Dua Faktor Ini Bikin Jepang Diprediksi Bakal Diterpa Gelombang Delapan Covid-19

Jepang masih terus mengalami kenaikan jumlah kasus Covid-19.

AP Photo/Eugene Hoshiko, Pool
Warga Jepang mendapatkan vaksinasi Covid-19. Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi yang menurun seiring berjalannya waktu. Di samping itu, imunitas yang diperoleh secara alami dari infeksi juga rendah di Jepang. Dua kondisi itu menciptakan risiko terjadinya gelombang ke delapan Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang kemungkinan besar akan menghadapi gelombang ke delapan infeksi Covid-19. Prediksi itu muncul setelah melihat tren kenaikan jumlah kasus baru di seluruh negeri dan perkembangan kasus di luar negeri, demikian menurut perkiraan para ahli.

"Karena perbandingan orang yang tertular Covid-19 per penduduk di Jepang lebih rendah daripada di banyak wilayah lainnya di dunia, tingkat perolehan imunitas setelah infeksi alami di negara tersebut juga rendah," kata panel penasihat di Kementerian Kesehatan pada pertemuan Kamis (20/10/2022).

Pada pertemuan itu, para pakar, termasuk ketua panel sekaligus Ketua Institut Nasional Penyakit Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) Takaji Wakita menyajikan materi yang menganalisis prediksi tren kasus. Ia mengungkapkan fakta bahwa kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi yang menurun seiring berjalannya waktu.

Baca Juga

"Kemungkinan itu menimbulkan risiko gelombang ke delapan infeksi," kata Wakita.

Lebih lanjut, Wakita menyerukan dukungan vaksinasi Covid-19 lebih lanjut. Jumlah kasus baru terkonfirmasi dalam sepekan sampai Rabu naik di hampir semua wilayah di Jepang, dengan jumlah keseluruhan meningkat 1,35 kali lipat dari pekan sebelumnya sekaligus menandai peningkatan pertama dalam delapan pekan.

 

Pada September lalu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sempat mengatakan bahwa negaranya akan melonggarkan aturan pengendalian Covid-19 di perbatasan mulai Oktober. Kebijakan itu dinilai sebagai langkah penting untuk membantu pemulihan sektor pariwisata Jepang dengan memanfaatkan penurunan nilai tukar yen yang mencapai titik terendah dalam 24 tahun.

Jepang telah menerapkan kendali perbatasan paling ketat di antara negara-negara maju lainnya dengan melarang masuk pengunjung sejak awal pandemi. Pada Juni, pemerintah Jepang mulai melonggarkan pembatasan itu secara bertahap.Bersubsidi

Pengumuman Kishida itu disampaikan dalam pidato di Bursa Efek New York. Itu adalah realisasi janji yang dia buat pada Mei. Saat itu, dia mengatakan bahwa Jepang akan membuat kendali perbatasannya sejalan dengan negara-negara Kelompok Tujuh (G7) lainnya.

"Kami adalah bangsa yang telah berkembang melalui arus bebas manusia, barang dan modal," kata Kishida.

"Covid-19, tentu saja, mengganggu semua keuntungan ini, tetapi mulai 11 Oktober, Jepang akan melonggarkan aturan pengendalian perbatasan agar setara dengan AS, juga melanjutkan (kebijakan) perjalanan bebas visa dan perjalanan individu," kata dia.

 
Berita Terpopuler