Mencari Tersangka Tragedi Kanjuruhan

Polri mulai melakukan pemeriksaan mulai dari anggotanya, PT LIB, panpel hingga PSSI.

ANTARA/Zabur Karuru
Kendaraan melintas di samping selebaran yang tertempel di fasilitas umum, Kota Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022). Selebaran tersebut berisi kecaman dan tuntutan agar tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan segera diusut tuntas.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bambang Noroyono, Wilda Fizriyani

Baca Juga

Polri mulai melakukan rangkaian pemeriksaan dalam pengusutan tragedi di Stadion Kanjuruhan. Sebanyak 18 personel kepolisian pengamanan dan pelontar gas air mata diperiksa oleh tim Divisi Propam.

Tim dari penyelidikan di Bareskrim Polri juga turut memeriksa pihak Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi sepak bola nasional dan panitia lokal penyelenggaraan pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya. Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal (Irjen) Dedi Prasetyo mengatakan, pemeriksaan juga dilakukan terhadap Asosiasi Provinsi Persatuan Sepak Bola Indonesia (Asprov PSSI) Jawa Timur (Jatim).

“Sesuai dengan perintah Bapak Presiden untuk pengusutan tuntas peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Tim hari ini (3/10), mulai melakukan serangkaian pemeriksaan-pemeriksaan, dan permintaan keterangan,” ujar Dedi, di Malang, Senin (3/10/2022).

Dedi menerangkan, tim di kepolisian kerja cepat untuk penuntasan kasus tersebut. Kapolri memerintahkan semua divisi yang ada di internal Polri dikerahkan untuk pengusutan.

Serangkain olah tempat kejadian perkara (TKP), dan pengumpulan bukti-bukti juga sudah dilakukan mulai kemarin (2/10/2022). Menurut Dedi, saat ini, tim penyelidikan sudah melakukan analisa barang bukti berupa kamera perekam atau CCTV di 32 titik di dalam maupun di luar Stadion Kanjuruhan.

Tim penyelidikan juga dikatakan sedang memeriksa enam telepon genggam yang merekam ragam kejadian di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Sementara identifikasi para korban, juga terus dilakukan.

Pada Senin, kata Dedi, Tim Inafis dan Disaster Victim Identification (DVI), bersama tim dari dokter forensik gabungan, sudah mengidentifikasi semua korban yang meninggal dunia sebanyak 125 orang. Sementara angka korban luka-luka berat, maupun ringan yang masih dalam perawatan  sebanyak 455 orang. 

Dedi menegaskan, sebagai komitmen transparansi dan tak pandang bulu, Polri juga turut melakukan pemeriksaan terhadap para personel kepolisian yang melakukan pengamanan saat laga Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).

“Ada 18 anggota (Polri) yang bertanggung jawab atau sebagai operator senjata pelontar (gas air mata) yang diperiksa propam,” kata Dedi menambahkan.

Pemeriksaan terhadap 18 anggota tersebut, untuk memastikan ada atau tidaknya kesalahan prosedur, dan manajemen pengamanan saat pertandingan Arema FC Vs Persebaya digelar. “Pemeriksaan juga melibatkan Tim Itsus (Inspektorat Khusus) karena turut memeriksa dari kepangkatan perwira tinggi, sampai pamen (perwira menengah),” begitu kata Dedi. 

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang menewaskan 125 suporter sepak bola. Peristiwa itu, terjadi usai laga Arema FC Vs Persebaya, pada Sabtu (1/10/2022) malam. Banyaknya korban jiwa dalam kejadian tersebut disebabkan penggunaan gas air mata yang dilontarkan kepolisian ke arah tribun yang berisi sekitar 42 ribu penonton.

In Picture: Suasana Stadion Kanjuruhan Pascatragedi

Sejumlah alas kaki berserakan pascakerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022). Pascakerusuhan Stadion Kanjuruhan masih ditutup untuk umum. - (ANTARA/Prasetia Fauzani)

 

Komnas HAM juga telah menerjunkan sejumlah anggota untuk melakukan investigasi terkait tragedi Stadion Kanjuruhan. Hal ini dilakukan mengingat tragedi tersebut telah menyebabkan seratusan Aremania meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan dan lainnya luka-luka.

