Risiko Long Covid Akibat Omicron Lebih Rendah Dibandingkan Delta

Varian delta membawa risiko long Covid yang lebih tinggi dibandingkan varian omicron.

www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi). Andaikan risiko long Covid akibat omicron sama seperti delta, akan ada ledakan kasus long Covid di antara para penyintas.
Rep: Gumanti Awaliyah, Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA 00 Sebuah studi dari King's College London mengungkap bahwa varian omicron lebih kecil kemungkinannya menyebabkan long Covid dibandingkan delta atau varian lain yang sebelumnya dominan di Inggris. Kesimpulan itu didapat setelah menganalisis lebih dari 100 ribu pasien yang mencatat gejala Covid-19 mereka di aplikasi Covid ZOE yang dikembangkan oleh universitas.

Lebih dari 56 ribu partisipan terinfeksi oleh varian omicron pada periode Desember 2021 hingga Maret 2022. Selain itu, ada lebih dari 41 ribu partisipan yang terinfeksi varian delta pada periode Juni 2021 hingga November 2021.

Dari data yang terhimpun di aplikasi ZOE, tim peneliti menemukan bahwa varian delta membawa risiko long Covid yang lebih tinggi dibandingkan varian omicron. Sebagai perbandingan, risiko long Covid dari varian omicron adalah 4,5 persen, sedangkan dari varian delta adalah 10,8 persen.

Baca Juga

Dalam laporan yang diterbitkan di The Lancet, penulis studi mengatakan bahwa secara keseluruhan risiko terjadinya long Covid akibat varian omicron sangat rendah dibanding delta. Temuan ini dinilai sebagai kabar baik karena menunjukkan adanya penurunan risiko long Covid.

Seperti diketahui, omicron memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dibandingkan Ddlta. Andaikan risiko long Covid akibat omicron sama seperti delta, akan ada "ledakan" kasus long Covid di antara para penyintas.

Di sisi lain, lebih rendahnya risiko long Covid pada omicron bukan berarti tidak mengkhawatirkan. Mengingat luasnya penyebaran, ada lebih banyak orang yang terdampak oleh omicron dibandingkan delta.

"Jadi jumlah absolut keseluruhan dari orang-orang yang akan terkena long Covid, sayangnya, tetap akan meningkat," jelas salah satu peneliti dan ahli epidemiologi dari King's College London, Claire Steves, seperti dilansir WebMD, Ahad (19/6/2022).

Belum diketahui mengapa risiko long Covid pada omicron lebih rendah dibandingkan delta. Akan tetapi, Steves dan koleganya meyakini bahwa penurunan risiko ini dipengaruhi oleh kecenderungan omicron yang lebih sering menyebabkan gejala ringan.

Steves dan koleganya juga menilai temuan ini perlu menjadi pertimbangan bagi para pemimpin untuk mengambil keputusan terkait protokol kesehatan Covid-19 di tempat publik. Hal serupa juga diungkapkan oleh David Putrino PhD yang kerap menangani kasus long Covid di Mount Sinai.

Menurut Putrino, kebijakan seperti menghapus kewajiban menggunakan masker di pesawat atau tak perlu adanya syarat vaksinasi untuk memasuki ruang publik tertutup masih berisiko. Kebijakan seperti itu tak hanya dapat meningkatkan risiko masyarakat untuk terinfeksi Covid-19, tetapi juga berisiko untuk mengalami long Covid.

"Itu (keputusan) tidak bijaksana dan kana menciptakan disabilitas jangka panjang yang sebenarnya tak perlu ada," jelas Putrino.

Para peneliti meyakini ini adalah studi peer-review pertama yang melaporkan risiko long Covid yang terkait dengan infeksi oleh varian omicron. Penelitian ini sekaligus menyoroti bahwa pengawasan kesehatan menggunakan aplikasi ponsel dapat membuahkan laporan akurat, cepat, dan konsisten.

Beda gejala infeksi varian omicron dan delta. - (Republika)

Meski begitu, para peneliti mengakui bahwa studi mereka masih memiliki kekurangan, seperti minimnya data untuk memperkirakan long Covid pada individu yang tidak divaksinasi dan tidak memperkirakan efeknya pada anak-anak. Namun demikian, data tersebut memberikan wawasan tentang peluang retrospektif dari long Covid dan memberi ketenangan kepada mereka yang terinfeksi varian omicron.

Dilansir laman Express, Sabtu (18/6/2022), gejala long Covid yang harus diwaspadai ialah kelelahan ekstrem, sesak napas, nyeri dada, kabut otak, insomnia, palpitasi jantung, pusing, nyeri sendi, depresi, kecemasan, diare, sakit perut, kehilangan selera makan, dan ruam. Untuk gejala yang terakhir, yaitu ruam, penting untuk diperhatikan bentuk dan warna ruamnya.

Sebab, itu juga menjadi gejala dari penyakit cacar monyet yang juga mengancam. Menurut data terakhir, setidaknya ada 574 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi di Inggris. Meskipun siapa pun dapat terkena cacar monyet, mereka yang paling berisiko termasuk pria muda yang aktif secara seksual.

"Kami imbau untuk mewaspadai gejala cacar monyet, terutama jika Anda baru memiliki pasangan seksual atau banyak. Jika Anda mengalami ruam dengan lepuh, atau gejala cacar monyet lainnya, jangan pergi ke acara apapun, bertemu teman, atau melakukan kontak seksual, dan segera konsultasikan ke dokter," kata Direktur Insiden untuk UKHSA (Badan Keamanan Kesehatan Inggris) Dokter William Welfare.

 
Berita Terpopuler