Bukti-Bukti Meyakinkan Mualaf Gladys Islam adalah Agama yang Paling Benar 

Mualaf Gladys semakin meyakini kebenaran Islam melalui pencarian serius.

Dok Istimewa
Gladys. Mualaf Gladys semakin meyakini kebenaran Islam melalui pencarian serius
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setelah memahami satu surat dalam Alquran, -al-Ikhlas ayat 1- 4, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

Baca Juga

Dengan haru Gladys menceritakan kisahnya, terutama alasan mengenai dia memeluk Islam. Bahwa bukti-bukti yang ditemukannya membuatnya semakin yakin bahwa Islam adalah agama yang benar.  

Seorang gadis asal Surabaya, Gladys Greselda Gosal (26 tahun), mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Dan, pada 1 September 2021, dia bersyahadat didampingi oleh Ustadz Ipung Atria dan rekan Mualaf Center Aya Sofya di Pesantren JEHA Dolly, Kota Surabaya. 

"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadan Rasuulullah Artinya, Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah," ucap Gladys dalam video yang diunggah Youtube MCN Aya Sofya.  

Gladys sendiri merupakan seorang dosen manajemen yang mengajar di salah satu universitas swasta di Surabaya. Sejak kecil Gladys bersekolah di sekolah agama yang dianutnya. Dia pun memiliki nama baptis Veronica.  

Hidayah Allah akan memilih siapa saja yang dikehendaki. Demikian juga pengalaman Gladys yang mengenal Islam melalui seorang pria yang ingin dinikahinya.  

"Saya mengenal agama Islam karena pacar saya yang sekarang, lalu saya timbul pertanyaan bahwa hubungan ini sebenarnya mau dibawa ke mana, karena pada saat itu saya tidak bersedia pindah agama. Dulu itu antara dia yang pindah agama atau kita jalan masing-masing," ujar dia. 

Pria tersebut beragama Islam, tapi karena masalah perbedaan agama, hubungan keduanya belum juga diresmikan. Gladys yang sejak kecil taat beribadah tak ingin berpindah agama.  

Bahkan, dia sempat bersikap tegas kepada calon suaminya untuk pindah ke agama Gladys atau keduanya memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan. Dengan tidak emosional, calon suami Gladys kemudian menanggapi pilihan Gladys 

Teman dekatnya kemudian bertanya kepada Gladys mengenai pemahaman agamanya. "Tetapi, teman dekat saya itu kemudian memberikan pertanyaan kepada saya, apakah kamu sudah belajar tentang agamamu sendiri, kemudian dia menantang saya kalau misalnya dia harus pindah agama maka saya harus bisa meyakinkannya bahwa agama saya dahulu itu benar sehingga dari situ saya berpikir kalau ternyata saya tidak tahu apa-apa tentang agama saya sendiri, cuma modal percaya saja," ujar dia. 

Setelah saat itu Gladys mulai berpikir dan menelaah kembali keyakinan yang selama ini dimilikinya. Terutama mengenai konsep ketuhanan, karena hal itu yang dipertanyakan calon suaminya. 

Baca juga: India Tangkap Tersangka Pemenggal Kepala Warga Hindu Pro Penghinaan Nabi 

Puasa Arafah Ikut Arab Saudi Bersamaan Wukuf Arafah atau Sesuai Ketetapan Indonesia?

http://republika.co.id/berita//ree0uq320/puasa-arafah-ikut-arab-saudi-bersamaan-wukuf-arafah-atau-sesuai-ketetapan-indonesia

Gladys harus membuktikan bahwa agamanya adalah yang benar sehingga pria tersebut dengan sukarela mengikuti agama Gladys. Hal ini kemudian menjadi tantangan tersendiri untuknya. 

Gladys kemudian mulai kembali mendalami ajaran agamanya. Dia membuka kitab sucinya, mencari ayat demi ayat untuk membuktikan kebenaran yang selama ini diyakininya.  

Nyatanya setelah membuka kitab suci, semakin keraguan tentang agamanya muncul. Justru setiap ayat-ayat kitab suci dalam kitab lama terkait ramalan lebih menunjukkan tentang keberadaan Nabi Muhammad SAW.  

