Temuan Peradaban Islam yang Mengubah Dunia

Begitu banyak orang Islam yang melahirkan karya gemilang.

Pixabay
Kopi (ilustrasi)
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Begitu banyak orang Islam yang melahirkan karya gemilang. Tak hanya di bidang sains, tapi juga di banyak bidang lainnya seperti sastra, musik, kuliner, dan sebagainya. Banyak temuan yang lahir dari bidang-bidang tersebut, lima di antaranya berhasil mengubah peradaban dunia.

Baca Juga

Apa saja temuan itu? Simak ulasannya berikut ini.

 

 

Aljabar

Aljabar merupakan salah satu sumbangan besar dari zaman keemasan Islam bagi era modern. Ilmu ini lahir dari seorang ilmuwan besar dan ahli matematika, Muhammad bin Musa al Khawarizmi. Dia adalah cendekiawan Muslim yang hidup pada 780 M-850 M di Persia dan Irak.

Dalam kitab monumentalnya, Al Kitab Al Mukhtasar Fi Hisab Al Jabr Wa I Muqabala, al Khawarizmi menuliskan prinsip-prinsip dasar rumus aljabar. Ia menjelaskan cara menggunakan rumus aljabar dengan variabel yang tidak diketahui untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti menghitung zakat, pembagian warisan dan sebagainya.

Sisi unik dari pemikiran al Khawarizmi untuk mengembangkan aljabar adalah keinginannya untuk melahirkan cara menghitung sesuai tuntunan syariat Islam sehingga mempermudah untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari tanpa harus menggunakan kalkulator atau pun komputer.

Di Eropa, kitab karya al Khawarizimi telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada sekitar 1000 M dan 1100 M, dengan nama Algoritmi. Jika al Khawarizmi tak menciptakan aljabar, tentu tak mungkin ada penerapan rumus-rumus praktis di era modern dalam pembelajaran matematika. Sepeninggal al Khawarizmi, karya-karyanya  terus digunakan sebagai referensi pelajaran matematika di berbagai universitas di Eropa selama ratusan tahun.

 

 

Kamera

Tak pernah terbayangkan bagaimana jadinya dunia tanpa fotografi. Jika demikian, dunia tampaknya harus berterima kasih kepada ilmuwan Muslim yang hidup di abad ke-11, Ibnu al Haytham.

Kala itu, seperti dilansir onIslam.net , Ibnu al Haytham berhasil mengembangkan ilmunya di bidang optik dan menggambarkan bagaimana kamera pertama kali bekerja.

Bekerja di Kairo pada awal 1000 M, Ibnu Haytham merupakan salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa. Bermula saat ia ditempatkan di ruang tahanan bawah tanah oleh penguasa Dinasti Fatimiyah. Dia memanfaatkan waktu dengan belajar tentang bagaimana cahaya bekerja. Saat itu penelitiannya terfokus pada bagaimana gambar lubang jarum tercipta.

Ia menyadari bahwa semakin kecil lubang jarum maka semakin tajam kualitas gambar yang dihasilkan. Pemahaman inilah yang kemudian memberinya kemampuan untuk menciptakan lensa yang sangat akurat dan tajam saat mengambil gambar.

Penemuan  al Haytham mengenai kamera, juga bagaimana memproyeksikan serta menangkap gambar merupakan kontribusi sangat penting bagi perkembangan fotografi di dunia modern. Tanpa penelitian itu, manusia di zaman modern tidak akan pernah tahu bagaimana cahaya berjalan melalui sebuah lubang kemudian diproyeksikan.

 

 

Universitas

Keberadaan universitas atau perguruan tinggi di era modern juga tak lepas dari kontribusi dunia Islam. Dalam sejarah Islam, keberadaan masjid bukan saja sebagai sarana ibadah melainkan juga tempat belajar. Imam bukan hanya sebagai pemimpin shalat berjamaah, tetapi juga pengajar bagi beberapa siswa.

Sementara, mata pelajarannya adalah ilmu-ilmu keislaman seperti Alquran, fikih, dan hadis. Seiring perkembangan dunia Islam, muncullah kebutuhan akan lembaga formal dalam pendidikan yang dikenal dengan nama madrasah. Kala itu, madrasah diperuntukkan bagi para mahasiswa sehingga seperti universitas atau perguruan tinggi.

