Pemimpin Uni Eropa Kumpul Bahas Ancaman Ekonomi Global

Konflik Ukraina semakin menyebabkan ketidakstabilan ekonomi global.

AP/Geert Vanden Wijngaert
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Para pemimpin Uni Eropa bertemu di Brussels pada Jumat (24/6/2022) untuk membahas turbulensi ekonomi yang terjadi karena perang Rusia dan Ukraina.
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Uni Eropa bertemu di Brussels pada Jumat (24/6/2022) untuk membahas turbulensi ekonomi yang terjadi karena perang Rusia dan Ukraina. Konflik tersebut semakin menyebabkan ketidakstabilan ekonomi global dan meningkatkan ancaman resesi.

Baca Juga

Sebanyak 27 pemimpin UE dengan agenda utama membahas lonjakan inflasi, guncangan pasokan energi, berkurangnya kepercayaan bisnis dan konsumen, serta meningkatnya tekanan anggaran fiskal. Pembahasan juga termasuk potensi biaya pinjaman yang lebih tinggi karena Bank Sentral Eropa (ECB) bersiap untuk menaikkan suku bunga.

Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan untuk pertama kalinya dalam 11 tahun, ECB akan menaikan suku bunga acuan untuk melawan kenaikan harga yang tidak terkendali. ECB berencana menaikkan suku bunga bulan depan dan lagi pada bulan September.

"Kami berada dalam situasi yang sulit, sangat penting bagi kita untuk melakukan diskusi ini," kata Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson, dikutip AP.

Uni Eropa telah menghabiskan dekade sebelumnya berjuang melawan serangkaian krisis. Mulai dari krisis keuangan Yunani, gangguan perdagangan di bawah pengaruh mantan Presiden AS Donald Trump, hingga kepergian Inggris dari blok dan pandemi COVID-19.

Inflasi yang mencapai 8,1 persen juga memicu gelombang protes global untuk gaji dan bantuan yang lebih tinggi. Badan eksekutif UE, Komisi Eropa, pada hari Jumat mengumumkan rencana untuk menerbitkan obligasi senilai 50 miliar euro atau sekitar 52,7 miliar dolar AS untuk membantu negara-negara anggota.

Rencananya obligasi akan diterbitkan antara Juli dan Desember sebagai bagian dari program pemulihan ekonomi andalannya. Dengan tidak adanya tanda-tanda akhir perang di Ukraina, Uni Eropa berkomitmen untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia sebagai hukuman.

 

Energi merupakan tantangan besar bagi UE yang selama bertahun-tahun sangat bergantung pada minyak, gas alam, dan batu bara Rusia. Sebanyak 40 persen pasokan gas dari Rusia telah membantu menggerakkan mobil, pabrik, sistem pemanas, dan pembangkit listrik.

"Sangat mungkin bahwa Rusia akan menggunakan gas dan energi sebagai pemerasan terhadap negara-negara Uni Eropa, Rusia akan menggunakannya sebagai alat, sebagai senjata melawan kita, jadi kita harus saling membantu" kata Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin.

Moskow telah mengurangi pasokan gas ke beberapa negara Uni Eropa. Termasuk ke importir terbesar, Jerman dan Italia, serta memotong pengiriman ke anggota lain, seperti Finlandia.

 

Jerman pada hari Kamis menyampaikan fase kedua dari rencana darurat tiga tahap untuk pasokan gas dengan mengatakan negara itu menghadapi krisis. Kelemahan di ekonomi terbesar di Eropa itu berisiko memiliki efek limpahan yang luas dan membuat perkiraan pertumbuhan ekonomi terbaru UE tidak terlalu cerah pada 2022.

 
Berita Terpopuler