (ilustrasi). Tidak ada patokan usia yang ideal bagi anak untuk mulai belajar berpuasa.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak Anda sudah mulai belajar berpuasa? Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Mulya Rahma KaryantiSc menganjurkan agar orang tua memberi penghargaan atau apresiasi (reward) secara verbal kepada anak ketika mereka mulai belajar berpuasa.

"Biasanya kalau puasa pertama sih mungkin bukanya (berbuka puasa) di siang, terus nanti lanjut lagi. Tapi, kasih apresiasi. Itu saja intinya. (Misalnya) 'Semangat, ya, karena kita mau puasa nih sama-sama mama dan papa," kata Mulya saat dijumpai media di Jakarta, Kamis (23/3/2023).

Menurut Mulya, sebetulnya tidak ada patokan usia yang ideal bagi anak untuk mulai belajar berpuasa. Dalam hal ini, ibu juga perlu memahami situasi dan kondisi anak, sejauh mana mereka mampu untuk menahan rasa lapar selama menjalankan ibadah puasa.

Orang tua bisa menerapkan metode pembelajaran puasa kepada anak secara bertahap, misalnya mulai dari menahan lapar selama dua jam kemudian naik tahap menjadi tiga jam. Setelah itu, waktunya bisa ditingkatkan menjadi setengah hari hingga akhirnya mampu berpuasa selama seharian.

Selama anak belajar berpuasa, menurut Mulya, prinsip yang tetap harus dipegang oleh orang tua tetap sama. Pemenuhan atas kebutuhan nutrisi anak harus tetap lengkap dan seimbang.

Baca Juga

Sementara itu, variasi pangan bisa menyesuaikan dengan ketersediaan di rumah. Untuk kebutuhan protein, sebagai contoh, anak bisa mengonsumsi sumber protein hewani tidak hanya dari daging melainkan juga dari telur.

Asupan gula yang dikonsumsi anak selama berpuasa juga perlu diperhatikan oleh orang tua guna mencegah risiko menderita penyakit diabetes. Apabila anak sudah didiagnosis mengalami gizi berlebih atau obesitas dan berisiko diabetes, Mulya menganjurkan untuk memperbanyak konsumsi sayur dan buah, terutama buah karena sudah menyimpan kandungan gula alami.

"Nggak usah diencerkan (menjadi jus buah). Tapi biasanya harus konsultasi sama dokter endokrin khusus diabetes. Mereka (anak dengan diabetes) tetap boleh puasa dan melakukan aktivitas normal, kok, tapi tetap nanti ada obat yang harus diminum," kata Mulya.

Selain itu, konsumsi susu secara berlebihan juga tidak dianjurkan pada anak diabetes. Sebaliknya, menurut Mulya, asupan susu justru menjadi penting dan dibutuhkan bagi anak dengan gizi kurang dan susah makan untuk menambah berat badan.

 
Berita Terpopuler