Jerman Kembali Tolak Permintaan Kirim Tank Tempur Utama ke Ukraina

Jerman menyatakan tidak ingin gegabah dalam mengambil pengiriman tank.

AP/Bernat Armangue
Prajurit Ukraina melakukan manuver tank di dekat garis depan di wilayah Donetsk, Ukraina timur, Senin, 6 Juni 2022. Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht kembali menolak permintaan Ukraina untuk memasok tank tempur ke negara tersebut.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht kembali menolak permintaan Ukraina untuk memasok tank tempur ke negara tersebut. Sebelumnya Berlin telah menyatakan tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan itu.

Baca Juga

“Tidak ada negara yang mengirimkan kendaraan tempur infanteri atau tank tempur utama buatan Barat sejauh ini (ke Ukraina). Kami telah sepakat dengan mitra kami bahwa Jerman tidak akan mengambil tindakan seperti itu secara sepihak,” kata Lambrecht, Senin (12/9/2022).

Sebelumnya Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak gelombang kritik yang menyebut Jerman tidak menunjukkan kepemimpinan dalam upaya Barat memasok senjata berat ke Ukraina. Dalam hal tersebut, Scholz memilih lebih berhati-hati. “Saya mengambil keputusan dengan cepat dan bersama dengan mitra kami. Saya menemukan tindakan tergesa-gesa dan upaya Jerman yang luar biasa dipertanyakan,” kata Scholz dalam wawancara dengan surat kabar Bild am Sonntag yang diterbitkan 1 Mei lalu.

Jerman telah mengirimkan tank howitzers ke Ukraina. Namun Kiev juga menginginkan tank tempur Leopard, kendaraan tempur infanteri Marder, dan tank anti-pesawat Gepard.  

Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan di Bild am Sonntag menunjukkan bahwa 54 persen warga Jerman tidak puas dengan penanganan krisis yang dilakukan Scholz. Peringkat persetujuannya turun menjadi 32 persen. Khawatir Rusia dapat memperluas perang ke negara-negara selain Ukraina, beberapa mitra Jerman dalam aliansi militer NATO telah menyatakan ketidakpuasan dengan keraguan awal Scholz untuk mempersenjatai Ukraina. Lainnya seperti Polandia tidak senang dengan penentangan Jerman terhadap embargo Uni Eropa atas impor gas Rusia.

Partai koalisi Scholz, yakni, The Greens and Free Democrats, juga lebih tertarik memberikan lebih banyak bantuan militer ke Ukraina. Scholz harus menyeimbangkan tuntutan mereka dengan tuntutan anggota partainya yang mengatakan pengiriman senjata berat ke Ukraina berisiko memicu respons militer Rusia di negara ketiga dan memicu konflik yang lebih luas. 

 
Berita Terpopuler