Jangan Langsung Kabur Saat Temukan Ular di Rumah, Pencinta Alam Sarankan untuk Lakukan Ini

Bagi orang awam, sulit mengenali ular berbisa dari tampilannya saja.

Republika/Edi Yusuf
Ular kobra (Ilustrasi). pecinta reptil Alprih Priyono meninggal dunia setelah dipatuk ular king kobra.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar duka berpulangnya pecinta reptil Alprih Priyono setelah dipatuk oleh ular king cobra menjadi perhatian banyak pihak. Pasalnya, Alprih bukan orang baru di dunia reptil. Dia merupakan mantan asisten di acara TV Panji Petualang yang kerap membahas berbagai jenis ular.

Bagaimanapun, peristiwa tersebut membuat banyak orang dinilai perlu lebih waspada saat berinteraksi dengan hewan melata tersebut. Pelatih aktivitas luar ruang dan pencinta reptil asal Bogor, Fadilah Anwar, membagikan beberapa kiat jika masyarakat tanpa sengaja melihat ular.

Baca Juga

Fadil pernah berjumpa dengan almarhum Alprih pada pelatihan bertahan hidup. Pria 30 tahun yang merupakan anggota Relawan Indonesia Pembela Alam (Rimba) itu menyampaikan turut berbelasungkawa atas meninggalnya almarhum. Fadil pun memberitahukan sikap yang tepat ketika ada ular liar di sekitar.

"Jangan panik jika bertemu ular. Jangan kabur kalau kejadiannya di rumah, sebab dikhawatirkan ular malah bersembunyi di sisi rumah yang tidak diketahui. Amati dari jauh, kalau belum tahu itu ular berbisa atau tidak, panggil orang yang berani dan tahu jenis ular untuk meminta pertolongan," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (21/12).

Jika ular dirasa mengancam, Fadil menganjurkan untuk menghalaunya memakai alat yang ada di rumah, seperti sapu, alat pel, atau benda bergagang lain. Ular disarankan dihalau ke luar rumah dan tidak dipegang langsung. Apabila memungkinkan, segera hubungi petugas pemadam kebakaran atau relawan untuk memudahkan evakuasi ular.

Fadil menjelaskan cara sederhana untuk membedakan ular berbisa dan ular yang tidak berbisa. Menurut Fadil, metode paling mudah yakni dengan mencermati karakter ular. Pasalnya, ular tidak berbisa atau dengan bisa menengah (mid-venom) cenderung kabur jika kontak dengan manusia.

Sementara itu, ular berbisa dengan tingkat racun tinggi (high venom) pada umumnya lebih tenang atau diam saat kontak dengan manusia. Bagi masyarakat awam, mengategorikan ular berbisa dan tidak berbisa hanya dari tampilan luar cenderung sulit.

"Terkadang, ular memiliki jenis berbeda, meski warna dan bentuknya serupa. Contohnya, ular berwarna hijau yang umum dijumpai warga: ada yang tidak berbisa, ada yang mid-venom, dan ada juga yang high venom. Jadi, orang awam terkadang salah jika melihat dari warna saja," ungkap Fadil yang juga aktif di lembaga sosial kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat SalamAid, serta kerap menjadi pemateri di berbagai klub reptil.

Fadil menjelaskan, king cobra yang mematuk almarhum Alprih adalah "rajanya" para ular. Namun, bukan berarti jenis ular itu tidak bisa dijinakkan.

Baik ular berbisa maupun yang tidak berbisa dapat saja dipelihara, tergantung kegemaran seseorang. Ada pencinta reptil yang lebih suka memelihara ular berbisa.

Ada pula pencinta reptil yang memilih jenis ular eksotis seperti boa atau piton. Akan tetapi, Fadil menyoroti hal yang belum optimal terkait aktivitas memelihara reptil.

"Di Indonesia, ular dari yang tidak berbisa sampai king cobra boleh dipelihara. Kalau di luar negeri, harus punya sertifikat khusus per jenis ular untuk memelihara ular. Tidak asal tampung di rumah," tuturnya.

 
Berita Terpopuler