Pengakuan Janggal Brigadir J Sebelum Dibunuh Ferdy Sambo

Brigadir J yang kalut sempat ingin mundur hingga dadanya sesak.

Republika/Thoudy Badai
Kekasih Brigadir J, Vera Mareta Simanjuntak, bersiap memberikan keterangan saksi dalam kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dengan terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (1/11/2022). Dalam sidang tersebut Jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan sebanyak 12 saksi dari keluarga Brigadir yakni Samuel Hutabarat, Rosti Simanjuntak, Mahareza Rizky, Yuni Artika hutabarat, Devianita Hutabarat, Novitasari Nadea, Rohani Simanjuntak, Sanggah Parulian, Rosline Emika Simanjuntak, Indrawanto Pasaribu, pengacara keluarga Kamarudin Simanjuntak dan kekasihnya Brigadir J Vera Mareta Simanjuntak. Republika/Thoudy Badai
Rep: Bambang Noroyono Red: Ilham Tirta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saksi Vera Simanjuntak mengungkapkan, 'ketidakberesan’ batin Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat (J) sudah bermula sejak Juni 2022. Puncaknya, kata Vera, tergambar dari pembicaraan via seluler pada 7 Juli, satu hari sebelum Brigadir J dibunuh di Duren Tiga 46, Jakarta Selatan (Jaksel), Jumat (8/7/2022).

Hal tersebut Vera ungkapkan kepada majelis hakim saat memberikan kesaksian dalam persidangan lanjutan pembunuhan Brigadir J atas terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di Pengadilan Negeri Jaksel, Selasa (1/11/2022). Vera adalah calon isteri dari Brigadir J.

Vera didatangkan dari Jambi untuk kembali diperdengarkan kesaksiannya dalam kasus tersebut. Kata Vera, pernah pada tengah malam 21 Juni, Brigadir J meneleponnya dari Jakarta. Pembicaraan tersebut mulanya norma-normal saja. “Almarhum (Brigadir) nanya, saya lagi dimana,” kata Vera. Pertanyaan umum tersebut, Vera jawab dengan biasa, bahwa ia sedang berada di rumah.

“Lalu saya tanya, Abang enggak dinas,” kata Vera. Brigadir J menjawab pada saat itu dirinya yang sedang tak dinas.

Obrolan malam itu menjadi tak biasa setelah Brigadir J menyampaikan dirinya yang sedang dalam masalah. “Abang sedang ada masalah dik,” kata Vera menirukan ucapan kekasinya saat itu. Vera pun bertanya balik soal masalah yang dihadapi J.

Vera mengatakan, Brigadir J memang selama berhubungan asmara tak pernah menceritakan masalah yang krusial. Namun pada 21 Juni malam itu, Brigadir J seperti hendak menceritakan masalah besar. Hanya saja, kata Vera, Brigadir J urung mengungkapkannya. “Dia bilang, abang ada masalah. Tapi enggak bisa cerita masalah ini. Baik ke mamak, baik ke bapak, ke Reza (adik Brigadir J), Kak Yuli, atau ke adik,” kata Brigadir J yang tiru Vera.

Selanjutnya, Vera mengaku sempat penasaran ada masalah apa. Cuma tak ingin memaksa Brigadir J menceritakannya. “Saya bilang, masalah apa Bang. Ceritalah. Jangan dipendam sendiri,” kata Vera.

Bujukan Vera tak membuat Brigadir J terus terang. Kata Vera, justeru Brigadir J membuat situasi sentimental dengan menyampaikan akan menghadapi masalah itu seorang diri. “Nggak lah dik. Biarlah aku sendiri yang menanggung semua ini,” kata J dalam cerita Vera.

Vera mengatakan, Brigadir J pun malah membuat situasi pembicaraan menjadi dramatis karena meminta kekasihnya itu mencari calon suami pengganti. “Kenapa kau masih menunggu abang dik?” tanya Brigadir J kepada Vera.

Vera mengaku heran dengan pertanyaan tersebut. Tetapi Vera merespons dengan sabar. “Saya masih nunggu abang,” jawab Vera. Akan tetapi, jawaban tersebut juga tak membuat Brigadir J semangat.

Kata Vera, sebaliknya, Brigadir J memberikan respons yang tak disangka-sangka. “Bukalah hatimu buat laki-laki lain. Nikah, punya anak kalian. Bahagia. Kalau abang, sendiri dik,” kata Brigadir J.

Sebagai perempuan yang menunggu untuk dinikahi, Vera mengaku terkejut dengan sikap Brigadir J itu. Sebab itu, obrolan malam itu menjadi semakin sentimental. “Saya bilang, ‘nggak mau. Aku mau mau menikahnya sama abang’,” ujar Vera.

Brigadir J mengeluh sesak...

Baca juga : PAN: PPP Jatuh Cinta ke Erick Thohir, Wajar Jika Siap Usung Jadi Cawapres

Vera mengatakan, obrolan sempat berhenti dengan saling diam. Selanjutnya, Vera sempat menguji ucapan Brigadir J. “Abang sudah enggak sayang sama adik lagi?” tanya Vera.

Brigadir J merespons dengan kondisi kesehatannya saat itu. “Dadaku sesak dik. Aku mau tidur saja,” kata J.

