India Bantah Bantu Presiden Sri Lanka Kabur ke Maladewa

Parlemen belum menerima surat pengunduran diri resmi Presiden Gotabaya Rajapaksa.

EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE
Orang-orang melihat-lihat di taman kediaman perdana menteri di Kolombo, Sri Lanka, 11 Juli 2022, dua hari setelah kediaman resmi diserbu. Presiden dan perdana menteri Sri Lanka setuju untuk mengundurkan diri setelah pertemuan para pemimpin partai selama hari protes anti-pemerintah besar-besaran. Ribuan pengunjuk rasa pada 09 Juli menerobos barikade polisi dan menyerbu istana Presiden, sekretariat Presiden, dan kediaman resmi perdana menteri. Protes telah mengguncang negara itu selama berbulan-bulan, menyerukan pengunduran diri presiden dan perdana menteri atas dugaan kegagalan mengatasi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemerintah India membantah laporan media yang menyebutnya membantu Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa. New Delhi menilai tudingan itu spekulatif dan tidak berdasar.

Baca Juga

“Komisi Tinggi dengan tegas menyangkal laporan media yang tidak berdasar dan spekulatif bahwa India memfasilitasi perjalanan Gotabaya Rajapaksa yang dilaporkan baru-baru ini keluar dari Sri Lanka,” kata Komisi Tinggi India di Sri Lanka lewat akun Twitter resminya, Rabu (13/7/2022), dikutip laman Outlook India.

India menekankan bahwa mereka mendukung aspirasi rakyat Sri Lanka. “India akan terus mendukung rakyat Sri Lanka ketika mereka berusaha mewujudkan aspirasi mereka untuk kemakmuran dan kemajuan melalui cara serta nilai-nilai demokrasi, lembaga-lembaga demokrasi yang mapan, dan kerangka konstitusional,” kata Komisi Tinggi India.

Gotabaya seharusnya mundur pada 13 Juli atau Rabu. Namun Angkatan Udara Sri Lanka telah mengumumkan bahwa mereka sudah memfasilitasi kepergian Gotabaya ke Maladewa. “Berdasarkan ketentuan konstitusi dan atas permintaan pemerintah, Angkatan Udara Sri Lanka hari ini menyediakan pesawat untuk menerbangkan presiden, istri, dan dua pejabat keamanan ke Maladewa,” katanya dalam sebuah pernyataan.

 

Menurut laporan media Maladewa, Gotabaya telah mendarat di Bandara Internasional Velana. Ketua Parlemen Sri Lanka Mahinda Yapa Abeywardana mengungkapkan, pihaknya belum menerima surat pengunduran diri resmi Gotabaya. “Kami belum menerima pengunduran diri Presiden Gotabaya. Namun kami berharap mendapatkannya dalam sehari,” kata Mahinda saat diwawancara Asian News International, Rabu. 

Pada akhir pekan lalu, ribuan warga Sri Lanka menyerbu dan menggeruduk kediaman resmi Gotabaya. Peristiwa itu menjadi puncak frustrasi warga atas krisis ekonomi yang mencekik negara berpenduduk hampir 22 juta jiwa tersebut. Sebelum penyerbuan berlangsung, Gotabaya dan keluarganya berhasil dievakuasi.

Keberadaan Gotabaya sempat tak diketahui setelah peristiwa penyerbuan. Tak lama berselang setelah kediaman resminya digeruduk, Mahinda Yapa Abeywardana mengumumkan bahwa Gotabaya akan mundur sebagai presiden pada 13 Juli. “Keputusan untuk mundur pada 13 Juli diambil untuk memastikan penyerahan kekuasaan secara damai. Oleh karena itu, saya meminta masyarakat menghormati hukum dan menjaga perdamaian,” ucapnya, Sabtu (9/7).

 

Saat ini Sri Lanka sedang dibekap krisis ekonomi terburuk dalam 70 tahun terakhir. Negara tersebut telah menghadapi gelombang demonstrasi sejak Maret lalu. Mereka menuntut perbaikan hidup dan reformasi pemerintahan. Pada Juni lalu, inflasi di Sri Lanka mencapai 54,6 persen. Angka itu diperkirakan bakal menyentuh hingga 70 persen dalam beberapa bulan mendatang.  

 
Berita Terpopuler