Daging Sapi Terjangkit Penyakit Mulut Kuku Masih Aman Dikonsumsi Asalkan ...

Daging sapi yang terjangkit penyakit mulut dan kuku masih aman dikonsumsi.

Antara/Rahmad
Pedagang melayani pembeli daging sapi. Proses pelayuan, yakni menggantung daging, dapat menurunkan pH daging sehingga dapat menurunkan kontaminasi dari virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof Mustofa Helmi menjelaskan daging sapi yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) masih aman untuk dikonsumsi. Hanya saja, dagingnya harus melalui proses pelayuan terlebih dahulu.

Baca Juga

"Proses pelayuan adalah metode dengan cara daging digantung untuk menurunkan pH (derajat keasaman) dari daging," ujar Prof Mustofa dihubungi dari Surabaya, Selasa (10/5/2022).

Dalam proses ini, menurut Prof Mustofa, akan terjadi enziminasi. Secara otomatis, proses tersebut akan mampu menurunkan kontaminasi dari virus PMK.

"Jadi aman dikonsumsi masyarakat. Sebetulnya tanpa dilayukan dan langsung dimasak bisa saja, mati semua virusnya. Tapi kan tangan akan mudah tercemar," ucapnya.

Prof Mustofa memaparkan bahwa PMK sifatnya sangat menular, bahkan tingkat penularan ke sesama hewan mencapai 100 persen. Namun, tingkat penularan pada manusia sangatlah rendah, karena tergolong virus nonzoonosis.

"Adanya virus PMK disebabkan oleh virus foot and mouth disease (FMD) dan apthtae epizooticae. Adapun ciri-cirinya adalah melepuh pada mulut sapi, kemudian juga teracak kakinya sapi," kata Wakil Dekan 3 Bidang Kerja Sama dan Publikasi FKH Unair ini.

Prof Mustofa menjelaskan, adanya PMK sangat merugikan secara ekonomi. Ia memisalkan, jika penyakit tersebut menyerang sapi perah maka produksi susu akan menurun drastis sehingga masyarakat akan rugi banyak.

"Kemudian, saat menyerang sapi daging, maka akan terjadi kesulitan makan dan menyebabkan kekurusan. Dampaknya nilai jual jatuh," tuturnya.

Ketika virus PMK menyerang, hewan sapi dapat sembuh sendiri. Saat hari ke-14 sampai 21 terlewati maka akan terjadi tingkat kebaikan, kesembuhan.

"Jadi, tingkat mortalitas sangat rendah untuk sapi dewasa," katanya.

Hal itu berbeda jika PMK menyerang anak sapi yang usianya enam bulan. Tingkat mortalitasnya (kematian) sangat tinggi, yakni mencapai 50-60 persen.

"Ini disebabkan karena virus pada anak sapi tidak hanya menyerang teracak kaki, tetapi mampu menembus miocardium otot jantung dari anak sapi, sehingga jika anak sapi mati terdapat bercak pada jantungnya," tutur dia.

Dalam penanganannya, meskipun PMK masih menjadi kajian berbagai pihak, namun Prof Mustofa menilai ada dua cara yang bisa dilakukan,  yaitu membuat vaksin dari isolat lokal dan menggunakan desinfektan terhadap hewan terjangkit. Selanjutnya, bagi hewan yang terjangkit harus dikarantina agar tidak menyebarkan virus ke hewan ternak lainnya.

"Dengan begitu penyebaran bisa terkontrol," kata Prof Mustofa.

 

 
Berita Terpopuler