Terdeteksi di Balikpapan, Apa yang Perlu Diketahui tentang Varian Kraken?

Varian Kraken ialah subvarian omicron yang berpotensi lebih menular daripada lainnya.

Pixabay
Tes swab PCR (Ilustrasi). Pemerintah tengah melakukan pelacakan kontak erat setelah ditemukannya warga Polandia di Balikpapan, Kalimantan Timur yang terinfeksi varian Kraken.
Rep: Dessy Suciati Saputri, Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subvarian kraken telah terdeteksi di Indonesia. Kasus pertamanya ditemukan pada warga Polandia yang sedang melawat ke Balikpapan, Kalimantan Timur.

Apa yang perlu diketahui tentang subvarian omicron XBB.1.5 yang kemudian dijuluki varian kraken itu? Dilansir laman Express, para ahli telah memperingatkan bahwa XBB.1.15 berpotensi lebih menular daripada varian lainnya.

Varian XBB.1.5 adalah turunan dari XBB yang merupakan gabungan dari dua versi BA.2. Pakar menyebutnya sebagai "varian rekombinan".

Dikutip dari laman Insider, kraken pertama kali ditemukan di AS di Timur Laut sekitar New York dan Connecticut dengan beberapa mutasi baru. Ahli biologi komputasi Andy Rothstein menjelaskan, XBB memiliki mutasi baru yang disebut F486P.

Mutasi tersebut telah meningkatkan kemampuan varian tersebut untuk lebih mudah menempel pada reseptor ACE2 di tubuh manusia. Secara praktis, ini bisa membuat virus lebih baik dalam menyebar dan menginfeksi manusia daripada XBB asli.

 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kraken memiliki keunggulan pertumbuhan daripada varian lain yang sudah tercatat. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat mengungkap kasus kraken pertama kali terdeteksi pada September 2022.

Awal Januari, CDC melaporkan bahwa sekitar 40 persen kasus Covid-19 adalah kraken. Subvarian omicron itu kini telah diidentifikasi di 70 negara, termasuk Inggris.

Baca Juga

Terlepas dari kecepatan penularannya, aliansi vaksin, GAVI, melaporkan bahwa gejala XBB.1.15 lebih mirip pilek daripada flu. Gejala itu terutama dirasakan oleh penderita Covid-19 yang telah divaksinasi atau pernah menderita Covid-19 sebelumnya.

Pakar penyakit menular di University of California, Dr John Swartzberg, juga mencermati bahwa XBB memiliki kemampuan untuk menghindari kekebalan, bisa menempel ke sel tubuh dengan cepat, serta lebih tangguh daripada subvarian lain. Meski begitu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun meminta masyarakat agar tak panik terhadap munculnya varian-varian baru SARS-CoV-2, termasuk kraken.

"Pesan saya ke masyarakat tidak usah panik kalau di dalam ruangan padat, merasa batuk atau lihat temannya batuk-batuk, pakai masker itu protokol kesehatan itu, seperti pencegahan influenza, diare, TBC, demam berdarah," ujar Menkes seusai menghadiri Rakornas Transisi Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Tahun 2023, Kamis (26/1/2023).

Menkes mengingatkan agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan, termasuk dengan mengenakan masker dan mencuci tangan. Selain itu, Menkes juga mendorong masyarakat, terutama kelompok rentan dan komorbid agar segera mendapatkan vaksin booster.

Setelah subvarian kraken ini terdeteksi di Indonesia, pemerintah pun melakukan surveilans. Menurut Menkes, sistem surveilans di Indonesia saat ini sudah bagus, karena itu pemerintah bisa langsung mendeteksi adanya subvarian baru ini. Selain itu, pemerintah juga tengah melakukan pelacakan kontak erat.

Berdasarkan pengamatan, penularan dari subvarian Kraken memang tergolong cepat, namun memiliki kemampuannya menyebabkan keparahan penyakit tampak lemah. Artinya, menurut Budi, tingkat perawatan di rumah sakit akibat varian ini tidak tinggi.

Subvarian omicron BF. 7 - (Republika)

Menkes pun yakin varian-varian baru SARS-CoV-2 masih bisa tertangani karena masyarakat masih memiliki imunitas yang tinggi. Menurut Menkes, situasi di Indonesia berbeda dengan di Amerika Serikat dan negara-negara lain.

Menkes mengatakan, angka penularan subvarian Kraken tercatat mengalami sedikit peningkatan di Amerika Serikat. Begitu juga penularan subvarian lainnya di berbagai negara juga sebelumnya tercatat tinggi.

Sementara itu, di Indonesia, angka penularan dari dua kali mutasi omicron tidak tinggi. Menurutnya, hal ini disebabkan karena tingkat imunitas populasi yang masih baik.

 
Berita Terpopuler