Jejak Penguasa Muslim Menyulitkan Nasionalis Hindu India

Muslim modern India sering dihina dan disebut “keturunan Aurangzeb".

AP/Alastair Grant/AP POOL
Perdana Menteri India Narendra Modi. Muslim modern India sering dihina dan disebut “keturunan Aurangzeb".
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Narendra Modi bangkit dari kursinya dan berjalan cepat menuju podium untuk menyampaikan pidato malam hari kepada rakyat. Diharapkan pidato tersebut akan mencakup pesan langka kerukunan antaragama di negara yang ketegangan agamanya meningkat.

Baca Juga

Perdana menteri India itu berbicara dari Benteng Merah era Mughal yang bersejarah di New Delhi. Acara tersebut menandai peringatan 400 tahun kelahiran Guru Tegh Bahadur, guru Sikh kesembilan yang dikenang karena memperjuangkan kebebasan beragama untuk semua.

Kesempatan dan tempat, dalam banyak hal, sudah sesuai. Sebagai gantinya, Modi memilih acara pada April ini untuk memutar balik waktu dan mengingatkan orang-orang tentang penguasa Muslim paling dibenci di India yang telah meninggal selama lebih dari 300 tahun.

"Aurangzeb memenggal banyak kepala, tapi dia tidak bisa menggoyahkan keyakinan kami,” kata Modi dalam pidatonya.

Aurangzeb Alamgir tetap terkubur jauh di dalam catatan sejarah kompleks India. Penguasa modern negara itu sekarang membangkitkannya sebagai penindas brutal terhadap umat Hindu dan seruan untuk nasionalis Hindu yang percaya bahwa India harus diselamatkan dari noda yang disebut penjajah Muslim.

Muslim modern India sering dihina dan disebut “keturunan Aurangzeb". Bulan lalu, ketika seorang anggota parlemen Muslim mengunjungi makam Aurangzeb untuk berdoa, seorang pemimpin senior dari Partai Bharatiya Janata (BJP) milik Modi mempertanyakan asal usulnya. “Mengapa Anda mengunjungi makam Aurangzeb yang menghancurkan negara ini,” ujar pejabat tinggi negara bagian Assam timur laut Hemanta Biswa Sarma.

Penghinaan telah menyebabkan lebih banyak kecemasan di antara minoritas Muslim. Beberapa tahun terakhir telah menerima kekerasan dari nasionalis Hindu, didorong oleh seorang perdana menteri yang sebagian besar tetap bungkam pada serangan semacam itu sejak pertama kali terpilih pada 2014.

Partai Modi membantah menggunakan nama kaisar Mughal untuk merendahkan Muslim dan mengklaim hanya menyampaikan kebenaran. "Sejarah India telah dimanipulasi dan diubah untuk menenangkan minoritas. Kami membongkar ekosistem kebohongan itu,” kata juru bicara BJP  Gopal Krishna Agarwal.

Ketika ketegangan antara umat Hindu dan Muslim meningkat, cemoohan terhadap Aurangzeb meningkat. Politisi dari kanan India telah memanggilnya dengan amarah dan datang dengan peringatan bahwa Muslim India harus melepaskan diri dari dia sebagai pembalasan atas dugaan kejahatannya.

"Untuk nasionalis Hindu hari ini, Aurangzeb adalah peluit anjing untuk membenci semua Muslim India," kata sejarawan dan penulis buku 'Aurangzeb: The Man and the Myth', Audrey Truschke.

 

Membenci dan meremehkan penguasa Muslim, khususnya Mughal, adalah ciri khas nasionalis Hindu India. Selama beberapa dekade, kelompok itu telah berusaha untuk menciptakan kembali India yang secara resmi sekuler menjadi negara Hindu.

Mereka berpendapat bahwa penguasa Muslim seperti Aurangzeb menghancurkan budaya Hindu, memaksa pindah agama, menodai kuil, dan mengenakan pajak yang keras pada non-Muslim. Meskipun beberapa sejarawan mengatakan, cerita seperti itu dilebih-lebihkan.

Aurangzeb adalah kaisar Mughal terakhir yang berkuasa yang naik takhta pada pertengahan abad ke-17, setelah memenjarakan ayahnya dan membunuh kakak laki-lakinya. Tidak seperti Mughal lainnya, yang memerintah atas kerajaan besar di Asia Selatan selama lebih dari 300 tahun dan menikmati warisan yang relatif tidak terbantahkan, Aurangzeb adalah salah satu orang yang paling dibenci dalam sejarah India.

Profesor di University of Arizona Richard Eaton mengatakan, Aurangzeb menghancurkan kuil, catatan yang tersedia menunjukkan bahwa jumlahnya sedikit lebih dari selusin dan bukan ribuan, seperti yang telah dipercaya secara luas. Ini dilakukan karena alasan politik, bukan agama.

Eaton menyatakan, kaisar Muslim juga memberikan keselamatan dan keamanan kepada orang-orang dari semua agama. "Singkatnya, dia adalah orang pada zamannya sendiri, bukan zaman kita," kata Eaton menegaskan bahwa kaisar Mughal telah direduksi menjadi "penjahat buku komik".

Tapi bagi para pencela Aurangzeb, dia mewujudkan kejahatan dan tidak lain adalah fanatik agama. Sejarawan sayap kanan Makkhan Lal yang buku-bukunya tentang sejarah India telah dibaca oleh jutaan siswa sekolah menengah mengatakan, bahwa menganggap motif politik saja untuk tindakan Aurangzeb sama dengan pengkhianatan masa lalu India yang gemilang.

Pernyataan tersebut merupakan klaim yang dibuat oleh banyak sejarawan yang mendukung BJP milik Modi atau induk ideologisnya Rashtriya Swayamsevak Sangh yang merupakan gerakan Hindu radikal yang secara luas dituduh memicu kebencian agama dengan pandangan anti-Muslim yang agresif. Mereka mengatakan, sejarah India telah dikikis secara sistematis oleh para distorsionis sayap kiri, terutama untuk memisahkan orang India dari masa lalu peradabannya

 

“Aurangzeb meruntuhkan kuil dan itu hanya menunjukkan kebenciannya terhadap Hindu dan Hindu,” kata Lal. 

 
Berita Terpopuler