BSR: Facebook Langgar Hak Pengguna Asal Palestina Selama Serangan 11 Hari di Gaza

Facebook dinilai menerapkan standar ganda dalam hal praktik sensor.

REUTERS
Aplikasi media sosial Facebook (ilustrasi). Konsultan independen Business for Social Responsibility (BSR) menilai Facebook telah menerapkan sensor secara tidak adil terhadap pengguna asal Palestina selama 11 hari serangan di Jalur Gaza pada Mei 2021.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Raksasa media sosial Meta (nama baru Facebook) telah secara tidak adil melanggar hak pengguna media sosial asal Palestina selama serangan yang berlangsung selama 11 hari di Jalur Gaza pada Mei 2021. Serangan Israel itu telah menewaskan sedikitnya 254 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita.

Sebuah laporan yang dilakukan oleh konsultan independen Business for Social Responsibility (BSR), mengungkap standar ganda dalam hal praktik sensor perusahaan. Konten dalam bahasa Arab tentang Palestina dikenai pembatasan seperti penghapusan hashtag dan blok reshare.

Baca Juga

Wartawan Palestina melaporkan bahwa akun WhatsApp mereka juga telah diblokir. Sementara konten Ibrani tetap relatif tidak terpengaruh.

Dalam sebuah pernyataan, Meta mengklaim bahwa hal itu tidaklah disengaja. Meta mengaku langsung diperbaiki setelah ada keluhan.

"Ini tidak disengaja atau ditargetkan, tetapi kesalahan global yang mempengaruhi puluhan juta pengguna. Kami adalah perusahaan AS yang harus mematuhi hukum AS," kata Meta, seperti dilansir Middle East Monitor, Kamis (22/9/2022).

Namun demikian, laporan BSR menyimpulkan bahwa tindakan Meta pada Mei 2021 melanggar hak asasi manusia pengguna Palestina atas kebebasan berekspresi, kebebasan berkumpul, dan partisipasi politik. Tindakan Meta juga dinilai diskriminatif dan pada akhirnya melanggar hak warga Palestina untuk berbagi informasi dan  pengalaman mereka di platform.

"Penunjukan hukum organisasi teroris di seluruh dunia memiliki fokus yang tidak proporsional pada individu dan organisasi yang telah diidentifikasi sebagai Muslim, dan dengan demikian kebijakan DOI Meta dan daftarnya lebih cenderung berdampak pada pengguna berbahasa Palestina dan Arab," kata BSR.

 
Berita Terpopuler