Ruben Onsu Idap Empty Sella Syndrome, Apakah Ada Obatnya?

Empty sella syndrome merupakan penyakit langka.

Antara
Ruben Onsu mengidap empty sella syndrome.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presenter Ruben Onsu belum lama ini mengungkapkan bahwa dirinya mengidap sebuah penyakit langka bernama empty sella syndrome. Penyakit ini dapat membuat kondisi tubuh Ruben menurun bila terpapar suhu dingin.

Baca Juga

"Kalau gue udah kena dingin, itu gue langsung nge-drop badannya," jelas Ruben dalam tayangan FYP yang disiarkan stasiun TV Trans7, beberapa waktu lalu.

Ruben mengungkapkan bahwa sindrom tersebut berhasil diketahui setelah dia menjalani pemeriksaan MRI. Ruben menyebut, pemeriksaan ini juga menemukan adanya bercak putih pada otaknya.

"Jadi empty sella syndrome ini ada beberapa tingkat gitu, ada yang memang dia nggak kuat dalam suhu dingin," jelas Ruben.

Mengacu pada laman resmi National Organization for Rare Disorders (NORD), empty sella syndrome dikenal sebagai penyakit langka yang ditandai dengan adanya pembesaran atau malformasi pada struktur tengkorak yang dikenal sebagai sella turcica. Pada kasus empty sella syndrome, sella turcica bisa terisi sebagian atau sepenuhnya dengan cairan serebrospinal.

Empty sella syndrome secara umum bisa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu empty sella syndrome primer dan sekunder. Empty sella syndrome primer belum diketahui penyebabnya. Akan tetapi, kecacatan pada diafragma sella saat lahir dinilai berperan dalam terjadinya empty sella syndrome primer.

Empty sella syndrome sekunder terjadi akibat adanya penyebab lain yang mendasarinya. Beberapa kondisi yang bisa memicunya adalah tumor hipofisis yang sudah diobati, trauma atau benturan pada kepala, infeksi, terapi radiasi, operasi di area pituitari, penyakit langka seperti sindrom Sheehan, atau hipertensi intrakranial idiopatik.

"(Hipertensi intrakranial idiopatik) di mana peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan empty sella syndrome," jelas NORD.

Gejala empty sella syndrome bisa berbeda pada orang yang satu dengan orang lainnya. Perbedaan gejala ini dipengaruhi oleh kondisi lain yang mendasari terjadinya empty sella syndrome.

Gejala

Pada sebagian besar kasus, khususnya empty sella syndrome primer, penderita umumnya tak memiliki gejala terkait atau asimptomatik. Oleh karena itu, empty sella syndrome kerap ditemukan secara tidak sengaja saat pasien menjalani pemeriksaan CT atau MRI.

Meski begitu, ada satu gejala yang sering kali dikeluhkan banyak penderita empty sella syndrome. Gejala tersebut adalah sakit kepala kronis atau jangka panjang.

Akan tetapi, belum bisa dipastikan apakah kemunculan sakit kepala ini memang disebabkan oleh empty sella syndrome atau muncul secara kebetulan. Selain itu, banyak penderita  yang memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi. Rasa sakit kepala yang muncul disinyalir berkaitan dengan hipertensi ini.

Pada kasus-kasus yang lebih jarang, penderita empty sella syndrome bisa mengalami peningkatan tekanan di dalam tengkorak atau tekanan intrakranial. Beberapa kondisi lain yang juga bisa terjadi adalah keluarnya cairan serebrospinal dari hidung, pembengkakan diskus optikus akibat peningkatan tekanan kranial, dan kelainan yang memengaruhi penglihatan seperti hilangnya kejernihan pandangan.

Temuan yang lebih spesifik mendapati bahwa sebagian penderita empty sella syndrome mengalami defisiensi hormon pertumbuhan. Selain itu, penderita empty sella syndrome sekunder lebih sering mengalami abnormalitas yang memengaruhi pandangan.

Mereka juga lebih mungkin untuk mengalami penurunan fungsi pituitari akibat masalah utama yang mendasari munculnya sindrom tersebut. Sebagian besar penderita empty sella syndrome tidak memiliki gejala dan tidak membutuhkan pengobatan.

Namun, ketika gejala muncul, terapi biasanya diberikan untuk mengatasi gejala spesifik tersebut. Bila pituitari terdampak, terapi pengganti hormon tertentu perlu diberikan. Operasi juga mungkin dibutuhkan bila cairan serebrospinal keluar lewat hidung. 

 
Berita Terpopuler