Sederet Alasan Gerindra Pecat M Taufik yang Pernah Doakan Anies Jadi Presiden

Tak hanya dicopot dari jabatan Wakil Ketua DPRD DKI, M Taufik juga dipecat Gerindra.

Republika/Putra M. Akbar
Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Mohamad Taufik yang telah resmi dipecat oleh DPP Partai Gerindra. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Zainur Mashir Ramadhan, Nawir Arsyad Akbar, Febrianto Adi Saputro

Baca Juga

Majelis Kehormatan Partai Gerindra baru saja melakukan pemecatan terhadap politisi seniornya, Mohamad Taufik. Pemecatan itu berdasarkan pertimbangan yang lama dari pihak partai, bahkan sejak Pilpres 2019.

“Pengawasan dan penilaian buruk DPP Partai Gerindra terhadap kinerja Sdr. M Taufik, bisa dibilang dimulai dari saat Pilpres 2019 sampai dengan saat ini,” kata Wakil Ketua Majelis Kehormatan Partai Gerindra, Wihadi Wiyanto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (7/6/2022).

Dia menambahkan, M Taufik sebagai unsur pimpinan DPD Gerindra DKI Jakarta dinilai gagal dalam menjalankan amanah Partai terkait kalahnya perolehan suara pasangan Prabowo- Sandi di DKI 2019 silam. Termasuk, saat dirinya, kata Wihadi, kerap disebut dalam perkara tindak korupsi di lingkungan Pemprov DKI.

Tak hanya itu, DKI yang tak memiliki kantor DPD layaknya daerah lain, juga dinilai sebagai kesalahan Taufik, mengingat, DKI sebagai barometer Partai Gerindra. Dia menambahkan, dalam persidangan sebelumnya oleh majelis, Taufik kerap memberikan keterangan berkelit di bawah sumpah.

“Adapun kemudian pada saat ini nyatanya telah terbukti, bahwa segala apa yang disampaikannya pada pemeriksaan terdahulu adalah tidak benar dan merupakan kebohongan,” katanya.

Lebih jauh, Taufik, menurut majelis juga terkait dengan pelanggaran AD/ART yang dilakukannya dengan melanggar sumpah sebagai kader Gerindra. Utamanya, saat setiap kader dinilai Wihadi patuh pada ideologi dan disiplin partai. 

Menurutnya, selama ini Taufik terlalu banyak memberikan pernyataan di media terkait pergantian dirinya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Padahal, klaim itu dinilai Majelis Kehormatan Dewan Pimpinan Pusat Gerindra tidak benar.

“Dan itu juga telah menyudutkan partai Gerindra, bahkan membuat gaduh kehidupan masyarakat dan internal,” jelasnya.

Wihadi juga menyoroti ketidakloyalan Taufik terhadap Gerindra. Ditanya, apakah salah satu ketidakloyalan karena mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan? Wihadi tak menjawab gamblang. Ia hanya kembali menegaskan, mantan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta itu kerap melakukan manuver.

"Saat mau kita ganti sebagai wakil ketua DPRD, itu pun sudah menunjukkan ketidakloyalan, dan manuver juga, dan ini berlarut-larut," ujar Wihadi.

Sebelum adanya keputusan pemecatan, M Taufik berencana mengundurkan diri setelah tidak menjabat sebagai wakil ketua DPRD DKI. Meski begitu, ia tidak secara rinci untuk mengundurkan diri sebagai kader Gerindra atau sekaligus anggota dewan.

"Alasannya tidak apa-apa, kan saya punya keinginan, punya sikap," kata Taufik usai rapat paripurna di gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (2/6/2022).

 

 

 

 

Taufik mengaku, belum melakukan pembicaraan terkait rencana mengunduran itu kepada Ketua DPD Gerindra DKI sekaligus Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria. "Belum, baru pikir-pikir saja," ucapnya.

Kabar pencopotan Taufik dari wakil ketua DPRD DKI diduga terkait dukungannya dan doanya kepada Gubernur Anies Rasyid Baswedan untuk maju sebagai calon presiden (capres) 2024. Hal itu membuat pimpinan Gerindra tidak senang hingga mencopotnya sebagai wakil ketua DPRD DKI. Keputusan partai itu diambil lantaran Gerindra masih mengajukan Prabowo Subianto sebagai capres 2024.

Soal doa untuk Anies, Taufik pernah membantah mendoakan Anies Baswedan menjadi Presiden RI dengan kapasitas dirinya sebagai kader Gerindra. Menurutnya, doa tersebut dilontarkan Taufik dengan kapasitasnya sebagai Ketua Umum Korps Alumni Mahasiswa Islam (Kahmi) Jaya.

“Waktu saya doain itu kan saya sebagai ketua umum kahmi. Bukan sebagai kader Gerindra,” kata Taufik kepada awak media, pada Rabu (6/4/2022).

Taufik menyatakan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto belum mengetahui kalau dirinya akan mengundurkan diri. Taufik juga membenarkan bahwa banyak pihak yang mencegah dirinya untuk keluar dari Partai Gerindra menyusul indikasi dirinya akan segera berpindah partai.

Menurutnya, pencegahan dirinya untuk keluar dari Partai Gerindra adalah hal yang wajar. Bahkan, termasuk dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria yang merupakan Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta.

"Ya begini, saya kira wajar aja kalau demikian. Saya kan bagian dari pendiri Gerindra juga. Wajar aja banyak yang menahan saya, salah satunya beliau (Wagub DKI)," ucapnya, beberapa waktu lalu.

Sejak akhir Maret 2022, isu akan bergabungnya M Taufik ke Partai NasDem sudah kencang berembus. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa bahkan mendukung hal  tersebut.  

"Saya support dia pindah ke NasDem. Saya support, memang tidak berguna juga dia di Gerindra. Kalau berguna pasti dia bertahan kan. Kalau benar dia bertahan kan," ujar Desmond kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (30/3/2022) lalu.

Merespons isu itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai NasDem, Ahmad Ali, mengaku belum mau berkomentar banyak. Namun, Ahmad memahami bahwa M Taufik adalah salah satu politisi yang sangat mumpuni di Jakarta, sehingga isu kepindahannya menjadi seksi untuk didiskusikan banyak orang.

Ali menegaskan, sebagai partai terbuka, Partai NasDem membuka diri jika M Taufik mau bergabung ke Partai NasDem. Tentunya perekrutan kader tetap harus mengedepankan etika berpolitik.

"Semua terbuka tapi tentunya keinginan membuka merekrut itu tidak bisa meninggalkan etika. Jadi etika itu harus menjadi landasan moral bagi partai politik," ungkapnya.

 

 

 

10 Besar Elektabilitas Tokoh Berdasarkan Survei Charta Politika - (Infografis Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler