Perjuangan Beyoncé Hadapi Preeklamsia Saat Hamil Anak Kembar

Saat hamil anak kembarnya, Beyoncé berusia 36 tahun.

EPA-EFE/ETIENNE LAURENT
Penyanyi Beyonce mengalami preeklamsia saat mengandung anak kembarnya pada 2017.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyanyi Beyoncé tidak hanya mengejutkan penggemar dengan berbagai karya musik fenomenal. Pemenang penghargaan Grammy 28 kali itu juga pernah mengungkap cerita mengejutkan dalam hidupnya sebagai sosok ibu.

Beyoncé memiliki tiga anak, yakni Blue Ivy serta si kembar Rumi dan Sir. Ikon pop yang segera merilis single baru berjudul "Break My Soul" itu dijuluki ibu pemberani setelah menceritakan perjuangannya menghadapi preeklamsia saat mengandung anak kembarnya.

Perempuan 40 tahun itu mengenang proses persalinan anak kembarnya pada 2017 sebagai cobaan berat. Dia berbagi bagaimana dia dan kedua bayinya berada dalam bahaya karena sebuah kondisi kesehatan mengkhawatirkan.

Kondisi itu mengharuskan persalinan dilakukan dengan metode operasi caesar. Beyoncé mengidap preeklamsia, kondisi di mana ibu memiliki tekanan darah tinggi, bahkan bisa ada darah dalam urine.

Menurut Mayo Clinic, preeklamsia berisiko merusak organ dalam tubuh seperti ginjal, hati, paru-paru, dan jantung, juga dapat menyebabkan strok. Jika tidak diobati, bisa berakibat fatal bagi ibu dan bayinya.

Saat hamil anak kembarnya, Beyoncé berusia 36 tahun. Dia pernah melakukan sesi wawancara dengan majalah Vogue tentang kondisinya, yang terbit pada edisi September 2018. Dia merasa segala hal berbeda setelah operasi besar itu.

"Beberapa organ digeser sementara, dan dalam kasus yang jarang terjadi, diangkat sementara saat melahirkan. Saya tidak yakin semua orang mengerti itu. Saya butuh waktu untuk sembuh, untuk pulih," kata Beyoncé.

Operasi caesar adalah prosedur di mana bayi dilahirkan melalui celah di rahim. Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), dibuat sayatan sepanjang 10 hingga 20 sentimeter di perut bagian bawah.

Rata-rata operasi berlangsung sekitar 40 sampai 50 menit. Selama waktu tersebut, ada tabir yang ditempatkan di tengah tubuh ibu sehingga dia tidak bisa melihat apa yang terjadi. Pemulihan ibu dan bayi biasanya selama tiga sampai empat hari.

"Selama pemulihan, saya memberikan diri saya cinta dan perawatan diri, dan saya menerima tubuh saya menjadi lebih berlekuk. Saya menerima apa yang tubuh saya inginkan," ungkapnya, dikutip dari laman Express, Rabu (22/6).

Tidak diketahui secara pasti bagaimana preeklamsia terjadi, tetapi diduga karena masalah suplai darah antara ibu dan bayi di plasenta. Pengidap diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit ginjal sebelum kehamilan lebih berisiko mengalami kondisi tersebut.

Baca Juga

Beberapa gejala yang bisa dialami ibu hamil, yakni sakit kepala parah, masalah penglihatan, muntah, serta nyeri di bawah tulang rusuk. Beberapa melaporkan pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan tangan.

Menurut sejumlah studi, cara menghindari preeklamsia di antaranya dengan menerapkan gaya hidup sehat, utamanya terkait pola makan. Laporan dalam Journal of American Heart Association, pelaku diet Mediterania cenderung tidak mengalami kondisi tersebut.

Pola makan ala diet Mediterania fokus pada sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, dan minyak zaitun, dengan sedikit porsi daging merah dan menu olahan. Pelaku diet 22 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengidap preeklamsia.

Studi lain pada Maret 2022 yang terbit dalam Archives of Gynecology and Obstetrics menunjukkan suplemen omega-3 juga dapat membantu mencegah preeklamsia. Nutrisi itu pun disinyalir meningkatkan durasi kehamilan, meningkatkan berat badan lahir pada bayi, dan mengurangi risiko berat badan lahir rendah.

 
Berita Terpopuler