Makna Surat Al-Ma'un: Jangan Anggap Remeh Kebaikan Kecil

Membawa kebahagiaan bagi masyarakat adalah tugas individu sekaligus tugas kolektif.

Edi Yusuf/Republika
Warga melakukan shalat ghaib untuk putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril usai shalat Jumat di Masjid Raya Bandung, Alun-alun Kota Bandung, Jumat (3/6). Makna Surat Al-Ma'un: Jangan Anggap Remeh Kebaikan Kecil
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Al Ma'un merupakan surat yang diturunkan di Makkah. Surat Al Al Ma'un berjumlah tujuh ayat.

Baca Juga

Kandungan surat ini secara garis besar menggambarkan tentang kemunafikan, ketidaktulusan, dan kepura-puraan. Mereka ini adalah orang-orang yang mendustakan agama, lalai dalam sholat dan bersifat riya. Artinya, meskipun mereka beribadah, sholat yang ia lakukan hanya untuk mendapatkan pujian bukan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah.

Dalam surat Al Ma'un ditemukan kata "Ad-Din" yang berarti agama, iman, akhirat, atau pahala akhir. Ini mungkin berarti jika seseorang mencela salah satu dari ini, ia akan dianggap mengingkari agama secara keseluruhan.

Kemudian kata "Sahun" ini merujuk pada orang munafik yang sholat di depan umum, tetapi tidak sholat ketika sendiri, orang-orang yang mengerjakan sholat dalam keadaan lalai, orang-orang yang biasanya menunda sholat sampai akhir waktu yang ditentukan, atau orang-orang yang melaksanakan shalat di luar waktu yang telah ditentukan.

Al-Ma'un sendiri berarti perkakas yang biasanya saling dipinjamkan. Dilansir dari About Islam, Rabu (22/6/2022), surat Al-Ma'un dibuka dengan pertanyaan “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?” Jawaban yang paling mungkin adalah orang yang mengingkari iman dan menolak menjadi penyembah Allah, atau menolak percaya pada akhirat.

Tetapi yang mengejutkan bukan itu jawabannya. Dalam ayat kedua disebutkan, "Maka dialah orang yang menghardik anak yatim."

Ini menggambarkan sifat seseorang yang menghina anak yatim. Alquran menganggap seseorang seperti itu telah mendustakan agama. Selain menghina anak yatim, Alquran juga mencatat karakteristik lain yang termasuk mengingkari agama, yakni tidak memberi makan orang miskin lagi membutuhkan.

"Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin."

Sebagai seorang muslim tidak cukup memberi makan yang membutuhkan dan bermurah hati kepada mereka. Dia juga harus mendorong orang lain berbuat baik dan bermurah hati kepada yang kurang beruntung.

Seseorang harus berbuat baik dan menasehati orang lain untuk berbuat baik juga. Membawa kebahagiaan bagi masyarakat adalah tugas individu sekaligus tugas kolektif. Orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, tidak akan pernah tidak aktif dalam hal apa pun.

Surah Al-Ma'un juga memperkenalkan kita pada contoh lain dari realitas itu. Adalah orang-orang yang melaksanakan sholat tetapi pada saat yang sama mereka lalai dalam sholatnya.

Mereka menggunakan sholat mereka sebagai cara untuk pamer. Mereka mencoba mengenakan jubah kesalehan untuk menipu orang lain sementara hati mereka terganggu atau lalai.

Perbuatan Kecil Itu Penting

Lebih jauh lagi, mereka yang mengingkari agama, juga gagal dalam praktiknya untuk membantu dan berguna bagi sesama anggota masyarakat. Mereka menolak memberikan bantuan sekecil apapun kepada orang lain, seperti yang dijelaskan dalam Surat al-Ma'un.

Jika Anda adalah orang yang benar-benar beriman kepada Allah, dan sholat Anda memiliki dampak nyata di hati Anda, maka hal ini seharusnya tercermin dalam tindakan. Anda harus menggunakan apa yang telah Allah anugerahkan kepada Anda untuk memberi manfaat bagi orang lain dan membuat hidup mereka lebih mudah.

Anda diberi alat dan benda sebagai ujian apakah Anda mau membantu orang lain, yang merupakan kewajiban Anda.

 
Berita Terpopuler