Sejarah SCBD: Dari Peternakan Sapi, Kawasan Perkantoran Elite, Kini Jadi Citayam Fashion Week

Lokasi ABG Citayam dan sekitarnya yang menyerbu kawasan SCBD dulunya adalah peternakan sapi dan perkebunan warga Betawi.

network /Kurusetra
.
Rep: Kurusetra Red: Partner

SCBD. Remaja dari Citayam dan sekitarnya menyerbu kawasan SCBD. Foto: Republika.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Kawasan SCBD yang seharusnya Sudirman Central Business District kini diplesetkan menjadi Sudirman Citayem Bogor Depok berkat keberadaan anak-anak remaja yang beramai-ramai membuat konten. Padahal kawasan Sudirman dulunya adalah wilayah perkampungan yang menjadi pusat peternakan susu.

Setiap hari, sejak subuh hingga malam, ribuan penumpang dari Bogor, Bojonggede, Citayam, Depok, dan sekitarnya, yang bekerja di Jakarta memanfaatkan KRL untuk sampai ke wilayah Sudirman. Baik saat pergi maupun pulang kantor. Kini Jakarta semakin hidup dengan dibukanya bus TransJakarta, kereta Mass Rapid Transit (MRT) dan kereta LRT (Lintas Rel Terpadu). Belum lagi keberadaan ojek online yang bisa menjadi alternatif warga Jakarta.

BACA JUGA: Mengapa GB WhatsApp (GB WA) Laris Manis Diburu Netizen? Ini Alasannya

Semakin beragamnya angkutan umum di Jakarta, warga yang tinggal di kota-kota satelit tetapi bekerja di Ibu Kota semakin dimudahkan. Apalagi dengan hilangnya BBM jenis premium, dibatasinya pembelian pertalie plus harus membeli lewat aplikasi, membuat para pekerja berpikir ulang naik kendaraan pribadi ke kantor. Ditambah lagi macet yang gak ketulungan.

Tak heran jika transportasi seperti KRL berjubelan. Seperti jalur Bogor-Tanah Abang yang tidak pernah sepi dari penumpang. Di antara stasiun kereta api yang dipadati penumpang adalah Stasiun Sudirman yang sebelumnya bernama Stasiun Dukuh Atas. Dukuh Atas adalah salah satu kampung tua di Kelurahan Setiabudi, letaknya di ujung Jalan Blora dan Jalan Kendal. Jalan Blora, Jakarta Pusat, sampai 1970-an terkenal dengan Sate Bloranya.

BACA JUGA: Di Gedung Ini NU dan Muhammadiyah "Menikah" Hingga Melahirkan Masyumi


Stasiun Sudirman menjadi tempat pemberhentian sempurna bagi para karyawan yang bekerja di sekitar Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Thamrin, dan Setiabudi. Namun, jalan Sudirman baru ada setelah Bung Karno membangunnya awal 1960-an, saat menghadapi Asian Games 1963, sedangkan Dukuh Atas sudah berusia ratusan tahun.

Berawal dari Kampung Dukuh. Karena letaknya di bagian atas dinamakan Dukuh Atas. Di dekatnya terdapat Kampung Dukuh Bawah, di sebelah timur SMU 3 Setiabudi. Karena terletak di bagian bawah, kampung yang berbatasan dengan Jl Halimau dan Jl Kawin itu dinamakan Dukuh Bawah.

BACA JUGA: MP3 Juice, Download Video YouTube Jadi MP3 (Lagu) Mudah dan Aman: Cukup Ketik Judul

Almarhum Alwi Shahab, sejarawan Jakarta bercerita, di masa Gubernur Ali Sadikin, ketika steambath (panti pijat) dan klub malam banyak berdiri di Jalan Blora, tukang sate dipindahkan ke Jalan Kendal, bersebelahan dengan Blora. Para tukang sate, sop dan gorengan itu awalnya berdagang di pasar Tanah Abang.

"Di antara pedagang sate terkenal adalah Mat (Muhammad) Kumis. Kini, banyak pedagang sate, sop kaki, dan soto yang menambahkan nama Kumis di belakang namanya. Yang pasti, tidak semua pedagang sate berkumis," kata Abah Alwi.

BACA JUGA: Pasar Kambing di Tanah Abang Sudah Ada Sejak Zaman Si Pitung


Penduduk di sekitar segitiga emas — Kuningan, Sudirman dan Gatot Subroto banyak juga yang berprofesi sebagai tukang sepatu dan konveksi. Sepatu Kampung Pedurenan cukup terkenal, dan menjadi langganan beberapa toko sepatu di Pasar Baru, termasuk toko Sien Lie Seng. Yang terbanyak adalah para pengusaha sapi, yang rata-rata memiliki 4-5 ekor.

Setiap pagi dan sore, ratusan warga Karet Kuningan, Kuningan Timur, Karet Pedurenan, dan Setiabudi (Kampung Duku) dengan mengendari sepeda, membawa susu yang dikemas dalam botol kepada pelanggan di berbagai tempat di Jakarta, serta dijualbelikan.

Industri tahu juga berkembang di tempat-tempat tersebut. Banyak pula yang jadi anemer (pemborong rumah). Kini rumah-rumah mereka sudah hampir tidak tersisa. Digantikan hotel berbintang, mal, apartemen, rumah sakit, wisma dan imperium.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

 
Berita Terpopuler