Korsel-Korut Perkuat Pertahanan Militer

Kedua negara menganggarkan dana lebih untuk memperkuat pertahanan.

Korean Central News Agency/Korea News Service
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara dalam rapat pleno Partai Buruh Korea di markas besar partai di Pyongyang, Korea Utara, Selasa, 27 Desember 2022. Wartawan independen tidak diberikan akses untuk meliput peristiwa yang digambarkan dalam gambar ini yang didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara. Konten gambar ini telah disediakan dan tidak dapat diverifikasi secara independen. Tanda air bahasa Korea pada gambar seperti yang disediakan oleh sumber berbunyi: KCNA yang merupakan singkatan dari Korean Central News Agency.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mempresentasikan tujuan untuk lebih meningkatkan kekuatan militer negaranya pada 2023. Sedangkan Korea Selatan (Korsel) pun mengambil langkah sama untuk memperkuat pertahanan dengan melengkapi kebutuhan senjata.

Baca Juga

Rencana terbaru Kim ini disampaikan dalam rapat pleno Partai Buruh yang berkuasa pada Rabu (27/12/2022). Menurut laporan kantor berita pemerintah Korut KCNA, Kim menganalisis tantangan keamanan baru dalam politik internasional dan di Semenanjung Korea.

Kim mengklarifikasi prinsip dan arahan untuk mengambil hubungan eksternal, serta berperang melawan musuh untuk melindungi kepentingan dan kedaulatan nasional. "Menetapkan tujuan utama baru untuk memperkuat kemampuan pertahanan mandiri yang akan didorong maju pada tahun 2023 di bawah situasi yang berubah secara multilateral,” kata laporan KCNA tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Beberapa pengamat mengatakan tujuan baru itu mungkin terkait dengan dorongan Kim untuk memperluas persenjataan nuklirnya dan memperkenalkan serentetan sistem senjata berteknologi tinggi seperti rudal multi-hulu ledak. Mereka mengatakan, Kim pada akhirnya akan bertujuan untuk menggunakan kemampuan nuklir yang ditingkatkan untuk memaksa saingannya menerima Pyongyang sebagai negara nuklir yang sah, status yang dinilai penting untuk mencabut sanksi internasional.

Pernyataan Kim muncul ketika ketegangan dengan Korea Selatan (Korsel) sedang meningkat tajam pekan ini. Seoul menuduh Pyongyang menerbangkan pesawat tak berawak melintasi perbatasan untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Ditambah lagi, Korut telah melakukan sejumlah uji coba rudal dalam yang dinilai para ahli sebagai upaya untuk memodernisasi persenjataannya pada tahun ini.

Tindakan-tindakan Korut ini pun kini ditanggapi lebih keras oleh negara tetangganya. Militer Korsel melepaskan tembakan peringatan dan meluncurkan jet tempur dan helikopter setelah mendeteksi lima drone Korut yang melanggar wilayah udara pada Senin (26/12/2022). Kemudian, Seoul juga menerbangkan aset pengawasannya sendiri melintasi perbatasan ke Pyongyang sebagai tanggapan.

 

Beberapa ahli mengatakan penerbangan pesawat tak berawak Korut mungkin dirancang untuk menguji kesiapan Korsel dan Amerika Serikat dan menetralisir perjanjian pengurangan ketegangan antar-Korea sebelumnya. Mereka mengatakan, Korut kemungkinan menilai pesawat tak berawaknya sebagai metode yang murah namun efektif untuk menyebabkan kegelisahan keamanan dan perpecahan domestik di Korsel.

Militer Korsel mengatakan gagal menembak jatuh drone dan meminta maaf kepada publik karena menimbulkan masalah keamanan. Sedangkan Presiden Korsel Yoon Suk-yeol menyerukan pertahanan udara yang kuat dan drone siluman berteknologi tinggi untuk memantau Korea Utara dengan lebih baik.

Melalui rencana pembangunan senjata lima tahun yang diumumkan pada Rabu, Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, akan mendorong untuk meningkatkan sistem tiga porosnya yang terdiri dari serangan pendahuluan, pertahanan rudal dan kemampuan serangan pembalasan.

 

Upaya itu dilakukan untuk mengatasi ancaman nuklir Pyongyang Untuk mencapai target tersebut, Seoul dikatakan akan mendapatkan lebih banyak jet tempur siluman dan kapal selam yang mampu menembakkan rudal balistik. Korsel pun akan mengoperasikan rudal dan radar pencegat tambahan, serta mengembangkan senjata yang lebih kuat dan dipandu dengan presisi. Pembelian beragam jenis drone untuk memperkuat kapasitas pengawasan pun akan dilakukan.

 
Berita Terpopuler