Keindahan Islam Memikat Hati Jayina Chan, Mualaf Cantik Asal Singapura Ini

Mualaf Jayina Chan memeluk Islam berkat keindahan ajaran agama ini

Dok istimewa
Jayina Chan. Mualaf Jayina Chan memeluk Islam berkat keindahan ajaran agama ini
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Ibu dua anak ini memiliki nama asli Chan Jia Ying. Jayina Chan sapaan akrabnya merupakan seorang wanita berasal dari Singapura keturunan Tionghoa.

Baca Juga

Jayina kembali kepada Islam ketika berusia 26 tahun. Dia menggunakan kata kembali bukan pindah karena muslim percaya bahwa semua orang yang lahir beragama Islam.

Jayina menceritakan pengalamannya saat memutuskan untuk memeluk agama Islam melalui sebuah video yang diunggah di website millenials of SG. Ketertarikannya akan agama Islam bermula saat ia mencoba memahami isi Alquran. Dia terlahir di keluarga yang berpikiran terbuka.

“Terlahir di keluarga yang terbiasa mengedepankan ilmu pengetahuan dan sains, saya merasa isi Alquran adalah yang paling masuk akal. Saya menemukan banyak sekali kalimat-kalimat ilmiah di dalam Alquran,” ujar Jayina di dalam videonya.

Konflik keluarga

Memutuskan untuk belajar, memahami, dan memeluk agama Islam tidaklah mudah bagi Jayina. Di Singapore, tempat tinggalnya, Islam merupakan agama minoritas. Apalagi keluarga Jayina memiliki adat dan budaya Cina yang masih sangat kental. Konflik bermula saat ibu Jayina memergokinya sedang mempelajari Alquran. Saat itu sang ibu merasa sangat marah dan kecewa.

Ibunya benar-benar kesal, hubungan mereka memburuk selama berbulan-bulan. Ketika ibunya menyadari bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikan putrinya belajar tentang Islam dan mempraktikkannya.

“Pemahaman ibu dan keluarga saya mengenai agama Islam tidak tepat. Tapi ibu saya tahu, bahwa ia tak bisa melarang saya untuk mempelajari Islam lebih dalam. Oleh karena itu dia memberi saya ultimatum untuk keluar rumah,” tutur Jayina.

Jayina berpikir pikir sulit bagi ibunya untuk menerima perubahan dan menerima anaknya menjadi Muslim. Dan yang dia tahu tentang Muslim adalah dari media. Jayina beranggapan ibunya hanya tidak tahu sehingga sulit menerimanya.

Awalnya saya mencoba meyakinkan mereka melalui kata-kata dan diskusi, tetapi akhirnya diskusi ini berubah menjadi argumen dan pertengkaran, dan saya memutuskan bahwa itu tidak menyelesaikan masalah ini. Jadi, saya harus pindah untuk membiarkan semua orang tenang.

Usaha untuk berbicara dan ber[adadiskusi tak pernah berakhir dengan baik. Dan akhirnya, untuk menghindari konflik berkepanjangan, Jayina memutuskan untuk keluar dari rumah keluarganya, saat ia sedang berpuasa  Ramadan.

“Sikap adalah cara terbaik untuk menunjukkan pada mereka (keluarga) bahwa Islam telah membuatku menjadi orang yang lebih baik. Aku telah menemukan kedamaian,” tambahnya.

Seiring waktu, mereka menyadari bahwa kini dia menjadi lebih hormat dan lebih tenang karena telah menemukan kedamaian batin.

Baca juga: Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat

Keraguan tentang Islam

Jayina sempat memiliki keraguan awal tentang Islam. "... jika Islam adalah agama yang sangat membatasi, mengapa orang masih tetap dalam Islam, mengapa orang masih bergabung dengan Islam?"

Dia kemudian memutuskan bahwa cara terbaik untuk mempelajarinya adalah melalui Alquran (teks agama utama Islam) dan mengikuti kelas.Tetapi ketika dia membaca Surat Al-Baqarah (yang juga merupakan yang terpanjang), Jayina mengatakan dia ragu untuk melanjutkan, karena ada beberapa kutipan yang tidak dia setujui.

Tetapi atas saran temannya, dia berhasil menyelesaikan membacanya dan menemukan jawaban yang dia butuhkan. Dia kemudian mencari buku tafsir untuk lebih mudah memahami makna ayat-ayat Alquran tersebut.

“Hanya setelah belajar dan mendapatkan pengetahuan, saya menyadari bahwa Islam adalah agama yang sangat indah. Itu mencakup kedamaian, cinta, dan banyak hal lain yang saya salah pahami. ”

Keindahan Islam 

Islam sangat menarik bagi dia karena itu adalah agama yang indah. Keindahan Islam membuatnya memberikan begitu banyak kedamaian dan ketenangan dan itu adalah sesuatu yang dia suka. Hal ini juga menjadi sebuah hiburan bagi orang yang sakit.

Dalam hal toleransi beragama di Singapura, dia merasa mendapatkan berkah karena  memiliki banyak orang yang menerimanya dengan hati dan pikiran terbuka.

"Namun, saya berpikir bahwa ada banyak orang yang membutuhkan sedikit lebih banyak pendidikan, pemahaman, dan toleransi ketika datang ke keyakinan agama yang berbeda" jelas dia.

Melawan stigma negatif  

Namun setelah teman-temannya mengetahui dirinya memeluk Islam, banyak reaksi terkejut yang didapatkannya. Dia mendapatkan banyak komentar pemikirna pendek dari non-Muslim.

“Kamu nggak bisa makan babi lagi loh,” “Suami kamu boleh punya empat istri,” “Islam kan agama penuh kekerasan,”. Kalimat-kalimat itulah yang didengar Jayina dari lingkungan sosialnya saat ia bercerita soal keputusannya untuk memeluk agama Islam. Menurut Jayina, tak sedikit orang di Singapura yang masih harus belajar soal menghormati dan bertoleransi terhadap umat agama lain.

Dia hanya tersenyum menanggapinya dan tidak terlalu mempedulikannya. “Ada satu kalimat di Alquran yang menjadi favorit saya. ‘Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat,’ (penggalan surat Al-Baqarah ayat 256). Bagi saya, sudah jelas manusia diberi akal dan pikiran untuk memilih. Memilih jalan hidup, agama dan apapun. Jika kita tidak mau orang lain memilihkan jalan hidup kita, jangan pernah menghakimi pilihan orang lain,” ungkap Jayina.

 

Jayina percaya, pilihannya untuk memeluk agama Islam adalah jalan hidup terbaik baginya. Dia berharap, orang-orang sekitarnya dapat menerima itu. Karena penerimaan akan berujung pada toleransi. Dan saat semua orang bisa menerima dan mengerti pilihan hidup orang lain, dan berhenti menghakimi, maka dunia akan menjadi tempat yang lebih baik 

 
Berita Terpopuler