Komunitas Muslim Edmonton Laporkan Islamofobia ke Lembaga HAM

Islamofobia jadi ancaman bagi Muslim di Edmonton.

About Islam
Masjid lokal di Edmonton, Kanada membuka kelas bela diri bagi muslimah
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, EDMONTON -- Anggota komunitas Muslim Edmonton bersaksi di depan komite HAM setempat di Signature Sandman Hotel, Downtown Edmonton, Kamis (8/9/2022). Persaksian itu membahas tentang kasus-kasus Islamofobia di wilayah tersebut yang semakin meluas.

Baca Juga

Sebuah penelitian juga telah dilakukan, dimulai pada pertengahan Juni dengan tujuan untuk memeriksa sumber-sumber Islamofobia. Termasuk pengaruhnya terhadap individu, insiden diskriminasi, kekerasan fisik, dan kebencian online terhadap Muslim.

“Ketika saya melihat statistik dan saya menemukan bahwa sebagian besar Muslim yang terbunuh di negara G7, berada di Kanada, saya terkejut mengetahui hal itu. Karena kami tidak menganggap Kanada sebagai tempat di mana Anda memiliki begitu banyak kekerasan,” kata ketua Komite Hak Asasi Manusia Salma Ataullahjan, dilansir dari Calgary Sun, Kamis (8/9/2022).

"Saya menyadari ada masalah yang lebih besar di sini," tambahnya.

Sesi awal laporan itu adalah tentang mendengarkan sejumlah saksi, termasuk Said Omar, Pejabat Advokasi Alberta untuk Dewan Nasional Muslim Kanada. Dia menjelaskan kepada komite serangan baru-baru ini terhadap wanita kulit hitam dan Muslim selama dua tahun terakhir.

“Masalah Islamofobia dengan kekerasan ada di sini di Alberta. Islamofobia yang kejam adalah ancaman utama yang membayangi komunitas kami," kata Omar.

Dia merinci insiden terbaru yang dilaporkan di kota itu, ketika pada 1 Januari, seorang wanita dan anak-anaknya diserang di luar masjid oleh seorang pria. Pria itu meninju dan meludahi kendaraan sambil mengucapkan ancaman Islamofobia, lalu meninggalkan masjid dan kembali dengan sekop. Pelaku ini sudah divonis 90 hari penjara.

 

Adapun Farha Shariff, penasihat senior untuk keragaman, kesetaraan, inklusi dan dekolonisasi di Universitas Alberta, mengatakan kepada komite bahwa dia telah menjadi sasaran Islamofobia dan begitu juga orang-orang yang dicintainya.

“Orang tua saya telah menjadi sasaran Islamofobia. Tiga anak saya, perempuan, telah menjadi sasaran Islamofobia. Suami saya telah menjadi sasaran Islamofobia. Kisah hidup Islamofobia ada di ruangan ini," ujarnya.

Dia mengatakan Islamofobia adalah contoh rasisme sistemik di Kanada. “Namun, Muslim dan kelompok rasial lainnya akan selalu menanggung kesalahan dan tanggung jawab kolektif atas tindakan yang dilakukan atau dituduhkan,” katanya.

Saksi juga berbicara tentang mencoba melaporkan contoh serangan Islamofobia, tetapi ditolak oleh polisi atau tidak dianggap serius.

“Kami tidak memiliki mekanisme pelaporan Islamofobia,” kata Dunia Nur, presiden dan CEO Dewan Keterlibatan Masyarakat Kanada Afrika.

Nur menekankan kepada anggota komite bahwa wanita Muslim kulit hitam perlu duduk di meja ketika mencoba untuk mengatasi masalah Islamofobia dan kejahatan rasial lainnya.

 

“Kami telah ditinggalkan dari rekomendasi, kami telah ditinggalkan dari konsultasi, kami telah ditinggalkan dari komunitas kami sendiri. Kami telah ditinggalkan dari rekomendasi legislatif. Tidak ada kemajuan," katanya.

“Kami memiliki banyak pengetahuan yang banyak yang dapat kami bagikan," tambahnya.

Ataullahjan mengatakan para pembicara sangat kuat, dan sekarang ada banyak aspek penelitian yang perlu dilihat. Termasuk kemungkinan mengganti nama menjadi “Islamofobia.”

“Kami memiliki pembicara yang menyatakan keprihatinan bahwa memiliki fobia berarti Anda hanya takut pada seseorang, tetapi itu tidak mengatasi masalah umat Islam. Kita perlu melihat ketakutan yang dialami umat Islam, diskriminasi yang mereka hadapi," ujarnya.

 

Setelah penundaan mendadak karena kematian Ratu Elizabeth II, sesi itu dilanjutkan pada sore hari dan mendengar delapan saksi lagi. Komite berencana untuk mendengar lebih banyak saksi di Kota Quebec dan Toronto dan pada akhirnya akan menerbitkan laporan dan rekomendasi. 

 
Berita Terpopuler