'Sudah Saatnya Aturan PPKM Dicabut'

Dengan terkendalinya pandemi, ahli menyarankan aturan PPKM dicabut.

ANTARA/Fikri Yusuf
Warga berolahraga saat hari pertama pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day (CFD) di kawasan Lapangan Puputan Niti Mandala Renon, Denpasar, Bali, Ahad (18/9/2022). Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Denpasar kembali dilaksanakan setelah dihentikan selama lebih dari dua tahun karena pandemi COVID-19.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri

Baca Juga

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan ada tambahan 2.518 kasus Covid-19 baru pada Selasa (20/9/2022) hari ini. Sehingga, total kasus konfirmasi Covid-19 sejak awal pandemi Covid-19 mencapai 6.412.944.

Kemudian untuk kasus sembuh bertambah 2.533 sehingga totalnya 6.228.979. Sedangkan kasus meninggal bertambah 15 menjadi 157.930. Adapun, kasus aktif Covid-19 turun 30 sehingga totalnya 26.035.

Dengan tren melandainya kasus Covid-19 ini, ahli Epidemiologi dari FKM Universitas Indonesia, Pandu Riono memandang pandemi Covid-19 di Indonesia sudah terkendali. Sehingga, menurutnya, aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tidak diperlukan lagi.

"Untuk mengendalian pandemi saat ini adalah menekan penularan dan kematian. Saatnya pemulihan ekonomi dan tetap meningkatkan vaksinasi," kata Pandu dalam keterangan, Selasa (20/9/2022).

Pandu menekankan, dengan terkendalinya pandemi, maka alangkah baiknya aturan PPKM dicabut. Hal tersebut agar pemerintah bisa fokus untuk percepat peningkatan cakupan vaksinasi booster yang saat ini masih 'stagnan' di bawah 30 persen.

"Jadi Indonesia sudah terkendali. Makanya kalau sudah terkendali kan nggak usah dideklarasikan sudah berakhir. Kita persiapkan saja. Saya sudah bilang kalau mau berakhir kelompok yang sangat berisiko seperti lansia itu semuanya sebaiknya sudah divaksinasi dengan booster dengan lengkap. Jadi kita fokus pada kelompok-kelompok yang paling rentan," tegasnya.

"Dengan demikian, walaupun ada persepsi masyarakat, 'Oh pandemi berakhir', dipastikan tidak ada lagi yang sakit. Kalau masih ada yang sakit tertular maka vaksinasi tidak mencegah penularan, vaksinasi itu mencegah kematian itu yang harus diedukasi terus menerus," sambung Pandu.

 

Pandu menyarankan agar pada September ini aturan PPKM dicabut dan dimulai perencanaan aturan situasi terkendali pada September, Oktober, November dan Desember. Bila penurunan kasus Covid-19 selama tiga bulan terus stabil, maka PPKM sudah harus diakhiri.

"Yang kita katakan adalah mengakhiri pandemi dengan mencabut PPKM," tuturnya.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman pun mengakui, pandemi Covid-19 di Indonesia yang kini transisi ke endemi sudah sesuai jalur (on the track). Kendati demikian, status endemi ternyata tidak aman dan berbahaya.

Dicky mengakui, Indonesia saat ini ada di masa transisi dan on the track menuju satu fase akhir pandemi. Ini terlihat dari kondisi yang membaik, tidak membebani global dunia antara lain dari modal imunitas, hingga cakupan vaksinasi dua dan tiga dosis yang di atas 70 persen. 

 

"Itu menjadi satu hal yang harus dituju. Kita memang sudah on the track," ujarnya saat dihubungi Republika, Selasa.

 

 

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada hari ini mengatakan, dirinya tidak ingin mengikuti sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang telah menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah usai. Jokowi mengatakan, hanya WHO yang bisa menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir.

"Pandemi ini kan terjadi di seluruh dunia, dan yang bisa memberikan statement menyatakan pandemi selesai itu adalah WHO," kata Jokowi di Gerbang Tol Gabus, Bekasi, Selasa.

Menurutnya, Indonesia masih harus berhati-hati dan mewaspadai kenaikan kasus Covid-19 kembali. Pemerintah pun tak akan terburu-buru menyatakan bahwa pandemi sudah berakhir.

"Kalau untuk Indonesia saya kira kita harus hati-hati, tetap harus waspada tidak harus tergesa-gesa, tidak usah segera menyatakan bahwa pandemi sudah selesai," kata dia.

Jokowi mengatakan, masih ada beberapa negara yang angka kasus positifnya kembali mengalami kenaikan. Karena itu, ia menegaskan pentingnya sikap kehati-hatian terkait pandemi ini.

"Saya kira hati-hati, ada di satu dua negara yang covidnya juga mulai bangkit naik hati-hati, kehati-hatian yang harus diterapkan," ujarnya.

Presiden AS Joe Biden memang telah mendeklarasikan bahwa, pandemi telah usai. Pernyataan ini disampaikan olehnya walaupun AS masih dicengkram virus corona yang menewaskan ratusan warganya setiap hari.

"Pandemi telah usai,\" kata Biden dalam wawancara untuk program 60 Minutes yang dilakukan di sela pemeran otomotif Detroit yang dihadiri ribuan orang, Ahad (18/9/2022).

"Kami masih memiliki masalah dengan Covid-19, pekerjaan kami masih sangat banyak, tapi pandemi telah usai, bila anda menyadarinya, tidak ada lagi yang memakai masker, semua orang tampaknya dalam keadaan sehat, dan saya kira itu perubahan," tambahnya.

Sejak awal masa jabatan Biden kasus kematian Covid-19 turun drastis. Sebelum Biden berkuasa, setiap hari lebih dari 3.000 warga AS meninggal dunia karena virus Corona. Ketika Biden menjabat perawatan, obat-obatan dan vaksin semakin banyak tersedia.

Namun menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) setiap harinya masih sekitar 400 warga AS yang meninggal karena Covid-19. Biden pun sempat menghabiskan masa isolasi selama dua pekan di Gedung Putih karena terinfeksi virus Corona pada bulan Juli.

Sementara istrinya, Jill Biden terinfeksi Covid-19 pada bulan Agustus. Biden mengatakan, gejala ringan merupakan penanda membaiknya perawatan virus Corona selama masa jabatannya.

 

Brain fog usik penyintas Covid-19. - (Republika)

 

 

 
Berita Terpopuler