Mengenal Pneumonia, Penyakit yang Jadi Penyebab Kematian Sean Connery

Sean Connery meninggal dunia pada 2020 akibat pneumonia.

EPA
Aktor asal Inggris, Sean Connery, memerankan film James Bond pada 1962. Connery meninggal dunia pada 2020 akibat pneumonia, usia tua, dan fibrilasi atrium.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor James Bond Sean Connery meninggal dunia pada 2020. Connery yang meninggal pada usia 90 mencapai ketenaran internasional untuk perannya sebagai James Bond pada 1960-an, '70-an, dan '80-an.

Menurut istrinya, Micheline Roquebrune, Connery meninggal saat tidur di rumahnya di Bahama pada Oktober 2020. Awalnya, penyebab kematian Connery tidak diumumkan, tetapi surat kematian yang diperoleh oleh TMZ mengungkapkan beberapa rincian.

Baca Juga

Surat kematian itu menunjukkan Connery meninggal karena gagal napas yang disebabkan oleh pneumonia. Usia tua dan fibrilasi atrium (detak jantung tidak teratur, yang telah ditemukan meningkatkan risiko masalah paru-paru) juga tertera sebagai penyebab kematian bintang Dr. No, From Russia With Love, Diamonds Are Forever, dan Goldfinger itu.

Pada November 2020, Roquebrune berbagi bagaimana Connery juga menderita demensia. "Itu bukan kehidupan baginya. Dia menderita demensia dan hal itu berdampak pada dirinya. Dia mendapatkan keinginan terakhirnya untuk meninggal tanpa ribut-ribut," kata Roquebrune, dilansir laman Express.co.uk, Senin (20/6/2022).

Apa yang terjadi ketika orang mangalami pneumonia? Pneumonia adalah ketika kantong udara di paru-paru, yang dikenal sebagai alveoli, menjadi meradang karena infeksi.

Infeksi ini bisa berasal dari virus, jamur, atau bakteri. Kantung menjadi penuh dengan cairan atau nanah. Ketika ini terjadi, ada gejala seperti batuk, berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.

Kegagalan pernapasan, termasuk pneumonia, adalah pembunuh umum di Inggris. Antara 2020 hingga 2021, menurut Kantor Statistik Nasional Inggris, kematian akibat pneumonia mencapai 19.642 jiwa.

Bahkan, sebelum pandemi Covid-19 yang diketahui menyebabkan kasus pneumonia, jumlahnya masih tergolong tinggi. Pada 2018 terdapat 29.516 kematian akibat flu dan pneumonia. Menurut Mayo Clinic, kondisi ini cenderung lebih serius di antara bayi, anak kecil, dan orang yang berusia di atas 65 tahun.

Salah satu alasannya adalah seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh secara alami melemah sehingga membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi. Orang dewasa yang lebih tua juga cenderung berisiko mengalami kondisi kesehatan kronis, seperti penyakit jantung yang dengan sendirinya meningkatkan risiko pneumonia.

Untuk kasus Connery, surat keterangan itu menyebut bahwa fibrilasi atrium juga berkontribusi pada kematiannya. Studi telah menemukan bahwa aktivitas jantung yang tidak teratur karena fibrilasi atrium dapat menurunkan fungsi jantung dan meningkatkan penumpukan cairan di paru-paru.

Menurut National Health Service (NHS) di Inggris, gejala-gejala pneumonia meliputi:

- Nyeri dada saat bernapas atau batuk

- Kebingungan atau perubahan kesadaran mental

- Batuk, mungkin berdahak

- Kelelahan

- Demam dan kedinginan

- Suhu tubuh lebih rendah

- Mual, muntah, atau diare

- Sesak napas

Kondisi ini bisa menjadi darurat medis, sehingga membutuhkan perhatian medis segera. Kenali gejala daruratnya:

- Seperti merasa sedang berjuang dengan gejala serangan jantung

- Kesulitan untuk bernapas

- Batuk berdarah

- Bibir biru yang berkembang atau wajah biru.

- Merasa kedinginan atau berkeringat

- Mengalami ruam yang tidak memudar

- Pingsan

- Bingung atau sangat mengantuk

- Berhenti buang air kecil atau buang air kecil jauh lebih sedikit dari biasanya.

 
Berita Terpopuler