Sering Terabaikan, Kenali Gejala Umum Ringan dari Tiga Jenis Silent Cancer

Silent cancer menggambarkan kanker yang tidak menunjukkan gejala awal.

www.freepik.com.
Sakit perut di bagian kanan (ilustrasi). Kanker hati dapat menyerang bagian mana pun dari hati, organ yang terletak di sisi kanan atas perut. Kanker hati termasuk salah satu jenis silent cancer.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Silent cancer adalah istilah yang kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan kanker yang tidak menunjukkan gejala awal. Ketiadaan gejala awal itu dapat menyebabkan individu tidak segera mencari pertolongan.

Konsekuensinya, silent cancer sering kali hanya terdeteksi pada stadium lanjut, atau kebetulan saat sedang menjalani pemeriksaan untuk kondisi lain. Konsultan onkologi di Spire Little Aston Hospital di Inggris, Ahmed El-Modir, membagikan tiga dari beberapa jenis silent cancer dan faktor risiko di baliknya.

Kanker Usus
Ini mengacu pada kanker usus besar, yang meliputi usus besar dan rektum. El-Modir mengatakan gejala umumnya, termasuk sakit perut terus-menerus, kembung, kram dan perubahan kebiasaan buang air besar (misalnya sembelit, diare atau tinja yang lebih encer).

Baca Juga

Penderitanya mungkin juga menemukan darah di tinja dan memiliki keinginan untuk buang air besar, bahkan setelah buang air besar. Mereka juga dapat mengalami penurunan berat badan.

"Faktor risiko terbesar kanker usus adalah usia lanjut, yakni sembilan dari 10 kasus pada mereka yang berusia di atas 60 tahun," kata El-Modir, dilansir Express, Rabu (15/3/2023).

Risiko juga meningkat jika memiliki anggota keluarga dekat (orang tua atau saudara) yang menderita kanker usus sebelum usia 50 tahun. Faktor gaya hidup juga dapat meningkatkan risiko, termasuk merokok, minuman keras, gaya hidup tidak aktif, kelebihan berat badan, dan melakukan pola makan rendah serat dan tinggi daging olahan atau daging merah.

Berdasarkan data Global Burden Of Cancer Study (Globocan) 2020, kanker kolorektal menduduki peringkat keempat kanker dengan kasus baru terbanyak di Indonesia. Setidaknya, terdapat 35 ribu jumlah pasien yang terdiagnosis kanker kolorektal setiap tahunnya.

Sebanyak 35 persen di antaranya menyerang penduduk Indonesia yang berusia produktif (di bawah 40 tahun). Sedangkan angka kematian di Indonesia mencapai 6,7 dari 100 ribu kasus.

Kanker Serviks
Kanker serviks mengacu pada kanker leher rahim. Hampir semua kasus disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS) human papillomavirus (HPV).

"Akibatnya, di Inggris, semua wanita di atas usia 25 tahun ditawari skrining serviks secara teratur untuk menguji infeksi HPV," ujar El-Modir.

Vaksin HPV mengurangi risiko kanker serviks. Gejala umumnya, termasuk pendarahan vagina di antara menstruasi, selama atau setelah berhubungan seks, dan setelah menopause. 

Penderita kanker serviks juga dapat mengalami menstruasi yang lebih panjang, perubahan warna keputihan, dan nyeri saat berhubungan seks. Mereka juga bisa didera nyeri di punggung bawah, perut bagian bawah, dan area panggul.

"Kanker serviks lebih sering terjadi pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun dan mereka yang sistem kekebalannya lemah, misalnya karena HIV atau AIDS," kata El-Modir.

Risiko terkena kanker serviks juga lebih tinggi jika pernah melahirkan anak sebelum usia 17 tahun, melahirkan anak kembar, ATAU belum pernah divaksinasi HPV. Perempuan juga berisiko jika sebelumnya pernah menderita kanker kandung kemih, ginjal, vagina, atau vulva.

Berdasarkan data Globocan 2020, kanker serviks menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2 persen dari total kasus kanker.

Vaksinasi HPV untuk anak SD. - (Republika)


Kanker hati
Kanker hati dapat menyerang bagian mana pun dari hati, yang terletak disisi kanan atas perut. Ada banyak gejala kanker hati berhubungan dengan masalah pencernaan seperti mual, muntah, tinja yang lebih pucat, urine yang lebih gelap, dan merasa kenyang setelah makan hanya dalam jumlah kecil.

Anda mungkin melihat adanya benjolan di sisi kanan atas perut, merasakan nyeri di area ini, dan mengalami pembengkakan perut yang bukan disebabkan oleh makan. Gejala lain termasuk penyakit kuning, di mana bagian putih mata menjadi kuning, nyeri di bahu kanan, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, kelelahan, demam, dan merasa tidak enak badan.

"Risiko Anda terkena kanker hati lebih tinggi jika Anda laki-laki, memiliki kerabat dekat (saudara atau orang tua) yang menderita kanker hati, atau berusia di atas 60 tahun," ujar El-Modir.

Risiko juga meningkat jika menderita diabetes, batu empedu, hepatitis, HIV, sirosis hati, atau terinfeksi cacing hati. Menurut laporan Globocan 2020, ada 21.392 kasus kanker hati (5,4 persen) di Indonesia.

 
Berita Terpopuler