Warga Uni Eropa Bakal Dilarang Duduki Jabatan Penting di Perusahaan Rusia

Kebijakan ini kemungkinan akan berdampak ke mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder.

AP Photo/Michael Sohn
Logo Gazprom Germania terlihat di kantor pusat perusahaan di Berlin, 6 April 2022. Uni Eropa (UE) saat ini tengah mempertimbangkan proposal untuk melarang warga negara Uni Eropa memegang posisi penting di perusahaan milik Rusia.
Rep: Rahayu Subekti Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Uni Eropa (UE) saat ini tengah mempertimbangkan proposal untuk melarang warga negara Uni Eropa memegang posisi penting di perusahaan milik Rusia. Dikutip dari Bloomberg, Selasa (27/9/2022), jika nantinya proposal tersebut resmi dipresentasikan oleh Komisi Eropa dan didukung oleh semua negara anggota maka akan berdampak luas terhadap warga negara Uni Eropa. 

Baca Juga

Berdasarkan informasi yang diterima Bloomberg, kebijakan tersebut kemungkinan akan berdampak kepada mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder. Schroeder adalah ketua komite pemegang saham Nord Stream AG yang merupakan proyek bersama untuk mengangkut gas Rusia melalui pipa yang mayoritas dimiliki oleh raksasa energi Gazprom PJSC. 

Kriteria tersebut tidak menyebutkan nama individu tertentu. Semuanya diputuskan oleh pemerintah nasional untuk menegakkan pembatasan.

Proposal diajukan sebelum Gazprom mengumumkan bahwa pipa Nord Stream telah rusak di dekat perairan Denmark. Dengan adanya kejadian tersebut, Jerman dan lainnya mencurigai adanya sabotase. 

Gazprom telah secara signifikan memotong pasokan ke UE dengan alasan masalah teknis. Proyek pipa Nord Stream2 dihentikan setelah Rusia menginvasi Ukraina awal tahun ini.

Schroeder berhenti pada Mei 2022 dari jabatannya sebagai ketua perusahaan minyak milik negara Rusia Rosneft PJSC. Keputusan tersebut diambil setelah tiga bulan seruan luas agar dia memutuskan hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin karena perang di Ukraina.

Larangan yang diusulkan tersebut kabarnya akan diterapkan secara bertahap. Mantan pemimpin UE lainnya, termasuk Esko Aho dari Finlandia dan Christian Kern dari Austria, serta mantan Perdana Menteri Prancis Francois Fillon juga sudsh mundur dari dewan beberapa perusahaan Rusia setelah invasi ke Ukraina.

 
Berita Terpopuler