Jokowi: Pemerintah Kesulitan Cari Peserta Booster

Vaksinasi dosis ketiga penting di tengah kenaikan kasus BA.4 dan BA.5.

Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin booster Covid-19 kepada warga di Polsek Jagakarsa, Jakarta, Jumat (17/6/2022). Menurut data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19, jumlah penerima vaksin dosis penguat atau bosster di Indonesia mencapai 48,2 juta jiwa atau 23,17 persen dari total masyarakat yang menjadi target penerima vaksin booster di Indonesia berjumlah sekitar 208 juta jiwa. Sejumlah pakar kesehatan mengatakan bahwa vaksin Covid-19 yang beredar di masyarakat saat ini masih efektif untuk menekan laju penyebaran varian baru BA4 dan BA5. Republika/Thoudy Badai
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Fauziah Mursid, Rr Laeny Sulistyawati,

Kenaikan kasus Covid-19 nasional akibat penularan varian BA.4 dan BA.5 sedang terjadi. Salah satu upaya untuk mencegah keparahan dari subvarian Omicron baru itu adalah dengan vaksinasi tiga dosis.

Namun, Indonesia masih kesulitan memenuhi target booster vaksin Covid-19. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui pemerintah kesulitan mencari peserta vaksinasi booster.

“Sekarang ini, kita ingin melakukan booster, mencari pesertanya saja kesulitan,” kata Jokowi di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/6/2022).

Jokowi mengatakan, upaya percepatan vaksinasi booster ini sebagai antisipasi penularan kasus yang semakin meluas. Menurut dia, pemerintah saat ini juga masih memiliki pasokan vaksin Covid-19 yang sangat mencukupi.

“Vaksinnya ada, masih ada puluhan juta. Itu segera, minta semuanya,” kata dia.

Meskipun terjadi kenaikan kasus, Jokowi menyebut kondisi positivity rate Covid-19 nasional masih di bawah standar WHO. Namun, kewaspadaan terhadap potensi penularan tetap harus ditingkatkan.

“Sejak awal meskipun belum naik, dulu kan saya sudah ngomong, nggak sekali dua kali tiga kali. Waspada, waspada, waspada, baik yang Omicron maupun yang BA.4 BA.5,” ungkapnya.  

Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro juga mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya booster atau suntikan ketiga vaksin Covid-19. “Dengan tingginya imunitas atau kekebalan dalam tubuh kita dan masyarakat, maka diharapkan tidak terjadi lonjakan kasus yang tinggi kembali dan angka kesakitan serta kefatalan dapat menurun,” ujar Reisa.

Ia mengatakan, kekebalan dari vaksin tidak selamanya tinggi. Seiring waktu kadar kekebalan dari vaksin akan menurun. "Karena setelah beberapa bulan kadar atau jumlah antibodi akan menurun," ujar Reisa dalam konferensi pers secara virtual, Jumat.

Karena itu, meskipun sudah divaksinasi sebelumnya, masyarakat perlu mendapat tambahan atau booster vaksinasi. Hal ini untuk memberikan proteksi yang lebih optimal.

Reisa pun mengingatkan masyarakat yang sudah divaksin lengkap untuk melakukan vaksinasi dosis ketiga atau booster. "Ingat kita tidak bisa hanya sehat sendirian, sehat itu untuk semua, mari tingkatkan kembali daya tahan tubuh kita yakni antibodi yang kita dapatkan melalui booster vaksin Covid-19," ujar Reisa.

Namun, Reisa mengingatkan vaksin dosis ketiga ini harus didahului dengan vaksin dosis lengkap terlebih dahulu. "Tentunya harus dilengkapi terlebih dahulu ya vaksin sebanyak dua dosis, baru kemudian melakukan booster paling cepat tiga bulan setelahnya," kata dia.

Reisa memaparkan, saat ini capaian vaksinasi dosis lengkap di Indonesia sudah mencapai 80,8 persen dari total sasaran vaksinasi nasional 208 juta orang dan 71,62 persen dosis lengkap dari target sasaran ditambah usia 6 tahun ke atas.

