Mualaf Agus, 12 Tahun Renungkan Kebenaran Islam Hingga Akhirnya Bersyahadat

Mualaf Agus Wiyanto Tan temukan kebenaran Islam setelah mengkaji serius

Dok Istimewa
Mualaf Agus Wiyanto Tan. Mualaf Agus Wiyanto Tan temukan kebenaran Islam setelah mengkaji serius
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Tdak pernah terbayang di benak pemilik nama lengkap Agus Wiyanto Tan ini akan terpaut dengan Islam karena profesinya dahulu sebagai pemimpin umat agama di satu tempat ibadah.     

Baca Juga

Koh Agus Tan sapaan akrabnya hidup di keluarga yang berbeda agama. Dia juga  pernah terpedaya dengan dunia gelap. 

Namun di usianya 26 tahun, dia merasa harus berjalan di jalan yang benar. Koh Agus kemudian mendalami agamanya dan sekolah untuk menjadi pemimpin agama di Surabaya.  

Koh Agus menempuh pendidikan non gelar selama dua tahun. Sembari bersekolah, dia pun ditugaskan untuk bekerja di tempat ibadah di sana.  

Setelah selesai, dia ditempatkan di tempat ibadah berbagai wilayah. Tempat pertama dua menjadi pemimpin agama adalah di KM 29, Kalimantan Timur hingga ke pedalaman hutan agar warga tertarik memeluk agamanya. 

Baru setelah tugas pertama, Koh Agus ditugaskan di daerah lain, di antaranya Sumbawa, Bima, Ngawi kemudian hingga ke Bandung. Koh Agus kemudian menikah dengan wanita yang juga menjadi pemuka agama hanya saja spesialisasinya adalah pemusik.  

Dalam perjalanan spiritualnya, semakin dia mendalami agama, semakin banyak keraguan dalam hatinya. Apalagi ketika ada perintah untuk bergaul dengan umat lain salah satunya umat Islam dengan tujuan agar umat tersebut bisa diajak masuk kepada agamanya. 

Baca juga: Bukti-Bukti Meyakinkan Mualaf Gladys Islam adalah Agama yang Paling Benar 

 

Apa yang selama ini dipelajari dalam kitab sucinya justru semakin dekat dengan ajaran Islam. Keimanan terhadap agamanya pun semakin tergerus hingga hilang sama sekali.  

"Saya membahas hal ini dengan mantan istri saya dahulu. Hanya saja dia tidak menanggapi serius dan bukan waktu yang sebentar saya berkompromi dengan ini setidaknya selama 12 tahun," ujar pria 45 tahun ini kepada youtube Mualaf Center Aya Sofia, yang dikutip Republika.co.id. 

Karena Koh Agus meyakini ketika dia sudah hijrah dan mempublikasikannya, maka tidak akan ada jalan kembali. Meskipun sebenarnya ada beberapa pendapat ulama yang menyebutkan bahwa seorang pria Muslim masih dibolehkan beristri non-Muslim.    

Hanya saja Koh Agus saat itu merasa bahwa meski dia lebih dulu menjadi Muslim tetapi harus ada batasan agar sebagai imam, istri sebagai makmum mengikutinya. Mantan istrinya pun tidak ada penjelasan mengenai keinginannya memeluk Islam dan memutuskan berpisah.  

Koh Agus kemudian mantap bersyahadat Maret 2021 di Bandung. Setelah 12 tahun lamanya mempertimbangkan setiap banyak hal untuk benar-benar meninggalkan agama lamanya.  

Setelah bersyahadat, koh Agus berpikir kembali dan ingin rujuk mengingat kedua anaknya yang masih membutuhkan ayahnya.  Hanya saja setelah diadakan pertemuan  keluarga, mantan istri meminta syarat agar Koh Agus kembali ke agama lamanya.   

Tentu karena telah berkomitmen dengan Islam dia tidak bisa menerima prasyarat tersebut. Agama adalah persoalan keimanan, jika dia tak lagi mengimani meski nantinya kembali dia merasa hanta akan menjadi manusia kosong.  

Keputusan tersebut bagi Koh Agus, merupakan adalah petunjuk dari Allah SWT. Karena jika rujuk adalah jalan terbaik tentu Allah SWT akan mempermudahnya, tetapi nyatanya keimanan dia harus dipertaruhkan. 

Menjadi Muslim, ujian datang tak hanya dari masalah rumah tangga tetapi juga masalah finansial. Sebelumnya sebagai pemuka agama, Koh Agus memang hanya bertugas untuk berkhutbah dan tidak memiliki pekerjaan lain.  

