Pakar: Pola Hidup Hemat Jangan Saat Momentum Tertentu

Sudah sewajarnya setiap individu mempersiapkan kebutuhan prioritas.

Needpix
Gaya Hidup (Foto: ilustrasi kopi)
Rep: Imas Damayanti Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti ekonomi syariah dari Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (SEBI), Azis Setiawan, mengatakan, di tengah ancaman resesi ekonomi dunia maka setiap individu sebaiknya mulai mengatur kembali skala prioritas keuangan yang dimiliki. Meskipun ancaman resesi tersebut masih dalam kategori makro, tidak ada salahnya untuk membentengi diri dengan meng atur keuangan kembali.

Baca Juga

"Tentu semua orang menghadapi tantangan resesi, maka menghadapinya harus hati-hati.Salah satu bagian yang perlu dijalankan adalah bersifat hemat. Ini hal yang positif, karena bagi orang yang beriman, dia akan meninjau kembali mana yang prioritas tentang kebutuhan karena ini sangat esensial, "kata Azis saat dihubungi Republika, Rabu (30/11/2022).

Menurut dia, menjalankan pola hidup hemat juga bukan berarti harus dilakukan saat momentum tertentu saja, seperti hadirnya resesi. Di tengah kondisi ekonomi baik-baik saja pun, kata dia, sudah sewajarnya setiap individu mempersiapkan dan mempertimbangkan lagi kebutuhan prioritas untuk dikonsumsi.

Sebab, menurut dia, dalam ekonomi Islam terdapat tiga aspek penting yang harus dipahami. Yakni aspek kebutuhan, keinginan, dan aspek syahwat ekonomi. Dia menekankan, aspek kebutuhan dasar harus menjadi prioritas yang tidak boleh diintervensi oleh aspek keinginan.

"Maka ketika ada resesi, misalnya jika sebelumnya seseorang pola konsumsinya dikendalikan oleh syahwat konsumsi, hedonisme, maka prinsip hemat menjadi hal yang positif. Ini ajaran konsepsi Islam yang mendasar, kata dia.

Maka, bagaimana caranya untuk mengatur keuangan?

 

Azis mengatakan, bahwa selain menentukan kebutuhan belanja prioritas, maka seseorang juga harus menjauhkan syahwat belanja hedonismenya. Di sisi lain, dia mengingatkan bahwa dalam melihat gejolak ekonomi pada masa mendatang yang sewaktu-waktu dapat menghadapi turbulensi, dana darurat bisa dipersiapkan.

Jika biasanya dana darurat hanya dipersiapkan untuk cadangan selama 5-6 bulan, dia menekankan, untuk menambahkan masa cadan gan dana darurat lebih lama. Mengingat pengalaman pandemi selama lebih dari dua tahun yang mengguncang ekonomi dunia berdampak langsung kepada kehidupan rumah tangga atau mikro

Selain perlu mengatur prioritas, mem persiap kan dana darurat, setiap individu juga harus bersikap optimistis. Di tengah situasi ekonomi yang gelap badai, biasanya akan ada peluang.Jadi jangan takut berlebih, harus melihatnya optimistis.

 

"Setiap krisis biasanya ada peluang,"kata dia.

 
Berita Terpopuler