Dokter: Makanan Pendamping ASI Boleh Diberi Gula Setengah Sendok Teh Saja

Konsumsi gula pada anak harus dibatasi.

PxHere
Bayi sedang makan (Ilustrasi).Saat anak memasuki masa MPASI, orang tua boleh memberikan tambahan gula dan garam untuk menggugah selera makannya.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak Herbowo Agung mengatakan gula sebaiknya diberikan dalam porsi kecil saja pada bayi saat masa makanan pendamping ASI (MPASI). Takarannya hanya sekitar setengah sendok teh, sebatas untuk menggugah selera.

"Ikatan Dokter Anak Indonesia sendiri sebetulnya menyarankan gula itu diberikan dalam porsi yang sangat kecil dan biasanya untuk membantu anaknya yang suka Gerakan Tutup Mulut (GTM)" ucapnya dalam diskusi mengenai konsumsi manis pada anak, yang diikuti di Jakarta, dikutip Ahad (27/11/2022).

Dr Herbowo mengatakan menurut anjuran dari IDAI, anak saat memasuki masa MPASI boleh diberikan tambahan gula dan garam untuk memberi rasa tambahan pada makanannya. Namun, disarankan untuk tidak lebih dari setengah sampai satu sendok teh untuk usia enam sampai delapan bulan.

"Enam sampai delapan bulan sebetulnya diberikan sehari setengah sendok teh, cukup banget," tuturnya.

Bentuk konsumsi gula yang bisa diberikan pada bayi enam bulan ke atas bisa berupa buah yang manis dan sesuai kebutuhan. Menurut dr Herbowo, pada dasarnya manusia butuh gula.

"Kita bisa kasih gula dari umur enam bulan dalam bentuk buah, itu juga ngasih gula tapi dalam porsi yang sehat dan baik," ucapnya.

Dr Herbowo mengatakan gula sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu kerja sel terutama otak. Namun, dalam konsumsi yang sewajarnya dan memilih gula dari sumber alami.

"Kalau memakai gula tambahan yang berlebihan akan membuat risiko yang paling sering terjadi adalah kerusakan gigi atau geripis dan tipis," jelas dr Herbowo.

Baca Juga

Selain itu, menurut dr Herbowo, gula diperlukan tubuh sebagai energi dan kerja sel. Gula yang dipecah dalam tubuh, selanjutnya jika gula sudah habis dipecah maka tubuh akan memecah lemak dan protein. Namun, jika terdapat timbunan gula berlebih dalam tubuh, lemak dan protein tidak bisa dipecah secara bergiliran dan akhirnya timbul penyakit seperti jantung dan kolesterol.

"Kalau gula bertumpuk, lemaknya enggak pernah dipecah akhirnya masalah penyakit jantung karena penumpukan lemak di jantung, kolesterol yang tinggi," tuturnya.

Gula yang tidak dipecah juga akan menimbun lemak pada tubuh yang bisa mengakibatkan darah tinggi dan perlemakan pada organ hati sehingga menimbulkan obesitas. Mengutip penelitian, dr Herbowo mengatakan bahwa obesitas berhubungan erat dengan diabetes karena gula yang berlebih dalam tubuh menyebabkan cadangan energi lain tidak dipakai.

"Jadi energinya harus dipakai. Olahraga dan aktivitas sehari-hari sangat membantu sekali untuk memecah gula sehingga enggak terlalu bertumpuk," katanya.

 
Berita Terpopuler