Namun, untuk vaksinasi dosis ketiga atau booster baru mencapai 48 juta orang. "Maka, untuk menghadapi kenaikan kasus yang belakangan ini terjadi ya dan ke depannya, booster yang baru mencapai sekitar 48 juta orang hingga saat ini perlu segera ditingkatkan," ujar dia.





Baca Juga

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menjelaskan, vaksinasi adalah upaya untuk menumbuhkan suatu kekebalan tubuh. Di vaksin dimasukkan suatu antigen kemudian muncul antibodi.

Ia menambahkan, vaksinasi dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk menimbulkan titer antibodi yang diinginkan untuk merespons memori untuk mengenali antigen dalam virus Covid-19. "Masa kerja vaksin seiring dengan waktu, semakin lama akan semakin menurun karena daya memori mengingat antigen itu berkurang. Makanya dibutuhkan booster setelah 3 bulan sampai 6 bulan untuk menambah antibodi yang ada dalam jumlah dan daya memori," ujarnya, Kamis (16/6/202).

Jadi, dia menambahkan, memori yang sudah menurun kemudian ketika ada varian baru maka tentu bisa berbahaya. Oleh karena itu perlu diberi tambahan kekuatan untuk menumbuhkan imunitas. Kemudian, dia melanjutkan, kalaupun orang yang sudah mendapatkan booster jika terpapar Covid-19 maka tidak terlalu berat gejalanya.

Ia mengungkap data vaksinasi menyebutkan sejauh ini dari total sasaran 270 juta, kelompok di atas 18 tahun yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 memang sudah tinggi yaitu sekitar 96,4 persen. Ia memperinci cakupan vaksinasi dosis kedua kelompok orang dewasa sekitar 80 persen dan booster 23 persen. Kendati demikian, dia melanjutkan, apabila target sasaran ini digabungkan dengan anak-anak di bawah 12 tahun, ternyata cakupannya baru mencapai 63 persen. Padahal standarnya adalah 70 persen untuk memunculkan kekebalan komunal (herd immunity).

"Untuk itu, mari melakukan vaksinasi Covid-19 ini, baik yang primer maupun booster. Karena upaya ini bagian dari kewaspadaan karena pandemi belum selesai, ada kewaspadaan baru untuk pencegahan maupun pengendalian," ujarnya.

Kendati demikian, dia melanjutkan, vaksin booster saat ini masih diprioritaskan untuk orang dewasa di atas 18 tahun. Tak hanya Indonesia, ia menyebutkan baru tiga negara di dunia yang memulai booster untuk anak-anak.

Terkait Indonesia belum memberikan booster untuk anak-anak, ia menjelaskan pemerintah fokus pada vaksinasi primer dosis pertama dan kedua dan booster untuk lansia, yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), orang dewasa, dan tenaga kesehatan (nakes). Apalagi, dia menambahkan, antibodi yang dibentuk pada vaksinasi satu dan dua pada anak-anak masih cukup tinggi dan reaksi dan memori pada anak-anak lebih tinggi daripada orang dewasa.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman juga menegaskan pentingnya pemerintah mempercepat pencapaian target vaksinasi Covid-19 dosis ketiga. "Dalam konteks mitigasi BA.4 BA.5, kita harus percepat atau akselerasi dosis ketiga," ujar Dicky Budiman, Kamis.

Bahkan, kata dia, kelompok-kelompok rawan seperti lanjut usia dan yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta juga perlu diberikan dosis keempat setelah tiga atau empat bulan menerima vaksinasi dosis ketiga. "Beberapa kasus yang cukup rawan berpotensi diberi dosis keempat terutama lansia dengan komorbid dan sebagainya, atau mungkin tenaga kesehatan. Ini belajar juga dari pengalaman negara-negara lain," tuturnya.

Secara umum, menurut dia, masyarakat Indonesia memiliki modal imunitas yang cukup memadai dengan dua dosis vaksin. "Meski punya proteksi namun tetap bisa terinfeksi," ucapnya.

Ketentuan vaksinasi booster yang terbaru - (Republika)




 
Berita Terpopuler