Vera berfirasat saat itu Brigadir J sedang dalam kondisi sakit jasmani. Karena itu, Vera mengaku sempat menyampaikan kepada Brigadir J. “Abang sakit?,” tanya Vera.

Lalu Vera pun menawarkan diri untuk menelepon adik Brigadir J, yakni Reza yang juga berdinas di Jakarta sebagai anggota polisi. “Adik telepon Reza ya, buat antar obat buat abang,” kata Vera.

Namun, Brigadir J menolak. “Enggak usah dik. Aku tidur saja,” kata Brigadir J. Karena itu, Vera meminta Brigadir J istirahat.

Cerita Vera pun berlanjut pada komunikasi terakhir, 7 Juli 2022 malam. Pada tanggal tersebut, Brigadir J menelepon. “Dia menelepon sekitar jam delapan malam,” kata Vera.

Baca juga : ART Sambo yang Bersihkan Darah Brigadir J Bersaksi di Persidangan

Tetapi telepon tersebut tak terjawab. Tak lama, kata Vera, Brigadir J kembali menelepon. Lalu terputus. Kata Vera, pada malam itu ada sekitar empat kali Brigadir J menelepon, namun tak terjawab.

“Sekitar jam setengah sembilan (malam), dia telepon lagi. Dan saya baru dapat menjawab,” kata Vera.  

Sambungan telepon kedunya pun terputus-putus saat itu. Satu yang diingat, perkataan Brigadir J yang saat itu meminta Vera mencari tempat khusus untuk obrolan. “Saya bilang waktu itu, ‘ada apa bang?” kata Vera.

Dari bali telepon, Brigadir J tanpa kontrol langsung menyampaikan sesuatu yang tampak genting. “Kurang ajar orang ini,” kata Brigadir J kepada Vera. Vera mengaku tak paham, tapi menjawab. “Kurang ajar bagaimana bang?”

Brigadir J menyampaikan tentang tuduhan yang membuat Putri Candrawathi sakit. “Ibu (Putri Candrawathi) sakit, aku dituduh buat ibu sakit,” kata Brigadir J.

Brigadir J mengaku ada ancaman pembunuhan...

 

Baca Juga

 

 

Vera mengaku tak paham tentang situasi pada saat itu. Namun tetap meladeni pembicaraan untuk membuat tenang. “Sakit apa?” tanya Vera. Brigadir J menjawab, tak tahu. Selanjutnya, Brigadir J menyampaikan dirinya yang sudah diancam-ancam.

“Aku diancam. Berani ke atas, ku bunuh kau,” kata Vera menceritakan ucapan Brigadir J.

Vera mengaku semakin tak mengerti. Lalu bertanya. “Siapa yang ancam?” tanya Vera.

Kata dia, Brigadir J menyebutkan istilah yang menurut Vera pun susah dipahami. “Skuat, skuat di sini,” kata Brigadir J.

“Emang abang apain ibu? pukul ibu?” tanya Vera.

“Nggak lah dik,” jawab Brigadir J.

Vera lalu mengatakan kepada Brigadir J untuk tak perlu cemas dan ketakutan. “Kalau abang enggak salah, ya sudah jangan takut,” kata Vera.

Obrolan tentang itu pun berhenti. Setelah itu, Vera baru mengetahui tentang keberadaan Brigadir J yang sedang di Magelang, Jawa Tengah. Keesokan harinya, Jumat (8/7/2022), Brigadir J pun kembali menelepon. Namun, kata Vera, telepon itu juga tak terjawab langsung.

Baca juga : Saat Putri dan Sambo Terpaksa Buka Masker di Hadapan Orang Tua Brigadir J

Vera mengingat empat kali panggilan tak terjawab di selulernya sejak pukul 16.10 WIB. “Saya tidak angkat karena sedang dalam perjalanan untuk beli perlengkapan keluarga,” terang Vera.

Selanjutya, Vera berusaha menelepon balik ke nomor ponsel Brigadir J. Waktu itu sekitar pukul 16.31 WIB. “Terus dia angkat. Terus saya bilang, ada apa bang?” tanya Vera.

Brigadir J pun pada saat itu tampak sibuk dengan mengatakan nanti akan ditelepon kembali. “Nanti abang telepon lagi,” kata Vera meniru ucapan terakhir Brigadir J.

Selepas itu, sudah tak ada lagi komunikasi dengan Brigadir J. Pada sekitar pukul 22.00 WIB, Vera mendapatkan kabar dari salah satu calon adik iparnya bahwa Brigadir J sudah meninggal dunia.

“Adik mendiang, bernama Devi (Devianita Hutabarat) menelepon saya, sambil nangis-nangis bilang, ‘kak abang ditembak. abang ditembak kak’,” cerita Vera.

Ia pun mengaku tak percaya dengan kabar tersebut. “Ditembak bagaimana?” kata Vera. Namun, Devi tidak menuntaskan cerita.

Kabar Brigadir J meninggal dunia karena tembak-menembak Vera terima dari keluarga saat datang ke rumah duka.

Vera menjadi satu dari 11 saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas sidang Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi. Saksi lainnya termasuk kedua orang tua Brigadir J, Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak.

 

 
Berita Terpopuler