Berhenti Merokok Jadi Langkah Jitu Tekan Risiko Kanker, Jangan Percaya Mitos-mitosnya

Setidaknya ada lima mitos terkait upaya berhenti merokok.

Prayogi/Republika
Selain menjalani terapi, tekad yang kuat dibutuhkan untuk bisa berhenti merokok.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Cancer Research Fund mengungkapkan bahwa faktor gaya hidup bertanggung jawab atas sekitar 155 ribu kasus kanker per tahun. Salah satu modifikasi gaya hidup yang dapat membantu menekan risiko kanker adalah berhenti merokok.

Organisasi tersebut mengatakan penerapan pola makan yang sehat, bergerak aktif, menjaga berat badan yang normal, dan berhenti merokok bisa mencegah sekitar 40 persen kasus kanker. Hal serupa juga diungkapkan oleh Cancer Research UK yang kerap mempromosikan "berhenti merokok".

Menurut Cancer Research UK, berhenti merokok dapat memangkas kasus kematian akibat kanker. Sebuah studi yang baru dipublikasi pada pekan lalu dalam jurnal PLOS juga mengindikasikan bahwa berhenti merokok bisa mengurangi angka kematian kanker di Inggris dari 27.200 menjadi 16.500.

"Merokok dapat membuat orang-orang berisiko lebih tinggi terhadap beberapa kanker termasuk (kanker) mulut, tenggorokan, dan kandung kemih," jelas associate clinical director di Bupa Health Clinics, Dr Naveen Puri, seperti dilansir Independent, Rabu (23/11/2022).

Terkait berhenti merokok, Dr Puri mengatakan ada lima mitos yang sebaiknya tak dipercaya. Berikut ini adalah kelima mitos tersebut.

Mitos 1: Terlambat berhenti
Sebagian orang sudah memiliki kebiasaan merokok selama bertahun-tahun. Hal ini membuat mereka mungkin merasa sudah terlambat untuk berhenti merokok. Padahal, meski tidak mudah, tak ada kata terlambat untuk melepaskan diri dari kebiasaan buruk tersebut.

Mitos 2: Niat yang utama
Memiliki niat dari dalam diri untuk berhenti merokok memang sangat baik dalam membantu proses berhenti merokok. Akan tetapi, Dr Puri mengatakan ada beragam obat yang bisa membantu pasien untuk meninggalkan kebiasaan merokok.

Baca Juga

Mitos 3: Harus sekaligus
Berhenti merokok tak harus dilakukan sekaligus. Perokok bisa memasang target yang mungkin dicapai selama proses berhenti merokok.

Sebagai contoh, mengurangi frekuensi atau jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari. Penurunan ini dapat diperbesar seiring dengan berlalunya waktu.

Mitos 4: Sulit lawan keinginan merokok
Saat berupaya berhenti merokok, merupakan hal yang lumrah bila rasa ingin merokok sesekali muncul. Akan tetapi, keinginan merokok ini bukan sesuatu yang tak bisa dilawan.

Ada beragam opsi lain yang bisa menjadi pengganti kebiasaan merokok. Salah satunya adalah mengunyah permen karet.

Mitos 5: Lakukan sendiri
Upaya berhenti merokok sebaiknya tak hanya melibatkan diri sendiri, tetapi juga orang-orang terdekat. Alasannya, terkadang ada masa-masa di mana perokok merasa kurang termotivasi. Dalam kondisi ini, dukungan dari orang-orang terdekat akan sangat membantu perokok untuk tetap konsisten menghentikan kebiasaan mereka.

 
Berita Terpopuler