Meski Melambat, Ekonomi DIY 2023 Diproyeksikan Tetap Tumbuh

Kekuatan ekonomi DIY ditopang oleh lima motor penggerak ekonomi.

Antara/Hendra Nurdiyansyah
Kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta.
Rep: Febrianto Adi Saputro Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diprediksi tumbuh meski lambat. Akademisi Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FBE UII), Agus Widarjono, mengatakan ekonomi DIY di 2023 diprediksi pertumbuhannya tidak terlalu melonjak signifikan.

"Tumbuh tapi tadi pasti ada dampaknya, tapi tidak tumbuh kemudian tinggi, tumbuh tapi melambat," kata Agus di Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FBE UII), Condongcatur, Sleman, Rabu (7/12/2022).

Sudah dilakukannya vaksin booster dan kembalinya perkuliahan di sejumlah kampus di Yogyakarta diyakini akan membuat perekonomian di Yogyakarta kembali pulih. Pun kembali pulihnya pariwisata di Sleman juga akan semakin meningkatkan perekonomian DIY.

"Kalau kita bicara DIY itu kan dua hal, satu pariwisata dan pendidikan. Kalau ini sudah rebound, saya pikir dugaann saya ekonomi akan tumbuh," katanya.

Sekretaris ISEI DIY, Y Sri Susilo mengatakan, ekonomi DIY hingga 2022 menunjukkan pertumbuhan sejak TW-III 2021 (2,31 persen) hingga TW-III 2022 (5,82 persen). Menurutnya kekuatan ekonomi DIY ditopang oleh lima motor penggerak ekonomi.

Antara lain, pariwisata yang masih bisa bertahan, konstruksi yang meningkat, kontribusi ekspor yang masih tumbuh meski turun, konsumsi masyarakat yang meningkat, serta peran UMKM dan sektor pendidikan.

Asisten Deputi Bank Indonesia KP Yogyakarta, Rifa'at Pasha, mengatakan ekonomi DIY pulih lebih cepat dibandingkan provinsi lain di Jawa. Hal itu terjadi karena terkendalinya kasus Covid-19 dan pelonggaran mobilitas masyarakat.

 
Berita Terpopuler