AS Rilis Laporan tentang Senjata Api Paling Komprehensif dalam 20 Tahun

Laporan dirilis saat tindakan kejahatan di AS meningkat pesat.

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Laporan badan pemerintah federal Amerika Serikat (AS) mengenai senjata dan kejahatan paling komprehensif dalam dua dekade menunjukkan waktu antara pembelian senjata dengan tindak kejahatan semakin pendek.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Laporan badan pemerintah federal Amerika Serikat (AS) mengenai senjata dan kejahatan paling komprehensif dalam dua dekade menunjukkan waktu antara pembelian senjata dengan tindak kejahatan semakin pendek. Hal ini mengindikasi senjata yang dibeli dengan ilegal semakin cepat digunakan untuk tindak kejahatan.

Baca Juga

Dokumen ini juga menunjukkan adanya lonjakan penggunaan perangkat konversi yang meningkatkan senapan semi otomatis menjadi senapan mesin. Jumlah senjata yang dirakit sendiri agar sulit dilacak atau senjata hantu juga meningkat.

Laporan ini dirilis saat tindakan kejahatan di AS terutama yang melibatkan senjata api meningkat pesat.

Laporan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata dan Bahan Peledak (ATF) dengan data sebesar kali ini tidak pernah dirilis sebelumnya. Tujuan laporan ini untuk membantu polisi dan pembuat kebijakan mengurangi kekerasan senjata api.

"Informasi adalah kekuatan," kata Direktur ATF Steve Dettelbach, Kamis (3/2/2023).

Laporan ini menunjukkan 54 persen senjata yang polisi temukan di lokasi kejadian perkara sepanjang tahun 2021 dibeli tiga tahun sebelumnya. Dua tahun lebih cepat sejak 2019.

Hal ini dapat mengindikasi penjualan senjata ilegal atau apa yang disebut straw purchase yakni orang yang dapat membeli senjata dengan legal menjual senjatanya ke orang yang tidak dapat memiliki senjata dengan legal. Peningkatan tersebut didorong pembelian senjata kurang dari satu tahun sebelumnya.

 

Jumlah senjata baru di AS semakin banyak saat penjualan senjata memecahkan rekor selama pandemi Covid-19. Laporan ATF menyebutkan sebagian besar senjata yang digunakan dalam tindak kejahatan berpindah tangan sejak pembeliannya.

ATF juga menemukan apa yang Deputi Jaksa Agung Lisa Monaco sebut sebagai epidemi senjata api curian: sepanjang 2017 sampai 2021 terdapat lebih dari 1,07 juta senjata yang dilaporkan dicuri. Sebagian besar diantaranya yakni 96 persen senjata api milik pribadi.

ATF juga mencatat jumlah perangkat konversi senapan otomatis ke senapan mesin yang ilegal naik lima kali lipat. Antara tahun 2012 sampai 2016 ATF hanya menerima 814 perangkat tapl lima tahun berikutnya menjadi 5.414 perangkat.

Pelaku penembakan massal yang menewaskan enam orang dan melukai 12 lainnya di Sacramento bulan April lalu menggunakan perangkat konversi itu. Polisi mengatakan penembakan merupakan persaingan antara geng.

Dokumen ATF juga melacak naiknya "senjata api hantu" yakni senjata api rakitan tanpa nomor seri yang digunakan di lokasi kejahatan di seluruh negeri.

Pada tahun 2021 lalu ATF melacak lebih dari 19 ribu senjata api rakitan, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Angka ini naik karena ATF mendorong polisi untuk mengirim senjata-senjata itu sehingga dapat lacak meski biasa tidak informasi sebanyak senjata api legal.

 

Senjata yang memiliki balistik unik atau karakter tertentu dapat berguna bagi penyidik. Laporan ini dirilis usai Jaksa Agung AS Merrick Garland meminta ATF merilis penelitian tentang penjualan senjata ilegal paling komprehensif dalam 20 tahun terakhir.

 
Berita Terpopuler