Dia membuka kitab sucinya dan membandingkan dengan berbagai cetakan kitab. Ternyata kitab yang satu dengan yang lain banyak perubahan bahkan berbeda dari kitab lama dengan kitab yang baru.  

Gladys juga sering berdiskusi dengan teman-temannya yang beragama Islam. Pertanyaan yang dia ajukan pun seputar ketuhanan dan Nabi Muhammad SAW. Calon suaminya pun lebih sering bertanya mengenai proses pencarian kebenaran agamanya. 

"Teman dekat saya juga selalu bertanya dan mempelajarinya juga, tetapi bagaimanapun saya mencoba mencari jawabannya tetapi tetap tidak ketemu sehingga dari situ saya juga berfikir bahwa yang diajarkan nabi muhammad itu sepertinya benar," ujar dia. 

Keraguan mengenai agamanya semakin besar dan sebaliknya keyakinan tentang agama Islam semakin kuat. Dia tak bisa menemukan dimanapun bukti bahwa konsep ketuhanan yang diyakininya selama ini adalah benar.  

"Justru bahwa saya mulai meyakini bahwa Allah itu Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Bahwa Allah sebagai Tuhan tidak bergantung kepada entitas apapun," ujar dia.  

Selama satu tahun, dia mempelajari kembali agamanya sendiri. Kemudian dengan hidayah Allah SWT, keyakinannya berpindah untuk mulai mempelajari Islam.  

Meski saat itu Gladys belum sempat berdiskusi dengan orang tua. Bagi Gladys pilihan agama merupakan hak pribadinya. 

Bahwa pilihannya kelak akan dipertanggung jawabkan secara pribadi olehnya di akhirat nanti. Meski awalnya dia mengenal Islam karena alasan perkawinan, hal itu bukanlah sebuah masalah.  

Karena sejak masa Rasulullah SAW, syiar Islam tak hanya ceramah dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi juga salah satunya melalui perkawinan.  

Lagi pula, saat ini pilihannya dalam memeluk Islam bukan atas paksaan. Melainkan melalui proses mencari kebenaran dalam keyakinannya. Sembari terharu, Gladys bersyahadat dan berbicara bahwa sepulangnya dia, Gladys akan menjelaskan dengan baik pilihan keyakinannya.  

Gladys pun siap ketika keluarga menentang pilihannya. Mereka tidak berhak melarang atau menentang apapun agama yang dia pilih.

"Saya akan meyakinkan kalau ini adalah keputusan saya sendiri, bukan paksaan dari siapapun meskipun sudah pasti akan ditentang.  Saya akan mengatakan kalau kita semua memiliki hak masing-masing untuk menentukan apa yang diyakini kepada orang tua saya,"ujar dia.

Karena secara hukum dengan usianya saat ini dia berhak untuk menentukan agama sendiri sesuai dengan UUD pasal 28 dan 29. Demikian juga ketika di peradilan ketika usia sudah menginjak 18 tahun maka ketika menentukan pilihan agama sendiri tidaklah melanggar hukum. 

Baca juga: Puasa Arafah Ikut Arab Saudi Bersamaan Wukuf Arafah atau Sesuai Ketetapan Indonesia?

Gladys pun merasa tenang, karena ketika ada permasalahan yang berhubungan dengan keluarga maupun hukum saat mengetahui keislamannya maka MCN Aya Sofya siap mendampingi termasuk pengacara.

Setelah bersyahadat, Gladys pun mendapat bimbingan sebagai mualaf, hadiah seperangkat alat sholat dan Alquran serta buku tentang Islam. Sekembalinya bersyahadat, Gladys kemudian bertemu keluarga.  

 

Namun kekhawatiran yang saat itu dialaminya tidak terjadi. Hingga kini hubungan Gladys dengan keluarga tetap harmonis meski mereka berbeda agama. Mereka tetap menerima Gladys sebagai anak  dan saudara mereka.     

 
Berita Terpopuler