Tes Covid-19 tak Lagi Gratis, Inggris Dinilai Bakal Sulit Pantau Mutasi SARS-CoV-2

Inggris sudah tidak lagi menyediakan tes Covid-19 gratis.

www.freepik.com
Ilustrasi menurunnya jumlah kasus Covid-19 di Inggris membuat pemerintah meniadakan tes gratis di tempat-tempat seperti rumah sakit dan panti jompo.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tes Covid-19 yang tidak lagi gratis di Inggris memicu kekhawatiran pakar kesehatan. Sejumlah ahli menilai itu bisa menurunkan kemampuan pemerintah Inggris untuk memantau penyebaran virus corona (SARS-CoV-2) di tengah pandemi yang hingga kini masih belum berakhir.

Profesor Denis Kinane dari Cignpost Diagnostics menyampaikan jumlah kasus Covid-19 di Inggris terus menurun dan membuat pemerintah melonggarkan tingkat kewaspadaan. Menurut Kinane, tidak menutup kemungkinan itu adalah masa tenang sebelum badai.

Selama pandemi, data menunjukkan bahwa grafik kasus bisa sangat tinggi atau sangat rendah. Kinane menyoroti bahwa penurunan maupun kenaikan tajam patut diwaspadai. Pasalnya, prediksi jumlah kasus yang terus turun selama beberapa pekan ke depan bisa berakhir dengan lonjakan tajam pada Oktober.

Baca Juga

Prediksi kelonggaran tidak akan lama seperti periode sebelumnya, di mana Inggris merasakan seolah "bebas" dari Covid-19 selama tiga bulan. Faktanya, Kinane menyampaikan musim panas ini jumlah kasus meningkat cukup tinggi sejak pandemi dimulai.

"Peningkatan tajam dalam kasus Covid-19 di Inggris selama beberapa bulan terakhir terutama didorong oleh munculnya varian omicron BA.4 dan BA.5 yang telah menunjukkan peningkatan penularan," ujar Kinane, dikutip dari laman Express, Ahad (4/9/2022).

Subvarian lain yang berkembang pun memainkan peran, seperti BA.2.75, yang juga dikenal sebagai centaurus. Para ahli virologi menganggap itu bukan varian terakhir di Inggris, mengingat hampir tiga juta orang di Inggris masih belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Virus akan terus bermutasi, begitu pula varian baru yang mungkin lebih menular. Menurut Kinane, pengetahuan tentang mutasi ini akan sangat terdampak oleh kebijakan Inggris meniadakan tes Covid-19 gratis di tempat-tempat seperti rumah sakit dan panti jompo.

"Akhir dari pengujian gratis universal dan penangguhan pengujian untuk individu yang bekerja dan tinggal di lokasi berisiko tinggi telah semakin mengurangi kemampuan Inggris untuk secara efektif menganalisis dan menahan perilaku virus," ucap Kinane.

Situasi demikian disebutnya menandai langkah perubahan dalam posisi global Inggris. Pada fase awal pandemi, kemampuan negara untuk menguji banyak orang dengan sangat cepat dan gratis berarti memungkinkan untuk lekas bereaksi terhadap varian.

Program pengujian Inggris yang dipuji secara global memungkinkan negara untuk mendapat visibilitas komprehensif dari perilaku virus. Itu pun memungkinkan tindakan penahanan segera pada lokasi yang ditargetkan, termasuk penyediaan booster.

Hilangnya tes Covid-19 gratis bakal mengurangi pengawasan para pakar terhadap virus dan telah membuat orang enggan melakukan pengujian secara teratur. Akibatnya, setiap mutasi pada virus penyebab Covid-19 akan lebih sulit dikenali, dilacak, dan direspons.

Varian centaurus sudah masuk Indonesia. - (Republika)


Kinane mencemaskan populasi bakal lebih rentan terhadap varian seperti BA.5 dan centaurus yang kurang jinak dibandingkan varian lainnya. Karena itu, dia mendukung kembalinya prosedur awal pengujian, juga imbauan tes PCR karena dianggap paling akurat memantau virus. Terlebih, selama beberapa bulan terakhir, banyak orang mengalami infeksi ulang dengan cepat.
 
"Sangat penting untuk diingat bahwa Covid-19 masih merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat menular. Penting untuk tetap berhati-hati, terutama bagi orang-orang yang kekebalannya terganggu dan belum mendapatkan vaksinasi lengkap," tutur Kinane.

 
Berita Terpopuler