Enam Fakta Masjid di Jerman yang Jarang Diketahui

Tahun ini, sekitar 1.000 masjid di seluruh Jerman menggelar open day.

Republika/Erik Purnama Putra
Masjid Sentral Cologne di Kota Cologne atau Koln, Jerman.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  BERLIN -- Kegiatan Open Mosque Day telah diadakan di Jerman pada tanggal 3 Oktober setiap tahunnya sejak 1997. Tahun ini, sekitar 1.000 masjid di seluruh Jerman membuka pintu mereka untuk menyatukan orang Muslim dan non-Muslim.

Moto acara pada 2022 adalah "Sumber daya langka — tanggung jawab besar". Ketua Dewan Pusat Muslim di Jerman (ZMD) Aiman Mazyek menyebut dampak dari krisis iklim dapat diamati di berbagai belahan dunia, termasuk yang terbaru adalah banjir dahsyat di Pakistan.

Dilansir di DW, Selasa (4/10), di bawah ini ada enam fakta tentang masjid di Jerman. Menurut sebuah studi oleh Konferensi Islam Jerman, 24 persen dari 5,5 juta Muslim yang tinggal di Jerman pernah mengunjungi masjid-masjid yang ada, setidaknya sekali seminggu pada 2019.

1. Masjid pertama Jerman

Masjid Wünsdorf di Brandenburg, dibangun pada 1915 atas permintaan Mufti Istanbul. Tempat ibadah ini dianggap sebagai bangunan Islam pertama di Jerman dan seluruh Eropa Tengah. Didirikan di tengah kamp tawanan perang bagi umat Islam, masjid itu dijuluki "kamp setengah bulan".

Situs ini menjadi tempat untuk doa damai, tetapi Kekaisaran Jerman juga menggunakan masjid untuk membangkitkan sentimen tahanan Muslim terhadap kekuatan kolonial mereka, Prancis dan Inggris. "Strategi revolusioner" adalah apa yang disebut oleh Kekaisaran Jerman. Di lokasi itu, para jihadis disumpah dan akhirnya dikirim untuk "perang suci".

POW Muslim juga disalahgunakan untuk tujuan penelitian, yang mencakup rekaman bahasa dan pengukuran antropologis. Ini kemudian menjadi bagian dari bidang studi pseudoscientific yang oleh Nazi disebut "ilmu rasial".

Pada 1928, sebuah masjid baru dibangun di Berlin-Wilmersdorf dan masjid Wünsdorf kehilangan arti pentingnya. Masjid pertama ini lantas dihancurkan pada 1930, kurang dari 15 tahun setelah peresmiannya.

 

 

2. Kemiripan dengan Taj Mahal

Masjid di lingkungan Wilmersdorf Berlin adalah yang tertua yang ada di Jerman saat ini. Bangunannya sangat mirip dengan monumen terkenal dunia di India, Taj Mahal. Dua menara dengan tinggi masing-masing lebih dari 30 meter (98 kaki) membingkai bangunan.

Rumah ibadah ini dirancang oleh arsitek Jerman, Karl August Herrmann, untuk komunitas Ahmadiyah Lahore, yang datang dari tempat saat ini disebut Pakistan dan anggotanya datang ke Jerman pada 1920. Mereka mendirikan Masyarakat Muslim Jerman bekerja sama dengan Muslim Jerman. Masjid di Berlin-Wilmersdorf menjadi pusat kehidupan Muslim.

 

3. Pengaruh Turki

Di Jerman, asosiasi masjid bertanggung jawab untuk operasional masjid. Salah satu asosiasi Islam yang paling terkenal dan terbesar di Jerman dalam hal jumlah jamaah masjid adalah Persatuan Islam Turki untuk Urusan Agama (Ditib).

 Asosiasi tersebut dikritik karena berada di bawah otoritas keagamaan Turki Diyanet, presidium negara bagian untuk urusan agama. Para imam serikat, yang ditempatkan di masjid-masjid Jerman selama beberapa tahun, sebagian besar dilatih di Turki dan didanai oleh negara Turki.

Selama bertahun-tahun, para kritikus telah memperingatkan tentang pengaruh negara Turki terhadap jamaah. Pemilihan presiden Turki pada 2018 menunjukkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memiliki banyak pendukung di Jerman, seperti halnya kunjungannya ke Jerman, yang mana ia disambut dengan hangat dan dihibur oleh para pendukungnya.

 

5. Sebagian besar tersembunyi

Meski bangunan suci Kristen sangat terlihat di pemandangan kota Jerman dan sebagian besar desa dibangun di sekitar gereja, namun masjid hampir tidak terlihat.

Kebanyakan dari mereka bahkan hampir tidak dapat dikenali dari luar, seringkali hanya terdapat sebuah tanda yang menunjukkan ada masjid di belakang pintu masuk yang tidak mencolok, menuju sebuah rumah di daerah perumahan atau di daerah komersial di luar pusat kota.

Istilah yang diciptakan dalam bahasa Jerman untuk masjid tersembunyi seperti itu adalah "Hinterhofmoschee", atau "masjid halaman belakang". Meskipun secara deskriptif tepat, namun hal ini dapat menimbulkan konotasi yang merendahkan.

Satu pengecualian adalah Masjid Pusat Cologne, bagian dari Ditib. Dirancang oleh arsitek bintang Jerman Paul Böhm dan dibuka sejak 2017, bangunan suci Islam ini modern dan megah, terbuat dari kaca dan beton ekspos, serta diapit oleh dua menara melengkung setinggi 55 meter yang menjulang tinggi di atas bangunan di sekitarnya.

Awalnya dimaksudkan untuk menjadi masjid terbesar di Jerman, tetapi desainnya diubah setelah muncul kritik terhadap rencana bangunan. Masjid dapat menampung 1.200 jamaah, sebanyak masjid Ditib di distrik Marxloh di kota Duisburg, Jerman barat.

6. Sedikit yang menggunakan adzan muadzin

Di negara-negara Islam, seorang muazin secara tradisional mengumandangkan adzan untuk shalat harian, serta shalat Jumat dari menara masjid. Masjid di Jerman juga memiliki kemungkinan untuk melakukannya, namun jarang yang seperti itu.

Sebagian besar masjid di Jerman tidak memiliki menara. Selain itu, praktik tersebut tidak diterima secara luas di masyarakat. Penentang panggilan muazin atau adzan menganggapnya sebagai gangguan kebisingan dan mengkritiknya.

Mereka yang menentang ini berpendapat, bahwa tidak seperti lonceng gereja, panggilan adzan memiliki makna teologis. Ajakan muazin terdengar secara teratur hanya dari sekitar 30 masjid di Jerman. 

 
Berita Terpopuler