Kisah Mualaf Leigh: Ditentang Suami Hingga Akhirnya Bercerai

Leigh menganggap menjadi Muslim adalah satu-satunya bagian yang cerah dari hidupnya.

Pixabay
Ilustrasi Muslimah. Kisah Mualaf Leigh: Ditentang Suami Hingga Akhirnya Bercerai
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Leigh berusia akhir 20-an ketika dia mulai mengambil kelas tembikar. Dia menikah dan memiliki seorang gadis kecil yang baru saja mulai sekolah. Leigh sedang mencari sesuatu untuk mengisi waktu luangnya yang baru.

Baca Juga

Mengambil kelas satu bidang ini membuatnya memulai di jalan yang tak pernah ia bayangkan. Pada hari pertama kelas tembikar, Leigh memperhatikan seorang siswa yang seperti dia gambarkan 'berpakaian lucu'.

Setelah kelas, beberapa siswa mendatanginya untuk mengundangnya minum kopi. Leigh ingat kesepian sejak menjadi seorang ibu dan bersemangat bergabung dalam minum kopi dan mendapatkan teman dewasa baru. 

"Saya bersama sekelompok wanita yang hanya ingin bergosip. Sasaran pembicaraan mereka adalah wanita muda yang terlihat berbeda dari orang lain karena dia berhijab. Meskipun saya ingin memiliki sekelompok teman dan orang dewasa untuk diajak bicara dan berbagi hidup, saya tidak tertarik untuk kembali ke masa sekolah menengah atas saya, mengolok-olok orang," ujarnya seperti dikutip dariAbout Islam, Senin (1/8/2022).

Setelah itu, Leigh memutuskan berteman dengan wanita di kelas yang 'berpakaian lucu'. Ternyata Leigh dan wanita ini memiliki banyak kesamaan. Ternyata wanita ini adalah seorang mualaf. Beberapa saat kemudian, Leigh mengucapkan syahadatnya. Dia tak tahu saat ini akan jadi awal dari perjalanannya.

"Saya sangat senang dengan kebenaran indah yang saya temukan dalam Islam. Saya cukup naif untuk ingin membaginya dengan semua orang dalam hidup saya, termasuk suami saya. Dia mendukung saya belajar tembikar, memiliki teman baru dan dan berbeda, dan belajar tentang agama yang berbeda, dia sangat marah ketika saya mengatakan kepadanya bahwa saya telah menjadi seorang Muslim," katanya.

Sebagai seorang Muslimah yang baru, Leigh menghadapi banyak pertanyaan dari semua orang dalam hidupnya, tetapi sebagian besar sakit hatinya datang dari suaminya.

"Dia bersikeras membuatku membenci Islam meskipun dia tidak tahu apa-apa tentang itu. Dan ketika saya mencoba untuk memberitahu tentang keyakinan baru saya, itu seperti berbicara dengan tembok. Dia akan menyela saya ketika saya mulai belajar sholat dan itu membuatnya lebih sulit untuk belajar. Dia akan menjadi agresif ketika dia dia memergoki saya sedang sholat. Saya merasa seolah-olah pernikahan saya berantakan," ujarnya.

Leigh mengalami depresi tetapi terus belajar tentang keyakinan barunya. Dia mengatakan, itu adalah satu-satunya bagian yang cerah dari hidupnya. 

"Hidup saya terasa seperti badai. Tetapi saya menemukan begitu banyak kedamaian dalam iman baru saya. Suami saya terus menyerang iman saya dan akhirnya mengancam saya dengan perceraian jika saya tidak meninggalkan agama saya. Saya menolak dan dia menepati janjinya," katanya.

Suami Leigh mengajukan gugatan cerai atas dasar perbedaan yang tidak dapat didamaikan. Dia bahkan mengklaim bahwa dia didorong bercerai karena Leigh, seperti yang dia katakan, 

"Kehilangan akal dan bergabung dengan sekte dan tidak akan mendapatkan bantuan," ujarnya.

