UNICEF Peringatkan 'Bencana' Malanutrisi Anak Akibat Perang-Harga Pangan Naik

UNICEF mengungkapkan risiko kesehatan anak akibat efek perang dan pandemi.

AP/Andreea Alexandru
Seorang anak pengungsi yang melarikan diri dari perang dari negara tetangga Ukraina dengan keluarganya meringis saat dia duduk di dalam bus setelah melintasi perbatasan dengan feri di penyeberangan perbatasan Isaccea-Orlivka, di Rumania, Jumat, 25 Maret 2022. Menurut UNICEF, tanpa pendanaan lebih lanjut dalam enam bulan ke depan, lebih dari 600 ribu anak-anak mungkin kehilangan asupan gizi penting.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Biaya pengobatan untuk menyelamatkan jiwa anak-anak yang mengalami kekurangan gizi paling parah akan melonjak hingga 16 persen. Itu terjadi akibat invasi Rusia ke Ukraina dan gangguan pandemi, menurut Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF).

Baca Juga

Bahan mentah untuk makanan terapeutik siap saji telah melonjak harganya di tengah krisis pangan global yang dipicu oleh perang dan pandemi. Menurut UNICEF, tanpa pendanaan lebih lanjut dalam enam bulan ke depan, lebih dari 600 ribu anak mungkin kehilangan asupan gizi penting.

Sumber makanan tersebut berupa pasta berenergi tinggi yang terbuat dari berbagai bahan, termasuk kacang tanah, minyak, gula, dan nutrisi tambahan. Namun, UNICEF tidak memerinci berapa banyak peningkatan pengeluaran yang diperlukan untuk mempertahankan program pemberian asupan untuk anak-anak malanutrisi.

Badan PBB itu mengatakan bahwa sekotak nutrisi khusus yang berisi 150 paket rata-rata berharga sekitar 41 dolar AS (sekitar Rp 600 ribu). Paket itu cukup untuk merawat anak yang kekurangan gizi parah selama enam hingga delapan pekan.

Selain tekanan yang lebih luas pada ketahanan pangan, perubahan iklim dan kenaikan harga juga dapat menyebabkan tingkat kekurangan gizi parah pada anak-anak. Itu mengarah kepada "bencana", menurut UNICEF.

"Dunia dengan cepat menjadi sebuah kotak virtual dengan peningkatan pesat pada kematian anak serta penderitaan yang dialami anak akibat wasting, yang sebenarnya dapat dicegah," kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.

Kasus parah wasting, yaitu ketika anak-anak terlalu kurus untuk tinggi badan mereka, berdampak pada 13,6 juta anak di bawah usia 5 tahun. Wasting mengakibatkan satu dari lima kematian di antara kelompok usia itu, menurut UNICEF.

Bahkan, sebelum perang di Ukraina dan pandemi, dua dari tiga anak yang mengalami malanutrisi. Mereka tidak memiliki akses ke makanan terapeutik yang dibutuhkan untuk menyelamatkan hidupnya, menurut UNICEF.

 
Berita Terpopuler