Pertunjukan Musik Perlu Diatur Jadwalnya Agar Penonton tak Cepat Bosan

Pertunjukan musik marak sepanjang 2022.

Republika/Putra M. Akbar
Penonton menyaksikan penampilan grup musik Dewa 19 pada konser bertajuk Dewa 19 - A Night At The Orchestra Episode 2 di Jakarta International Velodrome, Jakarta, Sabtu (10/12/2022). Pertunjukan musik marak digelar sepanjang 2022.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan masukan agar penonton festival musik tidak cepat jenuh dengan pertunjukan yang gelar tiap pekan. Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengatakan tahun 2022 menjadi kebangkitan industri pertunjukan musik di kota besar setelah dua tahun menahan diri.

Pertunjukan musik pun dihelat tiap pekannya karena mendapat respons baik dari masyarakat yang sudah haus hiburan. Mahendra berpendapat menjaga ketertarikan pencinta musik pada acara festival juga perlu untuk diperhatikan.

"Perlunya koordinasi yang baik antar penyelenggara pertunjukan musik, agar penjadwalan dan lineup musisi tidak bentrok atau terlalu berimpitan," ujar Mahendra saat dihubungi Antara pada Rabu (14/12/2022).

Baca Juga


"Hal ini ditujukan untuk tidak membuat penonton menjadi jenuh dalam waktu singkat. Peran asosiasi penyelenggara menjadi sangat penting," lanjutnya.

Lebih lanjut, Mahendra mengatakan, diperlukan etika kerja penyelenggaraan pertunjukan musik yang disepakati bersama oleh para promotor agar industri pertunjukan menjadi semakin sehat dan kolaboratif sehingga terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat penggemar musik. Ramainya panggung hiburan diharapkan mendorong keragaman pertunjukan musik, dan bukan malah membuat konser menjadi seragam.

"Kita membutuhkan kurator-kurator pertunjukan musik yang profesional, yang bukan sekedar jualan konser musik, tetapi juga mengembangkan literasi dan apresiasi masyarakat terhadap keragaman musik di Indonesia," kata Mahendra.

Hal ini, menurut Mahendra, ditujukan untuk tidak membuat penonton menjadi jenuh dalam waktu singkat. Ia menilai peran asosiasi penyelenggara menjadi sangat penting dalam hal ini.

Lebih lanjut, Mahendra mengatakan, diperlukan etika kerja penyelenggaraan pertunjukan musik yang disepakati bersama oleh para promotor agar industri pertunjukan menjadi semakin sehat dan kolaboratif sehingga terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat penggemar musik. Ramainya panggung hiburan diharapkan mendorong keragaman pertunjukan musik, dan bukan malah membuat konser menjadi seragam.

"Kita membutuhkan kurator-kurator pertunjukan musik yang profesional, yang bukan sekedar jualan konser musik, tetapi juga mengembangkan literasi dan apresiasi masyarakat terhadap keragaman musik di Indonesia," kata Mahendra.

Selain itu, maraknya pertunjukan musik di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali diharapkan bisa menumbuhkan musisi baru beserta genrenya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan regenerasi yang sehat dan memperkaya khazanah musik Indonesia di masa depan.

"Kegiatan-kegiatan pertunjukan musik ke depan harus didesain menjadi ruang yang aman dari pelecehan dan bullying, menjadi ruang bersama yang inklusif, membuka pelibatan dan layanan bagi kaum difabel dan anak-anak," ujar Mahendra.

 
Berita Terpopuler