Pakar Ungkap Penyebab Konsumsi Buah dan Sayur di Indonesia Masih Rendah

Menurut Riskesdas 2018, konsumsi sayur dan buah orang Indonesia masih rendah.

Republika/Prayogi
Sayur dan buah (ilustrasi). Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya angka konsumsi buah dan sayur di masyarakat.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Imran Agus Nurali memaparkan, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 95,5 persen orang Indonesia masih kurang mengonsumsi buah dan sayur dengan porsi cukup. Hal itu masih menjadi masalah yang berkelanjutan.

"Dari hasil Riskesdas tahun 2018 bahkan dari tiga tahun sebelumnya, masalah kita adalah yang makan sayur dan buah masih relatif rendah, di bawah 10 persen," kata Imran di Jakarta, Senin (1/8/2022).

Padahal, menurut Imran, kurang mengonsumsi buah dan sayur membuat tubuh kurang serat sehingga menyebabkan peningkatan angka penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, strok, penyakit jantung, dan obesitas. Sementara itu, Menurut Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor Prof Dodik Briawan, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya angka konsumsi buah dan sayur di masyarakat.

Baca Juga

"Dari berbagai survei yang dilakukan di berbagai negara, kalau masyarakat kita punya persepsi makan itu kenyang, tanpa memperhatikan komposisi, seperti harus ada sayur dan buah itu kadang-kadang lupa," papar Dodik.

Faktor lainnya, lanjut Dodik, akses masyarakat terhadap ketersediaan buah di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, menyiapkan buah di meja makan dinilai tidak semudah menyiapkan lauk pauk karena buah harus segera dihabiskan setelah dikupas.

Begitu juga dengan sayur yang sebaiknya segera dihabiskan setelah dimasak. Tak hanya itu, menurut Dodik, rasa dan tekstur buah yang beraneka ragam tak selalu bisa diterima oleh lidah setiap orang, terutama anak-anak.

"Kalau rasanya asam atau teksturnya kasar, enggak mau makan. Itu permasalahannya mengapa tingkat konsumsinya rendah," ungkap Dodik.

Untuk itu, Dodik menyarankan setiap keluarga perlu meningkatkan kreativitas agar setiap anggota keluarga terutama anak-anak bisa lebih semangat mengonsumsi buah. Misalnya, dengan membuat kreasi seperti salad hingga jus.

"Di Indonesia ini banyak sekali buah sehingga keluarga punya banyak pilihan. Perlu kreativitas, terutama ibu-ibu, agar buah bisa lebih diterima anak, apalagi anak yang kurang suka asam dan tekstur yang banyak seratnya," kata Dodik.

Imran mengatakan, pemerintah juga terus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi buah dan sayur yaitu melalui program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Salah satu yang digalakkan dalam program tersebut adalah edukasi tentang gizi sehat dan seimbang, termasuk di antaranya mengonsumsi buah dan sayur yang cukup dan mengurangi garam, gula, dan lemak.

"Kemudian ada Isi Piringku. Karbohidrat seperti nasi dan roti jangan full satu piring. Diameter piring maksimal 20 cm, nasinya kurang lebih 2 per 6 piring kemudian banyak buah dan sayur untuk memenuhi vitamin dan mineral, serat juga," kata Imran.

 
Berita Terpopuler