Dengan kegiatan ini saja, kemampuan finansialnya telah tercukupi bahkan berlebih. Dia pun mendapatkan fasilitas kendaraan roda empat.  

Namun karena memutuskan untuk menjadi Muslim,  segala fasilitas pun ditarik kenbali termasuk soal keuangan. Koh Agus juga pergi dari rumah dan hanya membawa sekeranjang baju dengan luas dua kali satu meter.  

Dan keranjang ini menjadi pengingatnya, bahwa dahulu sebelum berekonomi cukup. Dia pernah memiliki usaha laundry kemudian tutup dan hanya tersisa keranjang pakaian.  

Keranjang yang luasnya mirip dengan luas kuburan umat Islam ini menjadi sebuah tanda bahwa kemanapun dan setinggi apapun seorang manusia berada nantinya akan menuju kematian dan dikubur dengan ukuran tanah dua kali satu meter. Sejak menjadi Muslim Koh Agus pun berkomitmen untuk berjuang di jalan dakwah. 

Baca juga: Mimpi Muhammad Qasim Kembali Heboh, Sertakan Bukti dari Biden Hingga Lengsernya Imran Khan

Dahulu sebelum memeluk Islam dia berdakwah agar umat lain memeluk agama sebelumnya, kini dia berdakwah agar umat Islam berkomitmen agar menjalankan ajaran Islam. Padahal dahulu Koh Agus sempat merasa alergi dengan umat Islam, bahkan anaknya pun ikut-ikutan.  

Anaknya pernah menertawakan cara berpakaian umat Islam. Namun sebenarnya hal itu tidak lebih dari ketidaktahuan semata. 

Karena setelah mempelajari Islam, bahwa ketika seorang Muslim benar-benar menjalani aturan dan syariat Islam maka kehidupannya akan baik-baik saja.   

 

Apalagi persoalan keimanan di hati, ketika adzan sholat berkumandang misalnya, seorang Muslim yang dihatinya masih mengingat Allah SWT maka akan bergetar dan merasa tersentuh. Jika seorang Muslim tidak nemiliki rasa tersentuh sama sekali, menurut Koh Agus, tentu ada yang salah dengan dirinya.  

Karena itu memang, soal keimanan dan hidayah perlu di-upgrade setiap saat. Karena seorang manusia tidak akan tahu dimana iman islamnya berada di titik terendah.  

Dalam perjalanannya di awal memeluk Islam, Koh Agus banyak berdebat dengan rekan-rekan sebelumnya. Bahwa mereka menganggap aturan di Islam terlalu banyak dan tidak praktis.  

Untuk buang air kecil saja misalnya, Islam mengatur banyak hal seperti berdoa, arah buang air, dan cara bersuci. Namun demikian berbeda dengan anggapan Koh Agus. 

Bagi dia, sebuah agama memang seharusnya mengatur segala hal segi kehidupan agar hidup itu terarah. Bahkan saat ini Koh Agus yang masih belajar Iqra, dan baru paham wudhu dan sholat saja sungguh merasakan keutamaan amalan ini.  

Menurut Koh Agus, sebagai warga yang baik saja jika ingin melaporkan sesuatu kepada presiden misalnya harus berpakaian dan aturan protokol yang ketat. Apalagi jika ingin melapor kepada Allah SWT, Tuhan yang menciptakan kita.  

Tentu melapor dengan sholat itu seorang hamba harus dengan keadaan bersih dan suci. Maka benarlah jika memang ketika kita hendak beribadah maka diwajibkan untuk bersuci baik dari hadas besar maupun hadats kecil. 

Namun penjelasan ini tetap saja tidak diterima rekan-rekan dia di agama sebelumnya. Begitu juga dengan makanan dan minuman yang halal dan haram.  

Meski jelas disebutkan dalam kitab suci mereka, tetapi mereka masih melanggarnya. Dan banyak hal lainnya yang tidak logis bagi Koh Agus.     

Saat ini Koh Agus bersyukur, kedua anaknya telah menerima keputusan ayahnya. Bahkan komunikasi dan pertemuan mereka kembali lancar. 

Bahkan kedua anaknya memuji perubahan sikap ayahnya yang menjadi lebih baik. Kini sosok Agus Tan ini menjadi ayah yang lebih penyabar dan ikhlas dalam menerima masalah kehidupan.   

Untuk mencari nafkah dia pun tak berputus asa. Awalnya dia menjadi ojek online kemudian merintis usaha makanan meski masih dalam tahap UMKM. 

 

Saat ini juga Koh Agus telah menikah kembali dengan Muslimah yang berkomitmen untuk mendukung perjuangan dakwahnya untuk para mualaf.     

 
Berita Terpopuler