Rusia Tuduh AS Rencanakan Provokasi di Ukraina Gunakan Bahan Kimia Beracun

Rusia menuduh AS merencanakan provokasi di Ukraina menggunakan bahan kimia beracun

AP/Sergei Kholodilin/BelTA
Bendera nasional Ukraina dan Rusia diletakkan di atas meja menjelang pembicaraan damai antara delegasi Rusia dan Ukraina di sebuah wisma tamu di wilayah Gomel, Belarusia terlihat Senin, 28 Februari 2022.
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) merencanakan provokasi di Ukraina menggunakan bahan kimia beracun. Itu merupakan tanggapan Moskow atas pernyataan mantan duta besar AS untuk Rusia John Sullivan yang menyebut bahwa pasukan Rusia berencana menggunakan senjata kimia di area operasi militer khusus.

“Kami menganggap informasi ini (pernyataan John Sullivan sebagai niat AS dan antek-anteknya untuk melakukan provokasi di Ukraina menggunakan bahan kimia beracun,” ujar Igor Kirilov yang menjabat sebagai kepala pasukan pertahanan radiasi, kimia, dan biologi di Angkatan Bersenjata Rusia, Selasa (28/2/2023).

Dia menekankan, negaranya tidak akan membiarkan aksi atau tindakan semacam itu terjadi tanpa konsekuensi. “(Rusia) akan mengidentifikasi dan menghukum pelaku sebenarnya,” ujar Kirilov.

Pada November 2022 lalu, Dewan Keamanan PBB menolak resolusi rancangan Rusia yang berisi seruan penyelidikan dugaan keterlibatan AS dalam pengembangan senjata biologis di Ukraina. Rancangan resolusi Rusia hanya memperoleh dua dukungan, yakni dari Cina dan Rusia sendiri. Tiga negara lainnya, yaitu Prancis, AS, dan Inggris menolaknya. Sementara 10 negara lain yang merupakan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB memilih abstain.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy menyesalkan hasil pemungutan suara tersebut yang berlangsung pada 2 November tahun lalu tersebut. “Negara-negara Barat menunjukkan dalam segala hal bahwa hukum tidak berlaku untuk mereka. Ini adalah mentalitas kolonial yang biasa kami alami dan kami bahkan tidak terkejut dengan hal itu,” ucapnya.

Polyanskiy berjanji, isu tentang dugaan keterlibatan AS dalam pengembangan senjata biologis di Ukraina akan kembali dikemukakan di Biological Weapons Convention yang diagendakan digelar di Jenewa, Swiss pada 28 November hingga 16 Desember mendatang.

Sementara itu Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, negaranya menentang rancangan resolusi Rusia karena hal itu didasarkan pada disinformasi, ketidakjujuran, dan iktikad buruk. “(Rancangan resolusi) ini adalah tonggak untuk penipuan dan kebohongan. Tidak ada yang membelinya kecuali Cina,” ujarnya.


Pada Maret 2022 lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengklaim, pihaknya memiliki dokumen yang menunjukkan Kementerian Kesehatan Ukraina telah memerintahkan penghancuran sampel wabah, kolera, antraks, dan patogen lainnya. Perintah penghancuran dirilis sebelum Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu.

Zakharova mengungkapkan, dokumen yang digali pasukan Rusia di Ukraina memperlihatkan upaya darurat untuk menghapus bukti program biologis militer. Pentagon dituduh membiayai kegiatan tersebut. AS segera membantah tuduhan yang menyebutnya mengoperasikan laboratorium biologis-militer di Ukraina. “Tuduhan Rusia itu tak masuk akal, menggelikan,” kata juru bicara Pentagon John Kirby pada 9 Maret 2022 lalu.

Namun dia menekankan, AS tak terpengaruh dengan tuduhan tersebut merupakan propaganda klasik Rusia. Di bulan yang sama, Presiden AS Joe Biden menuding balik Rusia dengan menyebutnya merencanakan penggunaan senjata kimia dan biologis di Ukraina. Dia memperingatkan, Moskow akan menerima konsekuensi berat dari Barat jika melakukan hal tersebut.

Biden mengatakan, Rusia telah menuding Ukraina memiliki senjata biologis dan kimia. “Itu tanda yang jelas bahwa dia (Presiden Rusia Vladimir Putin) mempertimbangkan untuk menggunakan keduanya,” ujarnya dalam pertemuan para pemimpin bisnis di Washington pada 21 Maret 2022 lalu.

Biden pun membantah tuduhan Putin yang menyebut AS memiliki senjata kimia dan biologis di Eropa. “Tidak benar (tuduhan Putin). Saya jamin pada kalian,” ucapnya.

 
Berita Terpopuler