Saling Butuh Antara PKS dan Anies dalam Konteks Pemilu Merujuk Hasil Survei

Berdasarkan survei KedaiKOPI, mayoritas pemilih Anies berasal dari PKS.

Republika/Putra M. Akbar
Presiden PKS Ahmad Syaikhu (tengah) bersama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Assegaf Al Jufri (kiri) dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan). Berdasarkan survei KedaiKOPI antara PKS dan Anies saling membutuhkan dalam pemilu. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana, Nawir Arsyad Akbar, Antara

Baca Juga

Lembaga Survei Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) merilis hasil surveinya yang digelar pada 22 November hingga 2 Desember 2022 terkait opini publik terhadap Pemilu 2024. Salah satu simpulannya adalah fakta angka saling membutuhkan antara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan.

"PKS dan Anies tampak saling membutuhkan. Pada bagian lain survei didapatkan hasil mayoritas pemilih Anies yakni 18,4 persen adalah pemilih PKS," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (26/1/2023).

Berdasarkan survei, apabila eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tersebut tidak didukung PKS, potensi suara Anies akan hilang sebesar 18,4 persen. Sebaliknya, PKS juga berpotensi kehilangan suara apabila tidak mendukung Anies Baswedan. Pasalnya, terdapat 34,2 persen pemilih partai tersebut menyatakan tidak akan memilih PKS jika tidak mengusung Anies Baswedan.

Survei opini publik menuju 2024 yang diselenggarakan KedaiKOPI juga mengungkapkan, keterkaitan antara partai politik dan sejumlah nama yang digadang-gadang bakal maju di Pemilihan Presiden (Pilpres). Ia menjelaskan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan KedaiKOPI, terdapat asosiasi kuat antara partai dan capres.

Partai Gerindra dengan diasoasiasikan dengan Prabowo Subianto, sedangkan PKS dengan Anies Baswedan. Asosiasi tersebut didapatkan dari distribusi elektabilitas partai berdasarkan elektabilitas empat capres yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Puan Maharani.

Distribusi tertinggi pemilih Gerindra mendukung Prabowo Subianto sebesar 74,7 persen diikuti Anies Baswedan 18,9 persen, Ganjar Pranowo 6,0 persen dan Puan Maharani 0,4 persen. Jumlah pemilih Gerindra yang mendukung Prabowo menjadi paling besar bila dibandingkan distribusi pemilih partai-partai lain terhadap Menteri Pertahanan tersebut.

Sementara itu, pemilih PKS mayoritas mendukung Anies Baswedan sebagai capres dengan hasil 65,4 persen. Jumlah itu juga menjadi yang terbesar jika dibandingkan distribusi pemilih partai-partai lain terhadap Anies. Sisanya, dukungan pemilih PKS diberikan kepada Ganjar Pranowo sebesar 18,7 persen, Prabowo Subianto 15,9 persen dan nol persen bagi Puan Maharani.

Survei opini publik menuju 2024 diselenggarakan Lembaga Survei KedaiKOPI pada 22 November hingga 2 Desember 2022 secara tatap muka dengan menggunakan teknologi computer assisted personal interview kepada 1.200 responden yang berusia di atas 17 tahun di 34 Provinsi. Dicuplik dengan teknik multistage random sampling dan tingkat kesalahan pencuplikan sekitar 2,83 persen pada interval kepercayaan 95 persen. 

Sebelumnya, berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang digelar pada 3-11 Desember 2022 menunjukkan bahwa sentimen Islam kental dengan pemilih Anies Baswedan. Itulah kenapa, mayoritas pemilih Prabowo Subianto sebagai capres pada 2019, kini berpindah ke Anies.

"Pemilih Prabowo Subianto-Sandiaga Uno itu 44 persen (bergeser) ke Anies Baswedan, Prabowo Subianto tinggal 37 persen, ke Ganjar 13 persen," kata Pendiri SMRC Saiful Mujani dalam program bertajuk "Pergeseran Pemilih Prabowo ke Anies" yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV, dipantau dari Jakarta, Kamis (12/1/2023).

Sementara dari total 55,5 persen pemilih Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019, mayoritas pemilih yakni sebanyak 44 persen bergeser ke Ganjar Pranowo. Kemudian 22 persen lainnya memilih Prabowo Subianto dan 20 persen sisanya memilih Anies Baswedan.

