Akankah Pakistan Menjadi Negara Muslim Berikutnya Normalisasi Hubungan dengan Israel?

Kunjungan warga Pakistan ke Israel memicu pro kontra soal hubungan dengan Israel

EPA
Bendera Pakistan. Kunjungan warga Pakistan ke Israel memicu pro kontra soal hubungan dengan Israel
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pada awal Juni 2022 lalu, sekelompok 15 orang Pakistan, terutama yang berasal dari Amerika Serikat mengunjungi Israel dalam perjalanan yang diselenggaraka Dewan Pemberdayaan Wanita Muslim dan Multiagama Amerika dan oleh Sharaka, sebuah organisasi non-pemerintah Israel yang didirikan oleh Kesepakatan Abraham untuk membina hubungan ke orang-orang antara Israel dan dunia arab.   

Baca Juga

Kunjungan tersebut tidak menarik perhatian di Israel atau dunia Arab, tetapi perjalanan itu menyebabkan kemarahan yang signifikan di Pakistan. Salah satu peserta, Ahmed Qureshi yang acara bincang-bincangnya ditayangkan di kerja sama televisi Pakistan yang berafiliasi dengan pemerintah dipecat.

Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan Marriyum Aurangzeb melepas Qureshi setelah dihasut oleh Perdana Menteri Pakistan dan berbagai ancaman di media sosial. "Kebijakan Pakistan tentang Palestina sudah jelas," kata Aurangzeb seperti dikutip dari laman News Max, Selasa (21/6/2022). Israel dan Yahudi sangat tidak populer di Pakistan. 

"Kepercayaan umum tetapi tidak berdasar di antara banyak orang Pakistan adalah bahwa orang-orang Yahudi mengendalikan industri keuangan dan media dunia," kata seorang jurnalis Pakistan yang berbasis di London dan salah satu pendiri The Pakistan Daily and Migrant News, Azhar Salam yang mengamati situs berita Israel Haaretz pada 25 Mei.

Ia menambahkan, selama wawancara dengan CNN tahun lalu, mantan Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi menuduh bahwa Israel memiliki kantong dalam dan mereka mengendalikan media. 

Konsekuensi dari normalisasi dan prasangka yang terus menerus ini adalah bahwa banyak Muslim, paling tidak Pakistan menganggap bahwa orang Yahudi pantas mendapatkan kebencian dan penghinaan orang Pakistan. Mungkin lebih mudah untuk membenci karena kebencian memperkuat pendapat orang Pakistan.

Baca juga: Neom Megaproyek Ambisius Arab Saudi, Dirikan Bangunan Terbesar di Dunia

Ironisnya, perjalanan kontroversial oknum orang Pakistan ini bisa menjadi faktor yang berkontribusi terhadap normalisasi dengan Israel.

"Kabar baiknya, kita hari ini memiliki debat nasional pertama, kuat, dan kaya di Pakistan tentang membangun hubungan diplomatik dengan Israel. Ini sangat besar," ujarnya. 

Sementara itu, rekan jurnalis Pakistan, Kunwar Khuldune Shahid setuju. "Kunjungan sekelompok orang Pakistan-Amerika dan Pakistan bulan lalu ke Israel telah mengarusutamakan perdebatan seputar formalisasi hubungan antara kedua negara," tulis Kunwar Khuldune Shahid pekan lalu di Haaretz.

"Dari kolom surat kabar, blog, video youtube hingga utas di Twitter dalam bahasa lokal urdu, semuanya didedikasikan untuk berdiskusi. Sementara narasi yang paling terlihat masih mengkhianati hiperbola Islam dan histeria antisemit, bahkan forum internet hipernasionalis di Pakistan telah menemukan ruang untuk argumen yang mendukung pengakuan Israel.

Dia menambahkan, banyak jurnalis arus utama telah datang untuk membela Qureshi, sesuatu yang tidak bisa dibayangkan satu dekade yang lalu.

Bagaimanapun pertanyaannya adalah apakah kunjungan itu cukup untuk mengubah status quo.

Khuldune Shahid percaya bahwa itu tidak akan menjadi perjalanan jurnalis saja, tetapi realitas geopolitik yang pada akhirnya akan memaksa Pakistan ke jalan normalisasi.

"Realitas geopolitik baru lah yang telah mengubah apa yang sampai saat ini tidak terpikirkan menjadi semakin tidak terhindarkan," tulis Khuldune.

Dia tidak sendirian, seorang jurnalis Pakistan yang berbasis di London Hamza Azhar Salam menulis di Haaretz bahwa kebijakan luar negeri Pakistan sedang berubah. Ia menulis, Panglima Angkatan Darar Jenderal Qamar Javed Bajwa telah menyatakan perubahan dalam kebijakan luar negeri Pakistan dari geopolitik ke geoekonomi.

"Sekarang jauh dari apa yang dulu fantastis dalam wacana publik Pakistan untuk menunjukkan bahwa negara Yahudi dan negara Muslim memiliki alasan kuat untuk membangun hubungan diplomatik satu sama lain. Hubungan dengan Israel sekarang dapat dilihat cocok untuk visi geoekonomi Pakistan. Kita harus melihat diri kita sendiri sebagai negara yang berusaha membangun perdagangan dan ekonomi yang kuat dengan negara lain untuk kesejahteraan warga negara kita sendiri, tidak peduli seberapa kompleks atau tidak selarasnya mitra tersebut."

 

 

Sumber: newsmax  

 
Berita Terpopuler