Haedar Nilai Pesantren Bukan Hanya Milik Kelompok Tradisionalis Tapi Juga Modernis

Berdirinya Pesantren Muhammadiyah bentuk aktualisasi dari etos kerja maju Muhammadiyah

network /Rahmat Fajar
.
Rep: Rahmat Fajar Red: Partner

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (Dok. Republika)

NYANTRI--Muhammadiyah terus mengembangkan lembaga pendidikan pesantrenya dengan kian banyak berdiri pesantren-pesantren di berbagai daerah. Salah satu Ormas Islam terbesar di Indonesia ini mendirikan pesantren sesuai dengan nilai-nilai Kemuhammadiyaan.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan pesantren merupakan bentuk aktualisasi dari etor kerja maju Muhammadiyah. Ia menegaskan Pesantren merupakan bagian dari tradisi besar yang dijalankan Muhammadiyah.

Karenanya, kata Haedar, pesantren bukan hanya milik kalangan yang menyebut dirinya tradisionalis namun juga kelompok modernis. Termasuk Muhammadiyah yang selama ini dikenal dengan Ormas dengan ciri khas gerakan modern namun juga sejatinya dikenal dengan gerakan tajdid.

Baca Juga: https://nyantri.republika.co.id/posts/198418/muhammadiyah-usulkan-pemilihan-legislatif-proporsional-tertutup-ini-alasannya

https://nyantri.republika.co.id/posts/198419/muhammadiyah-tak-melihat-pemilihan-legislatif-proporsional-tertutup-kemunduran-demokrasi

Dalam mengelola pesantren, ia mengungkapkan, Muhammadiyah tak hanya memberikan santri ilmu-ilmu agama melainkan juga ilmu secara nyata. Dan sebelum gerakan Muhammadiyah ekses, pesantren hanya dimaknai sebagai tempat mengajarkan ilmu agama dan cederung anti dengan pendidikan modern.

Menurut Haedar, Kiai Ahmad Dahlan dengan berani membawa perubahan ke tubuh pesantren dengan memasukkan ilmu umum. Usaha Kiai Ahmad Dahlan tersebut awalnya tidak mudah diterima dan dianggap kafir. Namun perlahan diterima hingga saat ini banyak pesantren yang tidak anti dengan ilmu umum.

“Banyak pesantren yang alergi bahkan dianggapo tasyabbuh ketika Kiai Dahlan menggunakan metode modern Barat dalam mengembangkan institusi pendidikan. Lebih dari itu dicap sebagai kafir,” kata Haedar dalam peresmian Gedung Kelas Putra Terpadu Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (PPM MBS) Yogyakarta Sabtu (21/1/2023).

Ia mengungkapkan pesantren Muhammadiyah memiliki satu cirri khas yakni pendidikan holisti, artinya pendidikan mesti melakukan integrasi agama dengan segala aspek kehidupannya. Ia ingin lulusan Muhammadiyah harus menguasai segala ilmu baik agama maupun umum. Pesantren harus didesain untuk menghadapi tantangan masa depan bukan justru kembali ke masa lalu.

Sumber: laman resmi Muhammadiyah

Baca Artikel Menarik Lainnya: https://nyantri.republika.co.id/posts/196102/warga-nu-tak-akan-lagi-bebas-keluar-masuk-gedung-pbnu-ini-penjelasan-gus-yahya

https://nyantri.republika.co.id/posts/196260/masuk-gedung-pbnu-akan-dibatasi-jadi-ingat-citacita-gus-dur-bangun-gedung-pbnu

https://nyantri.republika.co.id/posts/196194/aktivitas-ini-kemungkinan-hilang-di-gedung-pbnu-ketika-akses-masuk-dibatasi

https://nyantri.republika.co.id/posts/197792/ini-10-ormas-islam-terpopuler-di-indonesia

https://nyantri.republika.co.id/posts/198660/ada-puan-suara-riuh-peserta-jalan-sehat-satu-abad-nu-saat-jokowi-sapa-ganjar

 
Berita Terpopuler