Rusia-Arab Saudi Bahas Kerja Sama OPEC+ 

Anggota OPEC+ bertemu merekomendasikan mempertahankan kebijakan produksi minyak

AP Photo, File
FILE - Kapal tanker minyak ditambatkan di kompleks Sheskharis, bagian dari Chernomortransneft JSC, anak perusahaan Transneft PJSC, fasilitas terbesar untuk produk minyak dan minyak bumi di Rusia selatan, di Novorossiysk, Selasa, 11 Oktober 2022. Rusia masih menghasilkan banyak uang dari penjualan minyak meskipun ada batasan harga yang diberlakukan oleh Kelompok Tujuh negara demokrasi utama. Para peneliti di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih Helsinki mengatakan dalam laporan Rabu 11 Januari 2023 bahwa batas tersebut terlalu lunak pada $60 per barel.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan percakapan via telepon dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), Senin (30/1/2023). Selain hubungan bilateral, mereka turut membahas kerja sama dalam negara OPEC+ untuk menjaga stabilitas pasar minyak.

Baca Juga

"Masalah pengembangan lebih lanjut dari kerja sama bilateral di bidang politik, perdagangan-ekonomi dan energi, serta interaksi dalam kerangka kerja OPEC+ untuk memastikan stabilitas pasar minyak global telah dibahas," kata Kremlin dalam keterangannya terkait pembicaraan antara Putin dan Pangeran MBS, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Para menteri OPEC+, termasuk di dalamnya Rusia, Kazakhstan, Meksiko, Azerbaijan, dan Oman, diagendakan menggelar pertemuan virtual pada Rabu (1/2/2023). Kegiatan itu dikenal dengan Joint Ministerial Monitoring Committee (JMMC). Delegasi OPEC+ mengatakan kepada Reuters bahwa panel JMMC kemungkinan besar akan merekomendasikan untuk mempertahankan kebijakan produksi minyak saat ini.

Target produksi minyak OPEC+ tahun lalu menyebabkan ketidaksepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi. Namun, awal Januari lalu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, stabilitas harga minyak saat ini di pasar menunjukkan bahwa negaranya membuat keputusan yang tepat.

Namun, masih ada faktor ketidakpastian mengenai bagaimana pasokan akan terpengaruh sanksi Barat baru-baru ini terhadap industri minyak Rusia sebagai akibat perangnya di Ukraina. Hal itu termasuk batasan harga yang dikenakan para produk minyak Rusia pada Desember 2022 lalu.

 

Tahun lalu, Amerika Serikat (AS) melayangkan kritik keras kepada Saudi menyusul keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel per hari (bph). Pemerintahan Presiden AS Joe Biden bahkan sempat mengumumkan akan meninjau kembali hubungan dengan Saudi.

“Kami sedang meninjau di mana kami berada; kami akan mengawasi dengan cermat, berbicara dengan mitra dan pemangku kepentingan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, 11 Oktober 2022 lalu.

Dia mengungkapkan, sebelumnya Biden telah berbicara tentang perlunya “mengkalibrasi ulang” hubungan dengan Saudi untuk melayani AS lebih baik. Menurut Price, posisi tersebut terbentuk menyusul langkah OPEC+ memangkas produksi minyak hingga 2 juta bph. “Prinsip panduan kami adalah memastikan bahwa kami memiliki hubungan yang melayani kepentingan kami. Ini bukan hubungan bilateral yang selalu melayani kepentingan kami,” ucap Price.

Sebelumnya AS pun menuding OPEC+ “bersekutu” dengan Rusia terkait pemangkasan produksi minyak. Sementara itu, Saudi membela keputusan OPEC+ memotong kuota produksi minyak. Riyadh membantah terdapat motif politis di balik langkah tersebut. “Keputusan OPEC+ murni ekonomi dan diambil dengan suara bulat oleh negara-negara anggota. Anggota OPEC+ bertindak secara bertanggung jawab dan mengambil keputusan tepat,” kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, 11 Oktober 2022 lalu.

OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak hingga 2 juta bph setelah mereka melangsungkan pertemuan di Wina, Austria, 5 Oktober 2022 lalu. Jumlah tersebut setara dengan dua persen dari pasokan global. Keputusan pemangkasan produksi diambil dengan pertimbangan untuk menanggapi kenaikan suku bunga di Barat dan ekonomi global yang lebih lemah.

 
Berita Terpopuler