Dinkes DKI: Perawatan Penderita Cacar Monyet Sesuai Gejala yang Timbul

Penderita cacar monyet diharapkan dapat sembuh dalam waktu tiga pekan.

Freepik/Stefamerpik
Petugas kesehatan memperlihatkan sampel swab penderita gejala cacar monyet (Ilustrasi). Penderita cacar monyet dirawat sesuai gejala yang dikembangkannya.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menjelaskan perawatan penderita terpapar cacar monyet (monkeypox) dilakukan sesuai dengan gejala yang timbul. Sebab, tidak ada obat khusus untuk mengobati cacar monyet.

"Obatnya tergantung gejala yang timbul karena manifestasi penyakitnya macam-macam, misalnya ada demam," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Apabila gejala demam, lanjut Widyastuti, maka pasien akan diberikan obat demam dan jika terdapat ruam cacar maka diberikan salep topikal. Ia menjelaskan dengan perawatan, termasuk pengobatan yang diberikan kepada pasien, maka diperkirakan akan sembuh dalam waktu sekitar tiga pekan.

"Biasanya diharapkan dalam waktu tiga pekan bisa sembuh," ucapnya.

Menurut Widyastuti, penularan cacar monyet tidak semudah Covid-19. Sebab, dalam kasus cacar monyet, penularan berpotensi terjadi ketika kontak atau bersentuhan erat dengan penderita.

"Monkeypox ini penularannya tak semudah Covid-19, jadi harus kontak secara erat begitu, tapi tetap yang sakit tetap harus isolasi," ujarnya.

Baca Juga

Hingga saat ini, pemerintah mencatat ada satu orang laki-laki di Jakarta terkonfirmasi mengidap penyakit cacar monyet. Pria berusia 27 tahun itu diketahui pernah melakukan perjalanan dari Eropa.

Beda cacar monyet dan cacar air. - (Republika)

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Dwi Octavia menjelaskan tiga orang yang melakukan kontak erat itu dalam kondisi baik dan tidak ada keluhan kesehatan. Andakan muncul gangguan kesehatan, di antaranya ruam pada kulit, maka pihaknya melakukan pemeriksaan berupa tes usap pada tenggorokan atau tes usap pada kulit yang ruam.

"Kalau misalnya ada keluhan kesehatan, itu baru pengambilan spesimen, bisa swab tenggorok, kalau ada ruam di kulit bisa dilakukan oles atau swab pada daerah kulit yang ada gejalanya," kata Dwi.

Sementara itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyarankan agar pasien pertama yang terkonfimasi cacar monyet melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat (isoter). Hal ini guna mengantisipasi adanya ksus konfimasi lainnya dalam satu bulan pertama.

"Karena cenderung enggak aman, ya ini namanya kasus pertama. Namanya kasus pertama itu perlu ada pembelajaran dulu, melatih dulu, termasuk kita memberi edukasi atau literasi pada publik nanti atau pada kelompok berisiko ini nanti gimana, kalau ada kasus tambahan seperti apa," jelas Dicky dalam keterangannya, Kamis (25/8/2022).

Dicky juga mendorong pemerintah melakukan penanganan serta pengendalian terbaik pada kasus pertama ini agar dapat mengetahui penanganan dan pengendaliannya seperti apa ke depannya. Hal tersebut dilakukan agar cacar monyet tidak menjadi penyakit endemi di Indonesia.

"Karena kalau sudah masuk populasi, ya saya enggak bisa berkata apa-apa lagi. Ya sulit nanti terjadi endemi di Indonesia, ya yang rugi kita sendiri," ucap dia.

 
Berita Terpopuler