Pandemi Reda, Kini Waktunya Asah Keterampilan Sosial Anak

Keterampilan sosial anak turun akibat pandemi Covid-19.

PxHere
Anak bermain (ilustrasi). Selama pandemi, keterampilan sosial anak menurun.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterampilan sosial anak turun akibat pembatasan kegiatan selama pandemi Covid-19, menurut laporan Newport Academy, AS. Psikolog keluarga Anna Surti Ariani mengingatkan, untuk meningkatkan keterampilan sosial, anak-anak harus bertemu dengan teman-temannya.

"Mereka mengalami kesulitan untuk tolong-menolong, berdonasi, untuk berempati kepada orang lain, dan untuk bekerja sama," ujar Anna dalam acara konferensi pers "Lifebuoy Shampoo Menginspirasi Keluarga Indonesia Menjadikan Rambut Sehat Sebagai Kekuatan untuk Berbagi Kebaikan", Kamis (2/6/2022).

Di Indonesia, ada laporan dari Yogyakarta yang memperlihatkan skor-skor untuk keterampilan sosial menurun. Lebih dari 90 persen anak mengalami penurunan kemampuan sosial.

"Keterampilan sosial tidak tiba-tiba muncul, namun harus dikembangkan. Ini pekerjaan rumah (pr) kita semua setelah masa pandemi benar-benar usai," papar perempuan yang akrab disapa Nina ini.

Nina mengatakan keterampilan sosial, seperti tolong-menolong atau berempati, tidak cukup diajarkan secara teoritis. Orang tua tidak bisa hanya bilang ,"Kamu harus menolong temanmu."

Keterampilan sosial harus dipraktikkan. Selama dua tahun pandemi, orang tua mengalami kesulitan menstimulasi anak-anaknya untuk mempraktikkan keterampilan sosial tersebut.

Baca Juga

Dampaknya, dalam jangka pandek, anak-anak cenderung mengalami masalah pergaulan. Anak jadi tidak mau bekerja sama, tidak sensitif pada kebutuhan orang lain, tidak tahu cara merespons temannya, dan tidak tahu cara mengamati teman-temannya.

"Ketika menjadi masalah pergaulan, itu akan terasa berat kalau dialami remaja," ujar Nina.

Jika keterampilan sosialnya tak ditingkatkan, menurut Nina, akan ada dampak jangka panjang yang akan dialami anak. Ia mengatakan, anak akan mengalami beberapa jenis gangguan psikologis yang bervariasi.

"Orang yang tidak memiliki keterampilan bersosialiasi sangat rentan mengalami gangguan psikologis," kata Nina.

Karena itu, saat masa pandemi reda, segeralah mengembangkan, menstimulasi kemampuan sosialiasi anak-anak. Solusinya, menurut Nina, ketika anak kembali masuk sekolah, sebaiknya guru memberikan anak tugas berkelompok.

Dengan kerja kelompok, anak terpaksa bergiliran, membagi tugas, dan anak bisa membaca mana temannya yang mengalami kesulitan dalam pelajaran tersebut. Selain itu, anak juga berbagi bekal sekolah untuk temannya.

Bagikan makanan yang sudah ada dalam kemasan, sehingga masih tetap aman. Jangan lupa tetap dengan protokol kesehatan.

Tak hanya itu, saat bermain di sekolah, guru juga bisa mengingatkan untuk bergiliran bermain, misalnya main perosotan. Bisa juga dengan membagikan kertas tugas atau ulangan, ajarkan anak mengantre di sekolah.

Di rumah, orang tua juga bisa menstimulasi keterampilan sosial anak. Misalnya dengan mengajak anak membuat sesuatu untuk dibagikan kepada temannya atau orang yang membutuhkan di jalan.

Orang tua juga bisa mengajak anak berdonasi. Bentuknya bisa dengan menyisihkan uang saku atau menyisihkan barang-barang yang dimiliki.

"Sebetulnya, ketika kita mengajak anak berdonasi, kita sudah melakukan stimulasi terhadap kemampuan sosial anak," kata Nina.

 
Berita Terpopuler