Komisioner Komnas HAM bidang Penyelidikan dan Pemantauan, Mohammad Choirul Anam mengatakan, pihaknya sebenarnya sejak Ahad (2/10/2202) berkomunikasi dengan beberapa Aremania. Para Aremania juga banyak mengirimkan video, rekaman suara dan dokumen-dokumen lainnya terkait kasus tersebut.

"Dan kami juga berkomunikasi dengan beberapa keluarga yang memang ada anggota keluarganya yang meninggal," kata pria yang disapa Anam tersebut kepada wartawan di Kantor Arema FC, Kota Malang, Senin.

Anam mengungkapkan, ada sejumlah agenda yang akan dilakukan Komnas HAM atas tragedi Kanjuruhan. Pertama, melakukan kunjungan kepada keluarga korban dan Rumah Sakit (RS). Kemudian berkoordinasi dengan manajemen untuk bisa bertemu para pemain Arema FC.

Melalui agenda-agenda tersebut, timnya ingin tahu lebih mendalam terkait tragedi Kanjuruhan. Dengan kata lain, termasuk masalah penggunaan gas air mata yang dilemparkan ke atas suporter. Anam berharap langkah-langkah ini dapat membantu peristiwa ini menjadi lebih jelas. 

Di samping itu, Anam mengaku pihaknya sudah berbincang dengan sejumlah Aremania guna memastikan beberapa hal. Pertama, Komnas HAM telah dimintai oleh Aremania agar peristiwa ini bisa dilihat secara objektif.

"Kita telusuri objektivitasnya seperti apa, kenapa peristiwa itu bisa terjadi. Kalau di video yang tersebar di berbagai kalangan ada tindakan kekerasan. Tidak hanya soal penggunaan gas air mata dan kekerasan tetapi kenapa itu bisa terjadi, nah itu yang akan kami dalami," jelasnya.

Adapun terkait isu penutupan pintu stadion, Komnas HAM menegaskan, akan mempelajari struktur Stadion Kanjuruhan terlebih dahulu. Pendalaman ini bisa menentukan apa yang sebenarnya terjadi di stadion tersebut.

Hal ini berarti termasuk teka-teki lokasi penembakan gas air mata dan korban yang terpapar. Selanjutnya, Komnas HAM meminta semua pihak untuk terbuka dan transparan dalam memberikan informasi.

"Termasuk kepolisian, TNI dan siapapun yang ada dalam penyelenggaraan tersebut," kata dia menambahkan.

Media Officer Arema FC, Sudarmaji menegaskan, penjualan tiket laga Arema FC vs Persebaya tidak melebihi batas kuota. "Tidak ada penonton di area center back. Itu bisa dilihat di video dan yang disiarkan langsung," ucap Sudarmaji kepada wartawan di Kantor Arema FC, Kota Malang, Senin (3/10).

Sudarmaji berani mengatakan tersebut karena sesuai fakta di lapangan. Jika kelebihan batas kuota, dia meyakini jumlahnya pasti akan meluber ke lapangan.

Ada pun terkait pintu stadion yang diduga ditutup, Sudarmaji menyerahkan masalah tersebut kepada tim investigasi. "Itu bagian proses investigasi untuk mengungkap fakta di lapangan apa benar pintu ditutup atau dibuka," jelasnya.

 

Hal yang pasti, kata dia, pihaknya siap untuk terlibat dalam melakukan investigasi. Salah satunya ditunjukkan kepada Komnas HAM yang menyempatkan diri mengunjungi kantor Arema FC. Kunjungan tersebut merupakan salah satu rangkaian investigasi oleh tim Komnas HAM.

 

Catatan kerusuhan suporter di Indonesia - (republika)

 

 
Berita Terpopuler