WHO Temukan 200 Kasus Cacar Monyet di 20 Negara

WHO menduga wabah cacar monyet disebabkan perilaku manusia.

Pixabay
Cacar monyet atau monkeypox. Ilustrasi
Rep: Mabruroh Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hampir 200 kasus cacar monyet telah dilaporkan di 20 negara yang biasanya tidak mengalami wabah itu. Namun WHO menegaskan bahwa epidemi ini dapat dikendalikan dan menginstruksikan agar membuat persediaan obat yang terbatas tersedia di seluruh dunia.

“Pengurutan pertama virus menunjukkan bahwa jenisnya tidak berbeda dari jenis yang dapat kita temukan di negara-negara endemik dan (wabah ini) mungkin lebih disebabkan oleh perubahan perilaku manusia,” kata Direktur Pandemi dan Penyakit epidemi WHO, Dr Sylvie Briand, dilansir dari The New Arab, Sabtu (29/5/2022).

Baca Juga

Awal pekan ini, seorang penasihat utama WHO mengatakan wabah di Eropa, AS, Israel, Australia dan sekitarnya kemungkinan terkait dengan seks di dua rave baru-baru ini di Spanyol dan Belgia. Itu menandai penyimpangan yang signifikan dari pola penyebaran penyakit yang khas di Afrika tengah dan barat, di mana orang-orang terutama terinfeksi oleh hewan seperti hewan pengerat dan primata liar, dan wabah belum menyebar melintasi perbatasan.

Pada Jumat (28/5/2022), pihak berwenang Spanyol mengatakan jumlah kasus di sana telah meningkat menjadi 98. Penularan itu termasuk dialami oleh seorang wanita, yang infeksinya "berhubungan langsung" dengan rantai penularan yang sebelumnya terbatas pada pria, menurut pejabat di wilayah Madrid.

Dokter di Inggris, Spanyol, Portugal, Kanada, AS, dan di tempat lain telah mencatat bahwa mayoritas infeksi hingga saat ini terjadi pada pria gay dan biseksual atau pria yang berhubungan seks dengan pria. Penyakit ini tidak lagi mempengaruhi orang karena orientasi seksual mereka dan para ilmuwan memperingatkan virus itu dapat menginfeksi orang lain jika penularannya tidak dihentikan.

Briand mengatakan bahwa berdasarkan bagaimana wabah penyakit di masa lalu di Afrika telah berkembang, situasi saat ini dapat dikendalikan. Namun, sambungnya, WHO memperkirakan akan melihat lebih banyak kasus serupa dilaporkan di masa depan.

"Kita tidak tahu apakah kita hanya melihat puncak gunung es (atau) jika ada lebih banyak kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat," katanya.

Ketika negara-negara termasuk Inggris, Jerman, Kanada dan AS mulai mengevaluasi bagaimana vaksin cacar dapat digunakan untuk mengekang wabah, WHO mengatakan kelompok ahlinya sedang menilai bukti dan akan segera memberikan panduan.

Kepala Departemen Cacar WHO, Dr Rosamund Lewis, mengatakan bahwa vaksinasi massal tidak diperlukan. Karena cacar monyet tidak menyebar dengan mudah dan biasanya memerlukan kontak kulit-ke-kulit untuk penularan.

"Tidak ada vaksin yang dikembangkan secara khusus untuk melawan monkeypox, tetapi WHO memperkirakan bahwa vaksin smallpox efektif sekitar 85 persen, " kata dia.

Lewis mengatakan negara-negara dengan persediaan vaksin dapat mempertimbangkannya untuk mereka yang berisiko tinggi terkena penyakit, seperti kontak dekat dengan pasien atau petugas kesehatan, tetapi cacar monyet itu sebagian besar dapat dikendalikan dengan mengisolasi kontak dan melanjutkan penyelidikan epidemiologis.

Mengingat pasokan global vaksin cacar yang terbatas, kepala kedaruratan WHO Dr Mike Ryan mengatakan badan tersebut akan bekerja dengan negara-negara anggotanya untuk berpotensi mengembangkan persediaan yang dikendalikan secara terpusat, serupa dengan yang telah dibantu untuk didistribusikan selama wabah demam kuning, meningitis dan kolera di negara-negara yang tidak mampu membelinya.

"Kita berbicara tentang menyediakan vaksin untuk kampanye vaksinasi yang ditargetkan, untuk terapi yang ditargetkan. Jadi, volumenya tidak perlu besar, tetapi setiap negara harus memiliki akses ke vaksin," kata dia.

Gejala yang dialami para pasien cacar monyet kebanyakan hanya mengalami demam, nyeri tubuh, kedinginan, dan kelelahan. Sedangkan mereka yang mengalami penyakit yang lebih serius dapat disertai dengan ruam dan luka pada wajah dan tangan yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.

 
Berita Terpopuler