Butuh SDM untuk Beri Pemahaman Alquran pada Anak Didik

Kompetensi anak-anak didik dalam bidang Alquran itu lebih ditingkatkan.

SPA
Alquran dan terjemahannya dalam berbagai bahasa di Masjidil Haram, Arab Saudi. Ilustrasi Alquran.
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Ilmu Alquran Dr KH Ahsin Sakho Muhammad menyampaikan apresiasinya atas upaya Kementerian Agama (Kemenag) dalam penyusunan Standar Kompetensi Lulusan pada Lembaga Pendidikan Alquran. Dia mendorong agar kompetensi anak-anak didik dalam bidang Alquran itu lebih ditingkatkan dari segi bacaan dan pemahaman terhadap Alquran.

Baca Juga

"Itu sangat bagus sekali. Tentunya perlu tindak lanjut terhadap tujuan penyusunan standar kompetensi lulusan ini, yaitu dengan memfasilitasi institusi pendidikan Alquran," tutur pengasuh Pesantren Dar Al-Qur'an Arjawinangun Cirebon itu kepada Republika.co.id, Rabu (13/7/2022).

Fasilitasi yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan Alquran, terang Kiai Ahsin, adalah tenaga-tenaga pendidik yang bisa membaca Alquran dengan benar dan memiliki kompetensi dalam memberikan pemahaman terhadap anak-anak didik. Sebab, untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten, tentu membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan metodologi hingga bisa sampai pada tujuan.

Kiai Ahsin melanjutkan, Alquran terdiri dari 6.236 ayat sehingga untuk memahaminya memerlukan waktu yang panjang. Namun, menurut dia, setidaknya ada surat-surat kunci dalam Alquran yang perlu dipahami oleh para peserta didik.

"Seperti Surat Tabarak dan Surat Yasin. Ini Surat kunci yang perlu dipahami. Surat Tabarak perlu dibaca setiap hari, demikian juga Surat Yasin. Ini merupakan upaya kita agar anak-anak didik kita berkenalan dengan Alquran," jelasnya.

Selain itu, menurut Kiai Ahsin, para peserta didik di lembaga pendidikan Alquran juga sebaiknya diberikan pemahaman tentang lima ayat pertama dalam Surat Al-Baqarah. Dia mengatakan, lima ayat tersebut menjelaskan ciri khas orang yang bertakwa. Di antaranya adalah beriman kepada hal yang ghaib, melaksanakan sholat, menginfakkan rezekinya di jalan Allah SWT, dan meyakini adanya kehidupan akhirat.

"Yang penting juga adalah ayat pertama sampai kelima Surat Al-Baqarah. Mengerti terjemah globalnya saja dulu. Pengertian beberapa ayat saja. Jadi tidak perlu detail juga. Agar anak meraih pemahaman terhadap lima ayat pertama Surat Al-Baqarah. Dibuat yang mudah-mudah saja," ujarnya.

 

 

Kiai Ahsin juga berpendapat, selain kemampuan membaca Alquran dengan benar sesuai tajwid, hafalan Alquran juga perlu dimiliki pada anak-anak didik. Hanya saja, dia menyadari, hafalannya tidak perlu banyak dan cukup dengan menghafal surat-surat pendek dalam Alquran.

"Bagi anak-anak kecil, materi hafalan itu penting juga. Hanya berapa banyaknya materi yang harus dihafal ya terserah, nanti dari direktorat (Kemenag) yang akan mengukur. Yang penting punya hafalan Alquran di hatinya. Berapa hafalannya itu perlu ada pembicaraannya tersendiri," paparnya.

Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kemenag menyusun Standar Kompetensi Lulusan pada Lembaga Pendidikan Al-Qur’an. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghafur mengatakan, pendidikan Alquran tidak boleh berhenti hanya kepada literasi membaca dengan benar.

Meski masih di tingkat bawah, anak-anak juga harus mulai diajarkan tentang isi kandungan Alquran yang dibaca. Menurutnya, standar isi ini justru harus didahulukan sebelum standar kelulusan. Dia mengatakan, target pertama dalam pendidikan Alquran adalah paham terhadap apa yang dibaca.

Waryono menyampaikan, jika seorang anak didik lulus tetapi sebetulnya belum paham, ini akan menjadi tragedi karena ada kesalahan dalam memahami. Misalnya, seorang anak sudah mampu membaca dengan lancar. Namun anak tersebut relatif belum memadai pemahamannya, maka belum dapat dinyatakan lulus.

"Hal ini dilakukan supaya tidak menjadi tertuduh, belajar Alquran kok malah menyimpang atau bahkan melakukan pelecehan seksual. Ini bagian dari pembelajaran yang dalam praktiknya mencederai praktik pendidikan Alquran," tutur dia, seperti dikutip dari laman resmi Kemenag.

 
Berita Terpopuler