Leigh hancur. Tidak hanya kehilangan pernikahannya, dia juga telah dituduh dicuci otak dan bahkan gila.

Tapi dia tetap sabar. "Alhamdulilah saya punya sahabat sejati sesama Muslimah. Dia mebgundang saya dan putri saya ke rumahnya sementara saya mencari pekerjaan dan tempat tinggal saya sendiri. Dia membiarkan saya menangis di bahunya dan bahkan membantu saya untuk menyadari bahwa ketika kita mulai kembali kepada Allah, menjadi lebih dekat denganNya dalam hidup ini, Dia mulai menghilangkan hal-hal dalam hidup kita yang menjauhkan kita dari-Nya," katanya.

Teman Leigh menjelaskan bahwa kadang-kadang ini bisa sulit.  "Tapi seperti bangunan runtuh yang harus dibongkar untuk direnovasi, terkadang hidup kita harus dibongkar dan terlihat sedikit kacau sebelum bisa diperbaiki," katanya.

"Ini sangat masuk akal bagi saya dan memberi saya banyak penghiburan di hari-hari yang gelap ini.  Saya tidak memiliki banyak pengetahuan saat itu, tetapi saya sangat percaya pada Tuhan," ujarnya.

Leigh akhirnya menemukan pekerjaan dan bangkit setelah bercerai. Kemudian, suaminya memutuskan untuk mengancan akan mengambil putri mereka.

"Mantan suami saya mengira dia akan menghancurkan saya dengan meninggalkan saya dan kemudian saya akan meninggalkan agama saya dan kembali kepadanya dengan merangkak," katanya.

Ketika ini tidak terjadi, dan dia melihat bahwa saya benar-benar baik-baik saja tanpa dia, dia memutuskan untuk memutar pisau yang dia tusuk di punggung Leigh. "Dia mengancam akan menuntut hak asuh putri kami. Dia mengeklaim dia bisa meminta hakim pengadilan keluarga untuk memberinya hak asuh penuh atas putri kami, mengingat bagaimana saya telah kehilangan akal sehat dan menjadi seorang Mazzlim (Muslim) dan akan mengubah putri kami menjadi Mazzlim," ujarnya.

Leigh takut mantan suaminya benar. Meskipun ini jauh sebelum 9/11 dan sentimen Anti-Muslim tidak setinggi yang akan terjadi, Leigh mengatakan bahwa orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang Islam dan umumnya curiga terhadap sesuatu yang berbeda di bagian negaranya.

Berdoa siang dan malam agar Tuhan mengizinkan dia menjaga putrinya, Leigh mengatakan dia lebih patah hati dari sebelumnya. Pikiran kehilangan putrinya terlalu berat untuk ditanggungnya. Leigh mengingat Tuhan pasti mendengar teriakan minta tolong dirinha dan tahu bahwa air mata atas putrinya datang dari lubuk hatinya.

Sebelum mantan suaminya dapat mengajukan hak asuh atas putrinya, dia menjalin hubungan dengan seorang wanita yang tidak menginginkan anak. Dia mundur dan mengalihkan perhatiannya ke kehidupan kencannya.

"Saya merasa sangat lega. Tuhan benar-benar Maha Besar," ujarnya.

Leigh tumbuh lebih kuat dalam menghadapi kesulitan dan menjadi lebih bertekad untuk menjadi Muslimah yang baik. Dia bertemu dan menikah dengan seorang pria Muslim yang peduli dan memiliki tiga anak lagi bersamanya, dua laki-laki dan satu perempuan.

"Saya tidak akan pernah memberitahu orang-orang bahwa saya hidup bahagia selamanya karena hidup adalah ujian, dan bahagia selamanya adalah apa yang saya usahakan di akhirat. Tetapi apapun yang menghadang saya, saya tahu akan berhasil karena Islam telah memberi saya alat dan dukungan untuk berkembang," katanya. 

 
Berita Terpopuler