WHO: Asal Usul Covid-19 tak Dapat Disimpulkan karena Data Awal dari China Hilang

Perselisihan politik mengganggu penyusunan bersama penyebab awal pandemi Covid-19.

AP/Denis Balibouse/Reuters Pool
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara saat pembukaan Akademi Organisasi Kesehatan Dunia di Lyon, Prancis tengah, Senin, 27 September 2021.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (9/6/2022), mengatakan, penyelidikan terbarunya tentang asal-usul Covid-19 tidak dapat disimpulkan. Hal itu disebabkan data dari China hilang. Ini menjadi pukulan bagi upaya WHO menentukan bagaimana pandemi bermula.

Baca Juga

Laporan dari panel ahli WHO mengatakan, semua data yang tersedia menunjukkan virus korona baru yang menyebabkan Covid-19 mungkin berasal dari kelelawar. Data yang hilang dari China terkait kasus pertama yang dilaporkan pada Desember 2019. Dengan demikian, WHO tidak mungkin mengidentifikasi secara pasti bagaimana virus pertama kali ditularkan ke manusia.

Hilangnya data ini akan menambah keraguan tentang kemungkinan menentukan bagaimana dan di mana virus itu muncul. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengirim surat kepada Pemerintah China sebanyak dua kali pada Februari tahun ini untuk mencari informasi lebih lanjut. 

Asal mula pandemi, yang telah menewaskan sedikitnya 15 juta orang, telah dipolitisasi. Para ilmuwan mengatakan, penting untuk menetapkan asal usul pandemi dan penyebaran virus korona sehingga dapat mencegah wabah serupa di masa depan.

Tim di panel yang dikenal sebagai Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Asal Usul Patogen Novel (SAGO) mengatakan, penyelidikan mengenai asal usul virus korona tidak mungkin dilakukan karena kurangnya data. Mereka juga mengakui ada tantangan dalam menyelidiki asal usul virus korona. Salah satunya rentang waktu yang cukup lama setelah wabah awal muncul, sehingga identifikasi semakin sulit. Meskipun demikian, SAGO akan terus melanjutkan penyelidikan.

"Semakin lama, semakin sulit jadinya, kami berutang pada diri kami sendiri, kami berutang kepada jutaan orang yang meninggal dan miliaran orang yang terinfeksi," ujar pejabat senior WHO Maria Van Kerkhove.

Kerkhove menambahkan, WHO akan mendukung semua upaya berkelanjutan untuk lebih memahami bagaimana pandemi dimulai. Laporan SAGO mengatakan, tidak ada informasi baru yang diberikan tentang kemungkinan SARS-CoV-2 diperkenalkan ke manusia melalui insiden kebocoran di laboratorium. Namun SAGO mempertimbangkan semua data ilmiah yang masuk akal.

Perselisihan politik telah mengganggu penyusunan laporan bersama WHO-China yang diterbitkan pada Maret 2021. Termasuk catatan kaki yang menguraikan bagaimana anggota panel dari Brasil, China dan Rusia tidak setuju dengan studi lebih lanjut terkait hipotesis kebocoran virus di laboratorium 

WHO mengatakan, membuat kerangka kesimpulan tentang asal-usul wabah di masa depan merupakan tujuan utama SAGO. "Monkeypox atau cacar monyet adalah ilustrasi betapa kita membutuhkan kerangka kerja global ini untuk mengetahui bagaimana patogen di masa depan muncul," ujar SAGO Co-chair, Jean-Claude Manuguerra.

Laporan SAGO juga mencakup daftar panjang rekomendasi untuk studi lebih lanjut yang dapat menjelaskan tentang asal-usul Covid-19. Di antaranya mencari informasi tentang kasus paling awal di Wuhan, China, serta studi lebih lanjut seputar pasar hewan di Wuhan yang sejak dini diidentifikasi sebagai lokasi potensial loncatan virus ke manusia.

Laporan 2021 menyebut kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin" dan menyarankan teori yang paling masuk akal adalah penularan virus dari hewan.  Laporan intelijen AS mengatakan, kedua teori itu tetap masuk akal, meskipun terlalu condong ke asal-usul alam. 

 
Berita Terpopuler