Madrasah pertama kali didirikan pada 859 M oleh Fatima Al Fihri di Kota Fes, Maroko. Keberadaan madrasah ini menarik minat beberapa ulama terkemuka di Afrika Utara dan Jazirah Arab. Tak lama kemudian, berdatanganlah para calon mahasiswa dari wilayah Arab ke Maroko.

Informasi tentang lembaga pendidikan pertama yang memberikan gelar kepada para siswanya menyebar dengan cepat ke seluruh negara Islam pada masa itu. Konsep pendidikan ini pun menyebar hingga ke Eropa melalui Muslim di Spanyol.

Akhirnya, pada abad ke-11 dan ke-12, Universitas Bologna di Italia dan Oxford menjadi lembaga pendidikan yang meneruskan tradisi Islam dalam memberikan gelar dan sertifikat kelulusan kepada para mahasiswanya.

 

 

Marching band

Marching band merupakan pertunjukan musik yang sangat populer di negara Barat dan Latin. Menampilkan sejumlah komponen alat musik yang dimainkan banyak orang, marching band biasanya digelar dalam sebuah pawai kegiatan olah raga di lapangan terbuka atau jalan raya. Tujuannya untuk menghibur penonton sekaligus memberi semangat kepada para pemain yang sedang bertanding.

Namun, tak banyak orang tahu jika marching band erat kaitannya dengan sejarah peradaban Islam. Kesultanan Turki Usmani, misalnya, telah mengenal marching band pada sekitar tahun 1300 Masehi. Sebagai bagian dari kelengkapan pasukan elite di masa Kesultanan Usmani, marching band dimaksudkan untuk membuat musuh gentar, juga untuk  mendatangkan bala bantuan dari sekutu dengan cara memainkan musik secara keras.

Menggunakan drum ukuran besar serta simbal yang diadukan, suara yang dilahirkan marching band bisa mencapai ratusan kilometer. Maka, selama berabad-abad, marching band telah menemani pasukan Usmani bertempur untuk menakuti lawan.

Belakangan, negara-negara Kristen di Eropa juga menggunakan marching band untuk menakuti musuh. Hal itu bermula ketika dalam sebuah pertempuran di Wina pada 1683, pasukan Usmani terdesak dan mundur lalu meninggalkan puluhan alat musiknya. Melihat hal itu, orang-orang Austria kemudian dikumpulkan untuk mempelajarinya. Sejak itulah, negara-negara Eropa mulai melengkapi pasukannya dengan marching band.

 

 

Kopi

Setiap harinya sekitar 1,6 miliar cangkir kopi dikonsumsi orang di berbagai penjuru dunia. Namun, tak banyak yang tahu bahwa penemu jenis minuman yang satu ini adalah seorang Muslim.

Dalam catatan sejarah, pada tahun 1400 M, kopi telah menjadi minuman yang sangat digemari di Yaman, tepatnya di Semenanjung Arab bagian utara. Berdasarkan cerita rakyat, asal usul kopi bermula ketika seorang penggembala Muslim melihat kambingnya tiba-tiba lebih semangat setelah memakan biji dari salah satu pohon tertentu.

Melihat hal itu, si penggembala pun mencoba untuk mencicipi biji yang dianggap memberikan tambahan energi itu. Seiring berjalannya waktu, tradisi meracik kopi dengan menyangrai dan menyeduhnya ke dalam air panas pun dikembangkan hingga terciptalah minuman yang bercita rasa khas yang berkhasiat menambah energi.

Bermula dari Yaman, kopi terus menyebar hingga ke seluruh wilayah kekuasaan Kesultanan Turki Usmani yang menjadi kerajaan Islam terbesar pada abad ke-15. Pada masa itu, kedai-kedai kopi menjadi tempat spesial bagi banyak orang untuk berkumpul dan mendiskusikan berbagai hal. Kedai-kedai kopi itu hadir di kota-kota besar pemerintahan Islam, seperti Kairo, Istanbul, Damaskus, dan Baghdad. Dari kawasan-kawasan Islam itu, kopi pun menyebar hingga ke Eropa melalui para pedagang asal Venesia.  

 

Saat pertama kali muncul di Eropa, kopi sempat dikecam otoritas Katolik. Mereka menyebut kopi sebagai ''minuman orang Muslim''.  Namun, seiring bergulirnya waktu, kopi pun menjadi bagian dari budaya Eropa. Pada tahun 1600 M, kedai-kedai kopi pun mulai menjamur di Eropa. 

 
Berita Terpopuler