Saiful pun menggarisbawahi bahwa perpindahan dukungan pemilih Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 kepada Anies Baswedan karena unsur sentimen Islam dalam Pilpres 2019 yang sebelumnya digunakan Prabowo itu berpindah ke Anies yang disebutnya cukup konsisten dalam mengusung politik Islam.

"Pak Prabowo tinggal mungkin sekarang yang lebih nasionalis-nasionalis, jadi agak mirip dengan Ganjar. Oleh karena itu, persaingan menurut identitas politik itu akan terjadi antara Ganjar sama Anies. Dari Pak Prabowo aspek Islamnya sudah jauh lebih berkurang dalam memasuki Pemilu 2024 ini," imbuhnya.

 

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera tidak menampik, jika ada yang mengatakan bahwa, PKS maupun Anies Baswedan sama-sama saling membutuhkan. Sebab, ia berpendapat, basis pemilih dari mantan Gubernur DKI Jakarta dan PKS itu memang cukup mirip.

"Basis suara Mas Anies dan PKS mirip," kata Mardani kepada Republika, Kamis (26/1/2023).

Oleh karena, ia merasa, sangat wajar jika masing-masing pemilih memiliki satu harapan yang sama. Termasuk, agar segera ada kepastian pernyataan persatuan, terutama dari PKS untuk mengusung Anies Baswedan dalam Pilpres 2024 nanti.

Mardani sendiri memiliki kedekatan khusus dengan Anies Baswedan mengingat pada 2017 merupakan Ketua Tim Pemenangan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta untuk Anies. Artinya, hubungan PKS dan Anies bisa dibilang terjalin cukup erat. 

Selain itu, Mardani turut sependapat jika potensi kehilangan suara pemilih memang sangat mungkin terjadi dan akan merugikan keduanya. Terutama, jika PKS malah memutuskan untuk tidak mengusung Anies Baswedan dalam Pilpres 2024.

Namun, ia mengingatkan, waktu Pemilu 2024 masih cukup lama, bahkan satu tahun lebih. Karenanya, ia menekankan, PKS sebagai partai yang sudah memiliki basis pendukung dapat melakukan kerja-kerja sebagai langkah mitigasi.

"Jika waktu pemilu masih lama, sebagai institusi PKS bisa bekerja memitigasi. Tapi, perlu kerja keras," ujar Mardani.

Juru bicara PKS, Muhammad Kholid menegaskan, pihaknya masih menungga keputusan dari Majelis Syuro terkait sosok yang akan diusung PKS sebagai capres dan calon wakil presiden (cawapres) pada 2024. Hingga kini, PKS pun belum meneken kesepakatan koalisi dengan partai lain.

 

"Terkait deklarasi dukungan, DPP PKS menunggu arahan dari Ketua Majelis Syuro PKS, Habib Dr. Salim Segaf Al-Jufri. DPP PKS sebagai pelaksana tugas dari amanat Majelis Syuro akan taat dan patuh menjalankan keputusan Majelis Syuro," ujar Kholid lewat keterangannya, Kamis.

"Kami memohon agar masyarakat, khususnya keluarga besar Partai Keadilan Sejahtera, untuk dapat bersabar menunggu keputusan resmi dari pimpinan," sambungnya.

Kendati belum secara resmi mendeklarasikan koalisi dan pasangan capres-cawapres, tim kecil PKS, Partai Nasdem, dan Partai Demokrat terus menjalin komunikasi. Termasuk dalam membahas cawapres untuk Anies Baswedan.

"Semua pertimbangan dan pandangan ketiga partai sudah dibahas bersama. Prinsipnya, PKS setuju untuk mendukung siapa pun yang terbaik yang paling besar peluangnya untuk memenangkan Pilpres," ujar Kholid.

Jika Sekretariat Perubahan terwujud, ia berharap hal tersebut semakin memperkuat soliditas Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS. Khususnya dalam merealisasikan pengusungan Anies sebagai capres. 

"Selama ini sudah ada tim kecil yang merupakan perwakilan resmi PKS, Nasdem, dan Demokrat. Tim kecil tersebut sudah bekerja dengan sangat baik, kami setuju jika Tim Kecil tersebut bisa ditransformasi menjadi Sekretariat Perubahan," ujar Kholid yang merupakan bagian dari tim kecil tersebut.

 

Skenario Empat Poros Koalisi Pilpres 2024 - (infografis republika)

 

 

 
Berita Terpopuler